3 November 2020
Penulis —  ryusasazaki44

Adikku Misca Ketiduran

Part III - Melatih Birahi Misca

Minggu paginya.

“Shhhhhhh”

Udara dingin menyeruak kepori-pori kulitku. Maklum karena masih jam 4.15 subuh. Aku duduk di teras rumah sambil memakai sepatu joggingku. Setelah persiapan selesai, kulakukan pemanasan di samping rumah. Sekalian ingin memastikan kondisi adikku. Karna aku sedikit kawatir dengannya. Kugaruk kepalaku dengan kasar saking pusingnya, akhirnya kulanjutkan aktivitasku untuk pergi jogging.

Singkat cerita setelah jogging dan olahraga selama 3jam lebih akupun memutuskan untuk pulang. Sesampainya dirumah langsung ku istirahatkan badanku di ruang keluarga, kuluruskan kakiku diatas meja sambil kunyalakan tv. Berulang kali aku menengok pintu kamar adikku yang masih tertutup rapat. Aku masih belum melihat tanda-tanda kehadiran adikku Misca.

Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara letusan dari belakang telingaku.

“DUER!!!!”

Gue: “Anjrriiit”

Spontan aku meloncat, sambil menyentuh dadaku karna saking kagetnya. Dan melihat asal suara letusan itu. (Nb: saya orangnya asli kagetan, karna punya phobia sama balon / sesuatu yang meledak). Kulihat Misca dengan tawa keras sambil memegang plastik ditangannya, tidak memperdulikan wajahku yang pucat karena kaget.

Misca: “Pembalasan!! hahhaahaha. Gimana nyaring kan suaran balonnya hahhahah” jailnya

Gue: “Kampret ya baru nyantai dikagetin pake ginian! tahu sendiri kakakmu gampang kagetan. haah untung gak mati gue.”

Misca: “Salah sendiri gak ngajak-ngajak kalo mau jogging. weeek” ejeknya

Gue: “Mana ku tahu kamu pengen ikut!!”

Misca: “Yee, kan udah dibilangin dari minggu lalu. gimana sih!!.” belanya

Gue: “Eh iya po?” tanyaku

Misca: “Huuuuu”

Entah kenapa tapi terima kasih buat kejahilan adikku. Berkat itu aku bisa menghadapi adikku seperti biasa. Memang pintar adikku mencairkan suasana. Selama seminggu penuh kehidupan kami kembali normal. Misca juga sudah mulai kembali mau main kekamarku entah alasan pinjam laptop / hanya sekedar mengangguku.

Tapi nafsu tetap saja nafsu. Aku sudah tak bisa menganggap addikku lagi selain sebagai wanita.

Hari minggu berikutnya,

Sesuai janjiku minggu lalu aku mengajak Misca jogging ditaman kota. Kuketok pintu kamarnya.

Gue: “Deeeek, udah siap belum. Udah mau jam set 6 ini!!” Teriakku

Misca :“Beentaaar, baru pake baju?!” Balasnya teriak

Akupun ke teras rumah menunggu Misca selesai, sekalian menstarter motorku dan menaikinya. Tak lama kudengar suara Misca dari arah belakangku.

Misca: “Daah yuk, Mas” Ajaknya

Gue: “Yuk”

Misca memakai kaos kerah lebar yang memperlihatkan kulit nya, dihiasi dengan tali Sport bra. Ditambah training ketat panjang.

“Mas, Ayook?!” sambil memukul pundakku

“eh.. Iye, ini juga mau jalan!?”

Langsung kupacu motorku ketempat tujuan.

Jogging dengan adikku hari ini aku mendapat banyak kejadian menguntungkan yang membuatku makin konak. Seperti aku bisa merasakan payudara adikku menggencet punggungku saat berboncengan. Atau bisa melihat pantatnya, dan dadanya memantul saat berlari. Melihat belahan dadanya (Y) saat dia menunduk karna kecapaian berlari.

Dalam perjalan pulang, adikku tak sengaja dan mengenai batang kontolku yang masih mengeras saat membonceng. Walapun cepat2 adikku langsung menaikan pegangannya ke atas.

Sore harinya,

Aku dan adikku sedang menonton tv. Bokap sedang mandi, sedangkan Nyokap sedang menyiapkan makan malam.

Karna kejadian tadi pagi terutama saat batangku disentuh adikku, aku terus mendekati adikku. Entah mengejeknya / mengganggunnya mebuat kami berantem dan tertawa. Saking ingin menyentuh atau disentuh oleh adikku, aku pun reflek meminta adikku memijitku.

Gue: “Dek, pijitin pundak kakak bentar dek! capek aku” pancingku

Misca: “Ihh soryy ya, ogah! mending kakak yang mijitin aku?!” Ketusnya

Gue: “Boleh tapi habis itu gantian???”

Misca: “Mmmmmh, Besok aja gimana?! tapi mas pijitin aku hari ini” pikirnya ragu

Gue: “Ok, Deal ya?? Yaudah turun gih di bawah!”

Adikku duduk dibawah sedangkan aku duduk di sofa. Aku mulai memijit pundak misca, masih berupa pijatan biasa. Aku bisa merasakan tali Bhnya sedikit menganggu. Aku tetap fokus memijit misca namun aku juga berkonsentrasi untuk sekedar mengintip belahan dadanya dari atas celah kaosnya. Adikku memakai T-Shirth J*ger waktu itu.

Sedikit lebih lama memijit, pijatanku mulai sengaja menyentuh kulit adikku. Tapi adikku diam saja. Makin kuberanikan jariku mulai sedikit masuk.

Aku yang sudah tegang karna sensasi mendebarkan ini tetap mewasdai keadaan sekitar jika tiba-tiba orang tuaku datang dari belakang. Aku memfokuskan sensasi sentuhan jariku terhadap kulit adikku. Sedikit demi sedikit jariku masuk lebih dalam. Tidak ada reaksi lagi, aku kembali kepijitan normal di pundak adikku selama 2 menit.

Aku bisa merasakan badan Misca yang mulai terasa panas ditanganku. Pijitanku kembali turun dan merasakan detak jantung adikku yang cepat.

Jariku mulai turun lagi dan mulai menyentuh daging kenyal adikku. Badanku langsung panas dingin, nafasku menjadi lebih berat. Kulanjutkan aktivitas memijitku atau lebih tepatnya menekan-nekan daging kenyal misca menggunakan jari-jariku sambil menahan nafasku. Misca membuka mulutnya, dan menggoyang pundaknya.

“Geli mas!” sedikit risih

Aku terdiam tetapi tanganku masih menempel di gundukan payudara adikku. Nafasku makin berat apalagi Misca tidak mencoba menampik tanganku yang masih berada tepat diatas payudaranya. Jantungku berdetak keras bukan karna takut melainkan tambah bernafsu mengetahui reaksi adikku ini.

Nekat kuremas payudara misca perlahan, Misca langsung menarik nafas dalam-dalam seolah kaget dengan keberanianku. Melihat ini reaksinya, ku masukkan tanganku satunya untuk meremas payudara satunya. Kuremas kedua payudara adikku secara halus. Kunikmati sensasi campur aduk ini. Kucium rambutnya yang terurai, ku hirup dalam dalam aromanya.

Kulepas tangan kiriku, ku coba menuntun wajah adikku menoleh ke atas. Tak ada penolakan lagi dia hanya mengikuti arahan tanganku. Aku langsung menunduk dan mencium adikku.

“Mmmmpphhh mmpphh..”

Bersamaan denga mencium adikku tanganku yang satu ku selipka kedalam Bh adikku, ku pilin putingnya.

“Mmmpppphhh.. mashhh.. mmmpppphh”

Kucoba memasukkan lidahku

Namun

“Adek, Kakak ayo makan!!” teriak nyokapku dari meja makan.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan