3 November 2020
Penulis — ryusasazaki44
Akupun bergegas ke kamar mandi, tanpa menjawab pertanyaan adikku. Karna otakku masih belum bisa memproses maksud senyuman biasa adikku.
Aku pun juga tak mungkin menanyakannya, apalagi mengungkit kejadian tadi malam.
Ah, juniorku mengeras dan bangun lagi karna mengingatnya.
Selepas mandi dan berganti baju. Sampai diruang keluarga aku masih melihat Misca masih asik menonton tv sambil sesekali menatap layar Hp sams*ng-nya.
Akupun memberanikan menyapanya sekedar basa-basi.
Gue: “D… Dek?!” sahutku dengan nada suaraku agak parau.
Mis: “Napa mas???” jawabnya biasa
Gue: “Ah.. E.. enggak, cuma mau nanya nyokap kok ga kelihatan?”
Mis: “Oh.. lagi pergi tuh mas?! mang kenapa?”
(NB: ketiga kakakq sudah menikah dan dirumah mereka tinggal masing2”. kalo bokap pasti kerja hingga sore kadang lembur jadi bisa dibilang hanya tinggal kami berdua.)
Gue: “Ah cuma mau tanya, nyokap ninggal uang bensin ga??” jawabku asal
Mis: “Diih… masih siang mas, mau ke ka risa ya?? mlm minggu itu ntar malam!?”
Gue: “Gak kok cuma cari angin” jawabku
(padahal aku pengen keluar karna malu sama adikku)
Mis: “Hmmm..” nadanya naik
Akupun bergegas lari kekamar. Mungkin karna rasa bersalah kepada Misca, akupun berkeringat dingin hanya karna basa-basi tak jelas itu. Kuputuskan untuk menenangkan diri, Kunyalakan laptopku untuk mendengarkan music. Tak lupa pula kupindahkan foto topless adikku tadi malam kedalam laptopku dan ku hidden.
Jam 12.23 aku sudah mulai merasa tenang. Selama di dalam kamar aku mencoba membuat topik percakan yang mungkin bisa membantuku untuk berperilaku normal didepan Misca.
Akupun keluar dari kamar. Saat aku hendak menyapa Misca, kulihat dia tertidur pulas di sofa.
Aku bisa melihat jelas tonjolan payudaranya yang naik turun. Dia memakai celana pendek di atas lutut memperlihatkan paha putihnya seksi.
“Ohhhh?!” pikiran bejadku kembali lagi, tapi
Rasa bersalahku muncul juga karna teringat rasa penyesalan akibat perbuatanku. Kubuang pikiran itu dan kudekati Misca hendak kusuruh dia pindah kekamarnya.
(Adikku ini memang punya kebiasaan jika sudah tidur sulit dibangunkan.)
“Dek!?”
“Dek bangun dek?! pindah kekamar gih!”
Sambil ku goyang kaki nya.
Berulang kali ku goyang badannya untuk membangunkannya, bukannya misca bangun malah gerakanku membuat payudara adikku ikut bergoyang.
Mataku tak lepas memandangi gerakan payudara adikku yang masih terbungkus kaos. Tanpa sadar Kontolku sudah mengeras lagi.
Setan itu kembali, kebejadtanku mengambil alih logika. ku dalam sekejap.
Akupun duduk di bawah sambil memandangi payudara dan paha Misca.
“Ahh mantap kali bodymu dek, Kalau bukan adekku.” desahku dalam hati.
Tanganku sudah bergerak mengarah paha putih milik Misca. Kuelus paha Misca naik turun, gerakan lambat nan pasti hingga celananya naik sampai pangkal paha terlihat sekilah celana dalam putih yang dikenakan. Halusnya dan hangatnya kulit paha Misca membuatku beronani tanpa sadar.
Sambil sesekali kuremas dan kuraba payudaranya yang naik turun itu secara bergantian
Kulepas tangan kananku yang sedang sibuk mengocok kontolku.
Kuhentikan semua aktifitasku, karna ada seuatu yang ingin kunikmati.
Aku mendekat kearah selangkangan Misca yang masih tertutup celana pendek berwna hitam.
Ku cium aroma pangkal paha Misca dan kemaluannya.
“Hhhhhsh” hirupku.
Harum parfum pakaian dan selangkan Misca bercampur padu.
Tak lupa kutekan bagian kemaluan dan meraba pahanya yang satunya.
“hhhhsssshhhhhhh” Misca mendesis
Spertinya aksi bejadku membangunkan Misca.
Seperti malam sebelumnya nafas Misca mulai meburu. Menjadikan isyarat bahwa libido misca bangkit dan bagiku agar menerukan rangsanganku ketubuhnya. Kucium area kemaluannya, Kuremas dadanya dan kuraba Pahanya.
Misca mulai menggelinjang kegelian akibat gerakan perlahan tanganku dipahanya yang sudah mulai mencoba masuk ke sela celananya.
Ku sentuh vaginanya dari luar celana, kuraba-raba daerah kewanitaannya dengan ritme pelan..
Walaupun Misca tidak membuka matanya dan tidak mendesah (mungkin masih akward /malu terhadapku), tapi tubuhnya secara reflek menggelinjang ketika rabaan tanganku mengenai klitorisnya.
Aku lupa tentang penyesalan ataupun rasa bersalah karna Libidoku sedang tinggi dan gerakan Misca yang seolah memeberiku kesempatan.
“Aku ingin mengulangi perbuatan bejadku ke Misca seperti tadi malam.”
Aku berlari ke ruang tamu dan menguncinya. Jika nyokapku pulang agar dia menekan bel. Dan aku punya alasan menghindar kecurigaan orang lain.
Aku kembali ke sisi Misca yang tetap tidur. Tak lupa kulepas semua bajuku dan celanaku. Kini aku telanjang bulat di depan tubuh adikku yang pasrah. Kubisikan sesuatu untuk menambah permainan rangsanganku.
“Dek, mas sayang kamu”
Sambil ku lumat pelan kupaksa lidahku masuk kedalam. Tapi lidah misca hanya pasif tanpa balasan. Kumainkan tanganku tepat di area sekitar klitoris Misca. Desahan yang kurindukan keluar.
“Mmmmfff.. uhhk”
“ahhh… mmmff… ahhh mmmfffth”
sembari bibir kami beradu ciuman, tanganku tetap aktif bermain baik di area vagina maupun di payudaranya…
Kulepas ciuman kami, adikku masih tetap berpura-pura tidur. Kulanjutkan aksiku kutarik celana adikku, tak ada penolakan berarti. Pikirku sudah macam-macam tentang lubang kenikmatan adikku Misca.
Kulanjutkan untuk melepas celana dalamnya, tapi saat hendak kutarik.
Tangan Misca bereaksi mencoba menghalangiku menarik celana dalamnyanyang tipis. Menunjukkan penolakannya. Aku sedikit menggunakan paksaan tetapi gagal akhirnya aku harus puas dengan ini karna aq pun tidak mau egois. yang kutakutkan jika Misca berteriak karna kupaksa melepas celana dalamnya.
Setelah itu,
Akupun mulai melumat bibirnya lagi, kali ini Misca mulai merespon gerakan lidahku. Kami berciuman layaknya seorang pasangan kekasih yang dimabuk rindu. Kulepas ciumanku, ku lebarkan kaki adikku kucium celana dalam adikku yang sudah mulai basah. Walaupun sebernarnya tangan adikku masih berusaha menghalangi usahaku.
Kumasukkan dua jariku kelubang vagina adikku yang sudah basah kuyub.
Kulihat reaksi Misca menggigit bibir bawahnya. ku kocok pelan-pelan vagina misca.
“clep.. clep.. clepp… clleeppp cleepp”
Suara kocokanku bercampur beceknya vagina Misca yang masih tetap tidak mau membuka matanya atau melakukan secara sadar hubungan incest ini mencoba menahan sebaik mungkin agar tidak mendesah.
10 menit kukocok dengan tempo cepat karna kedutan yangnkurasakan di Vaginanya, akhirnya kudengar teriakkan kenikmatan yang keluar dari mulutnya
“Aaaaahhhh” “aaaaaaahhhhhhhh”
Kakinya bergetar dan pantatnya naik terangkat. Misca mendapat orgasmenya.
Kudiamkan misca menikmati moment orgasmenya.
Kontolku yang sejak awal sudah tegak menginginkan pijatan dan kehangatan lubang Vagina adikku.
Kucoba naik ke atas sofa berlutut di selangkangan Misca yang bayah kuyup, kuarahkan kontolku ke lubang vaginanya.
Slep kepala kontolku menyetuh tepat di liang senggamanya.
Sadar benda tumpul menyentuh vaginanya, Misca cepat2 menekuk kakinya dan merapatkan kakinya.
Melihat perlakuan ini adalah sesuatu yang tak kuduga.
Kucoba berulang kali untuk melakukan penetrasi penolakan yang kudapatkan semakin kuat.
Aku pun sedikit kecewa,
Kubisikkan sesuatu ke telinga Misca
“Misca sayang, mas gak bakal masukin deh. tapi bantu mas keluar ya, please?? Mas janji hanya gesek2in punya mas ke memekmu”
Tanpa jawaban jelas dari Misca yang masih terdengar suara parau terengah-engah. Kakinya mulai perlahan melebar.
“Yes,” batinku.
Akhirnya bisa kutuntaskan, sesuai janji aku hanya mengesek2 khontolku di vagina adikku. Walaupun begitu sensasinya masih lebih baik dari pada harus mengocok menggunakan tangan karna bantuan vagina Miska yang masih basah.
“Ukkhh… ukkkhh… ukkkhh” Desahan pelan terus meneruh seksi milik adikku menggema di ruang keluarga.
Sesekali kepala kontolku hampir menyeruak masuk di lubang vagina Misca.
“Ekhh” Kagetnya.
Jika orang melihat kami, mungkin akan terlihat bahwa kami sedang ML layaknya sepasang kekasih.
Kupercepat tempo gesekanku karna merasa dorongan ingin keluar sambil kulumat bibir adikku dan Setengah menindih tubuh adikku. Akupun mendesah nikmat…
“Oooohhhh… Miscaaaaa” Desahku dengan suara keras.
Kutembbakkan semua spermaku didepan lubang vagina adikku.
“Croooooooot… CrRrrOoooooootttt… Crooooooot… crrrrrooooooooot”
Jatah sperma yang kusimpan seminggu untuk pacarku sudah kulepaskan 2 kali ke adikku.
Misca masih menutup mata diam membisu, tanpa membersihkan spermaku.. kupasang benahi celana dalam Misca dan mengenakan Celananya pendeknya kembali.
Akupun lekas berpakaian.
Sebenarnya kontolku masih keras ingin menikmati lubang vagina Misca yang membuatku penasaran. Namun aku tak bisa memaksakannya sekarang mengingat nyokap tidak tahu kapan pulang.
Kubelai rambut Misca. Sambil melihat bekas kebejadtanku Sofa yang kami pakai dapat menjadi masalah karna kotor akibat keringat kami. bahkan samar spermaku maupun cairan vagina Misca juga mengotori sofa.
Misca masih tetap berpura-pura tidur.
“Sayang, Makasih banyak ya..” bisikku.
Sambil kukecup bibirnya.
Hanya balasan kecupan halus yang kurasa dari Misca. Akhirnya kuangkat dan kupindahkan Misca ketempat tidurnya.
Akupun membersihkan sofa, melap semua cairan-cairan nafsu kami berdua. kugunakan parfum yang banyak untuk menutupi bau sperma, dan mngeringkannya memakai hair dryer.
Nyokapku pulang tidak lama setelah itu.
“Aman.”batinku
Nyokap: “Misca mana gun??”
Gue: “Barusan tidur tuh bun.”
Nyokap: “Ya udah, kamu aja anterin bunda ke pasar ada yang kelupaan dibeli”
Gue: ”…”
Sore hingga malam pada hari itu Misca tidak kunjung keluar kamar.
Bahkan sehabis aku pulang dr malam minggu bersama pacarku, Misca tetap belum keluar kamar. Nyokap pun bertanya padaku.
Apakah aku berantem sama Misca atau tidak.
Sepertinya aku sedikit naif karna beranggapan Misca menerima perbuatan bejadku kepadanya.