1 November 2020
Penulis — Mikael Silvestre
Sejak peristiwa penguluman di ruang tengah kemarin itu aku jadi makin berani kurang ajar kepada Tante. Seperti siang ini. Waktu Tante sedang duduk membaca di ruang tengah, aku mendekatinya dari belakang dengan kelaminku sudah kukeluarkan, terjulur kutempelkan di pipi Tante.
He, ngawur kamu.! Tante kaget. Ditariknya punyaku.
Aauuu aku teriak.
Masukkin, engga aman!
Iya Tante, saya tahu. Cuma bercanda
Di hari berikutnya Tante membalas.
Sewaktu aku sedang makan siang sendiri, Tante mendekatiku, sangat dekat sehingga perutnya hanya berjarak beberapa senti dari pipiku. Kucium bawah perutnya. Lalu Tante meraih tanganku, dimasukkan ke balik gaunnya, langsung vaginanya terpegang. Tak ada celana dalam di balik gaun Tante.
Sudah bersih, Tante?
Sudah..
Kuangkat gaun itu sehingga rambut yang menggemaskan itu nampak. Aku langsung tegang, berarti siang ini bisa. Aku langsung berdiri meninggalkan makanku, memeluknya.
Tunggu dulu kata Tante sambil mendorongku terduduk kembali.
Kali ini Oommu dulu, ya.. Katanya sambil meninggalkanku masuk ke kamarnya. Kurang ajar! Oom Ton ada di kamar. Seharusnya aku tahu, mobilnya ada di garasi. Tante masih sempat melihatku sambil tersenyum, sebelum ia mengunci kamar.
Aku makin tegang ketika setengah jam kemudian lamat-lamat mendengar suara erangan Tante dari kamar..
Aku masuk kamar, tak tahan di situ.
Tante sudah selesai mens-nya, seharusnya siang ini ia milikku. Tapi Oom Ton merebutnya. Merebut? Memang Oom Ton pemilik sah.
Aku gagal mencoba berkonsentrasi membaca Fisika, besok ulangan. Bayangan Tante disetubuhi suaminya yang muncul. Ah, sialan..
Setelah mencoba menyadari posisiku, aku jadi agak tenang. Aku kan hanya kemenakannya yang dibantu, lahir dan batin, kenapa musti sewot? Kelaminku mulai surut.
Tapi itu tak lama.
Tiba-tiba Tante masuk, langsung mengunci pintu kamarku. Disodorkan buah dadanya ke mulutku. Buah itu masih berkeringat, juga wajahnya. Tak peduli. Aku serbu dada itu, masih duduk di kursi belajarku. Kelaminku langsung membesar lagi. Tante dengan tergopoh-gopoh membuka resleting celanaku, mengeluarkan isinya yang sudah keras menjulang.
Ia melangkah naik ke pahaku. Mengarahkan kelaminku ke vaginanya, dan. blessss aku langsung masuk! Gila! Tanpa pemanasan dulu Tante langsung main. Di kursi lagi. Untung aku cepat siap. Jadilah kami berkudaan di kursi. Tante semangat sekali nampaknya. Dengan posisi berpangku berhadapan ia di atas, Tante leluasa mengeksplorasi penisku.
Edan! Setengah jam yang lalu aku mendengar Tante mengerang di kamarnya bersama Oom Ton, sekarang ia berkudaan denganku, sementara suaminya (mungkin) sedang pulas di kamar sebelah!
Seakan ia tak ada puasnya. Atau jangan-jangan ia belum puas dengan suaminya lantas melanjutkan di sini? Hanya Tante yang tahu. Betapa trampilnya ia menggenjot. Vaginanya begitu menjepit dan mengurut penisku, berulang-ulang. Begitu rupa ia menstimulasi kelaminku, membuat aku cepat naik. Geli sekali.
Akupun hampir sampai. Aku sekarang yang menggenjot. Tante teriak. Vaginanya menjepitku teratur menandakan Tante telah orgasme. Aku tak peduli, sebab aku belum, cuma hampir sampai, terus menggenjot. Tante masih mencekeram erat, secara pasif mengikuti gerakan tusukanku yang naik-turun, laluakupun mengejang, melepas.
Sejurus kemudian kami diam, masih berpelukan, Tante belum mencabut. Hanya nafas kami berdua yang masih berkejaran.
Tante hebat aku membuka percakapan
Apanya yang hebat, justru kamu yang hebat. Tante tadi kan duluan
Ah, kita hampir bersamaan kok tadi
Jadi apa maksudmu hebat
Tante bisa dua kali berturutan
Ooh itu, engga juga sih..
Tadi saya mendengar, waktu Tante sama Oom
Ah, masa.?
Iya, Tante mengerang, saya jadi ngiri.
Kan kamu dapat juga
Itulah makanya Tante bisa dua kali
Kamu juga bisa dua kali, waktu malam itu.
Iya, tapi kan ada jarak waktu
Sebenarnya Tante tadi cuma sekali
Yang benar, Tante. Barusan Tante kan sampai puncak..
Iya. Cuma itu. Sama kamu
Tadi sama Oom.. aku mulai menyelidik tentan hubungan Oom dan Tanteku ini.
Tante diam saja.
Kok diam, Tante aku benar-benar ingin tahu.
Ini kan masalah Tante dengan Oom-mu, rahasia dong
Please, Tante, cerita dong. Tante kan isteri ku juga buah dadanya kucium, putingnya masih keras.
Kamu engga usah tahu
Ayolah, Tante
Tante diam lagi agak lama. Lalu.
Sama Oommu Tante belum sampai.. Kaget juga aku. Jadi, tak berhasil orgasme dengan suaminya lalu melanjutkan denganku.
Ah masa, Tante
Itulah kenyataannya, To. Oom-mu engga bisa memuaskan Tante
Mungkin inilah sebabnya, Tante tiap siang tak menolak aku setubuhi, bahkan menikmati.
Pantesan
Pantesan apa? tanya Tante
Tadi Tante langsung masuk, engga pemanasan dulu
Tante tadi senewen, To. Ada rasa menggantung, ada yang harus dituntaskan
Untung saya tadi udah siap
Sory ya To
Engga apa-apa, Tante. Saya tadi juga puas. Cuma lebih nikmat kalau pemanasan dulu
Kamu harus mulai terbiasa begini, To. Seperti yang Tante bilang dulu, Tante butuh kamu. Jangan kaget kalau tiba-tiba Tante pengin. Tante harus mencapai orgasme. Kalau tidak Tante bisa gila..
Saya siap, Tante, Betul. Kapanpun Tante butuh saya, silakan saja Tante. Saya juga menikmatinya, Tante. Tanpa pemanasanpun saya engga apa-apa. Tadi saya bilang begitu, itu hanya akan lebih nikmat kalau dengan pemanasan. Kalau tidakpun engga apa-apa
Syukurlah, To. Pemanasan gimana yang kamu inginkan, To?
Seperti inilah Tante jawabku sambil menciumi dadanya.
Itu kalau kita sempat. Kalau kaya tadi, gimana? tanyanya lagi.
Kan saya siap, Tante
Iya sih. Maksud Tante supaya kamu lebih nikmat, kamu perlu pemanasan
Yang biasanya kita lakukan sudah dengan pemanasan kan. Cuma tadi saja, yang tidak jawabku sekenanya. Pertanyaan Tante sulit kujawab.
Waktu kamu denger Tante sama Oom tadi, kamu gimana
Saya terangsang, Tante
Okey, Tante ada ide buat pemanasan kamu, To. Tapi ide gila, mungkin
Silakan, Tante. Saya senang sekali. Tante kreatif, saya menikmatinya Jangan kaget, ya. Kamu tahu kamar si Luki?
Tahu Tante kamar Luki bersebelahan dengan kamar Tante.
Disitu kan ada pintu yang tembus ke kamar Tante
Saya engga perhatikan, Tante
Kalau kunci pintu itu Tante cabut, kamu bisa lihat ke kamar Tante dari lubangnya. kamu ngerti apa yang Tante maksud?
Belum, Tante
Lubang kunci itu lurus ke tempat tidur..
Amboi. Berarti, kalau aku mengintip lewat lubang itu, aku bisa lihat kejadian tempat tidur Tante. Hubungannya dengan pemanasan, berarti. hebat, ide yang hebat. Kucium bibir Tante dengan gemas.
Ide brilian! Setuju banget tante! kataku gembira.
Ntar dulu, setuju apa?
Aku akan mengintip Tante sama Oom, sebagai pemanasan
Kamu cerdas. Menurut kamu ini gila, engga
Engga! Saya mau Tante. Kita coba nanti malam ya.?
Semangat banget
Pengalaman baru Aku sangat ingin melihat bagaimana Tante melayani Oom, bagaimana permainan Oom Ton!
Tante diam lagi. Hanya sekejap, lalu.
To, Tante ingin main sama kamu di tempat terbuka kaget lagi aku. Tempat terbuka? Aneh. Ini sih hebat banget. Aku ingat kemarin, Tante mengulumiku di ruang tengah. Nikmat.
Ide Tante memang hebat-hebat. Saya suka Tante. Tapi aman engga?
Itu masalahnya
Kita cari kesempatan, Tante. Pasti nikmat deh
Tante pelan-pelan bangkit, melepas.
Eeeeeeeeeehhhhhhhhh lenguhnya mengiringi pencabutan ini.
Di pintu kamarku Tante nengok kanan-kiri sebelum keluar. Aku ke kamar mandi.
Selesai dari kamar mandi aku lihat kamar Luki, kosong. Luki sedang dibawa pengasuhnya keluar. Pelan-pelan aku masuk, hati-hati pintunya kukunci. Ini dia pintu penghubung tadi. Aku mengintip. Tak melihat apa-apa, kuncinya masih menggantung. Aku kecewa. Kuncinya hanya bisa dicabut dari arah kamar Tante.
Benar, Tante keluar, segar sekali nampaknya.
Tante, cabut dulu kuncinya, saya mau coba bisikku. Tante tersenyum, masuk lagi ke kamarnya.
Dari lubang kunci di kamar Luki aku bisa melihat dengan jelas dari arah kaki, Oom sedang tidur pulas, hanya bercelana tidur. Kubayangkan, dari arah bawah ini aku akan bisa lihat kelamin mereka berdua, baik posisi biasa, Tante di bawah, atau Tante di atas. Kecuali kalau mereka memutar posisi dengan kakinya ke arah bantal, aku hanya bisa melihat kepala mereka, paling-paling dada Tante.
***
Malam itu sekitar pukul 10, aku sudah berada dalam kamar Luki yang sudah pulas. Dari lubang kunci aku lihat mereka sedang membaca. Hanya sekali-sekali mereka bicara. Oom Ton mengenakan pakaian tidur lengkap, Tante memakai daster. Aku menyadari sebenarnya berbahaya aku disini. Bisa saja tiba-tiba Oom membuka pintu ini untuk melihat anaknya.
Ah, ternyata Tante juga berpakaian lengkap. Sekarang aku bisa dengan jelas melihat celana dalam merah jambu itu, karena Tante mengangkat sebelah kakinya. Kecil kemungkinannya mereka akan main malam ini. Setengah jam aku capek menunggu, Oom mematikan lampu baca, lalu tidur. Kamar itu walaupun hanya diterangi lampu tidur, tapi cukup jelas aku bisa melihat tubuh mereka.
Dengan kecewa aku kembali ke kamar dan tidur.
Esok siangnya, ketika kami baru saja melaksanakan tugas nikmat dan masih terlentang berdua tanpa busana, kutanyakan pada Tante tentang semalam aku tak jadi menyaksikan pertunjukan Tante dan Oom main.
Yaa. itulah To, Oom-mu memang jarang meminta, paling dua kali atau bahkan cuma sekali seminggu. Makanya Tante butuh ini jawabnya sambil mencekal kelaminku.
Kenapa engga Tante yang minta
Ah, Tante kan melayani Oom-mu
Tak ada salahnya Tante yang mulai
Betul, memang. Tapi, sering Tante malah kecewa. Oom-mu kan hobinya kerja, jadi mungkin capek. Lebih baik Oom-mu yang mulai, itu artinya dia betul-betul butuh
Sayang, memiliki badan sebagus ini tak optimal dimanfaatkan kataku sambil mengelus buah dadanya. Tak bosan-bosannya aku pada buah kembar yang indah ini.
Sekarang sudah optimal
Ya. Dan sayalah yang beruntung
Tante juga beruntung punya kamu
Kamipun berpelukan erat. Kalau sudah begini, aku bisa lupa semuanya. Lupa pada Yuli, Rika, atau mBak Mar.
Aku berguling, jadi menindihnya.
Pahaku mendesak di antara pahanya.
Penisku mencari-cari.
Dan. aku masuk lagi.
Heeeeh! Tante teriak kaget.
Aku mendorong.
Eeeeeeeehhhhhh lenguhnya. Sekarang ia tak kaget lagi.
Aku menarik dan mendorong.
Aku menikmati.
Tante juga.
Aku tak ingat bahwa ia tanteku.
Tante lupa bahwa aku kemenakannya.
Bahkan lupa bahwa kami berdua manusia.
Begitu gila’nya kami bermain, kami lebih mirip hewan.
Hewan yang sedang menikmati reproduksi.
Reproduksi bukan untuk mendapatkan keturunan, cuma untuk kenikmatan.
Dan.. kenikmatan kami dapatkan secara bersamaan.
Gila! Sesiang ini kami telah dua kali bersetubuh!
Memang edan.
Edan kamu, To komentar sesudahnya.
Supaya optimal, Tante.. komentarku juga.
Kurasakan bagian dalam vaginanya berdenyut-denyut meremas penisku. Permainan yang melelahkan. Aku jadi lemas, penisku jadi pegal. Pegal-pegal nikmat .!