1 November 2020
Penulis — paruparu
Bukan saya yang menulis cerita ini, saya hanya menterjemahkannya saja dengan sedikit modifikasi. Selamat menikmati.
TAKDIR YANG BERULANG
Untuk kesekian kalinya Sinta terlentang di tempat tidur sambil berpura-pura merasakan orgasme. Suaminya Ponimin berbaring di samping nya terengah-engah karena kelelahan, sambil menyeringai puas seperti orang idiot.
Meskipun hanya lima tahun perbedaan usia antara Sinta dan Ponimin, namun bayak orang yang menganggap mereka terlihat seperti bapak dan anak daripada sebagai suami istri. Sinta adalah seorang perempuan langsing mungil yang diberkati dengan payudara ukuran DD. Dia rajin merawat tubuhnya sehingga tampak jauh lebih muda dari tiga puluh dua tahun.
Namun hal yang sama tidak dapat dikatakan tentang suaminya. Ponimin tingginya hanya mencapai dagu Sinta. Dia juga seorang pria gemuk dengan rambut yang mulai menipis. Kejantanannya yang berada diantara perut gendut dan paha glambirnya hampir saja tidak terlihat. Jelas bahwa Sinta hanya menikah karena uang.
Tapi Sinta jelas bukan istri setia dan berbakti. Dia pernah berselingkuh selama pernikahannya dengan si burung emprit. Mulai dari anak tetangganya dan menyebar ke office boy dan beberapa pria di kantornya. Tapi mereka semua telah mengakhirinya sendiri. Tak satu pun dari mereka memiliki nyali untuk melanjutkan bercinta dengan istri orang lain.
Seperti biasa, malam itu segera setelah bercinta Ponimin mendengkur keras, sehingga Sinta diam-diam keluar dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk bermasturbasi, berharap untuk memberikan dirinya kepuasan yang tidak bisa didapatkan dari suaminya. Tapi saat ia membuka pintu ke kamar mandi, dia terkejut melihat apa yang terjadi di dalam kamar mandi.
Anwar, anak semata wayangnya yang telah beranjak remaja, sedang duduk di kursi toilet, dengan celana yang telah melorot di atas lantai, seang asyik membelai sosisnya yang be ukuran besar. Anwar memandang langsung ke arahnya, tahu dia ada di sana, tapi terus membelai pula. Lengannya dipompa lebih cepat dan lebih cepat hinga muncratlah lendir yang membentuk tali yang tebal, membasahi seluruh lantai.
Melihat kejadian itu Sinta merasakan vaginanya menjadi becek dan mulai membasahi celana dalamnya. Selangkangannya terasa gatal dan ia dipenuhi dengan nafsu yang sangat kuat yang belum pernah dirasakannya selama ini. Dia menatap penis yang ada di depannya, yang ukurannya tidak hanya akan mempermalukan milik suaminya tetapi juga penis dari seluruh laki-laki yang pernah tidur dengannya.
Jantung Sinta berhenti berdetak saat ia menyadari bahwa ia telah menatap penis anaknya sendiri selama hampir satu menit. Wajahnya panas, ia bergegas kembali ke kamarnya tanpa berkata-kata, mengetahui dia akan menghabiskan malam horny dan tidak puas, tersiksa oleh mimpi bercinta dengan anaknya sendiri.
XXX
Anwar tersenyum dalam kepuasan ketika ia melihat ibunya bergegas kembali ke kamarnya. Tahap pertama dari rencananya telah berhasil tanpa hambatan. Ia tahu rutinitas orangtuanya. Pada pukul sepuluh, ayahnya akan mulai bercinta. Tidak sampai dua menit kemudian, dia akan selesai dan tertidur lelap. Ibunya akan datang ke kamar mandi untuk masturbasi.
Tahap dua akan dilaksanakan tidak lama lagi. Besok Ayahnya akan berangkat dalam perjalanan bisnis ke Eropa, yang memberi Anwar dua minggu sendirian dengan ibunya untuk memberikan apa yang dia benar-benar butuhkan, pria sejati dengan penis keras.
XXX
Sinta pulang dari bandara setelah mengantar suaminya pergi. Tak pernah terlintas dalam pikirannya apa yang akan dilakukannya dalam dua minggu kedepan sendirian dirumah dengan anaknya. Mereka masih belum saling bicara tentang malam kemarin. Sejak kejadian itu, ia merasa bersalah karena setiap melakukan masturbasi selalu berkhayal tentang anaknya.
Sinta berhenti di depan rumahnya, menarik napas panjang, dan enggan masuk ke rumahnya. “Anwar?” dia memanggil. “Mamah pulang.”
“Mamah?” Suara Anwar datang dari lantai atas. “Mah, tolongin Anwar sebentar dong?”
“Oh Tuhan,” pikirnya. “Kamu lagi ngapain Nak?” Sahutnya sambil berjalan menaiki tangga ke lantai atas.
“Anwar di kamar mandi,” kata Anwar. Mengambil napas dalam-dalam, Sinta mendorong pintu ke kamar mandi. Ada Anwar, basah sehabis mandi, berdiri telanjang. Apa yang dilihat Sinta membuat gairahnya bangkit.
“Mah, tolong ambilkan handuk dong?” Pinta Anaknya. Tanpa berkata-kata, Sinta menarik handuk dari rak dan memberikan kepadanya.
“Mah, sekalian aja keringkan badan Anwar pake handuk kayak dulu waktu Anwar masih kecil?” Seolah-olah terhipnotis, Sinta melakukan apa yang diperintahkan. Dia berlutut di depannya seperti seorang pemuja dan menyeka kakinya, menarik handuk ke arah selangkangannya. Matanya tak pernah meninggalkan kemaluannya, yang perlahan mulai membesar.
Tanpa membuang kesempatan Anwar menggeser pinggulnya sehingga penisnya terdorong ke wajah Sinta dan meninggalkan bercak lendir di pipinya, tepat di sudut mulutnya. Perlahan-lahan Anwar mulai menggesek penisnya ke pipi ibunya. Tanpa sadar, Sinta mulai membuka mulutnya. Anwar siap untuk mendorong sosisnya ke dalam mulut ibunya.
Tiba-tiba Sinta terhenyak. “Tidak! Kita tidak boleh!” katanya terengah-engah.
“Mengapa tidak?” Tanya Anwar sambil menyeringai. Ibunya masih belum mengalihkan matanya dari kemaluannya.
“Ini salah! Dan bagaimana jika mamah nanti hamil?” protes Sinta langsung dipotong oleh anaknya dengan menghujam penisnya ke dalam mulut ibunya. SInta hampir tersedak tapi segera santai saat ia sekali lagi merasakan penis yang sudah mengeras di dalam mulutnya. Dia ingin melepaskan diri, tapi batin pelacurnya, wanita yang menghianati suaminya, mengatakan untuk tidak dilepas.
“Aah, nah gitu dong mah,” kata Anwar merasakan kepala ibunya mulai naik-turun pada poros nya. “Hisap terus, mah” Ketika Sinta merasakan cairan anaknya mulai menetes menggelitik ke tenggorokannya, blowjob nya menjadi lebih cepat. Sesekali dia membuka mulutnya dan mulai memainkan lidahnya dari atas ke bawah menjilati batang penis anaknya sebelum membungkus bibirnya kembali sekitar itu.
“Wah, mamah bener-bener menikmati punya Anwar ya?” kata Anwar. Sinta menjawab sambil mengulum penis anaknya sehingga terdengar tidak jelas oleh Anwar.
“Ngomong apaan sih, mah?” kata Anwar saat ia tiba-tiba menarik kemaluannya keluar dari mulut ibunya. Sinta, kehilangan apa yang ia inginkan begitu lama, mencoba untuk memasukan penis anaknya kembali ke dalam mulutnya tetapi Anwar justru menarik menjauhinya.
“Katakan betapa Mamah menginginkannya,” perintah Anwar. “Katakan betapa Mamah mencintai penisku. Mamah harus memohon kepada Anwar untuk bercinta atau Anwar berhenti sekarang..”
Sinta mulai terisak sebelum dia mulai menangis dalam penghinaan. “YA Mamah butuh kamu, sayang! Mamah ingin kamu menyetubuhi mamah! Mamah ingin merasakan penis besarmu dan semburan spermamu di dalam vagina mamah! Oh Tuhan, aku begitu lemah aku seperti pelacur.!!” Dia membenamkan wajahnya di kedua tangannya dan menangis bebas.
“Anwar sangat mencintai Mamah,” kata Anwar. Sinta terhuyung kedepan bertumpu pada lututnya, seperti pecandu membutuhkan obat. Dia seorang pecandu… untuk anaknya. Baru sekali ia merasakan cairan pra-ejakulasi anaknya dan ia langsung terpikat. Dia yakin bahwa tidak ada seorangpun akan pernah memuaskan dirinya lagi selain anaknya.
“Berbaringlah, Mah,” perintah Anwar. “Anwar akan bercinta dengan mamah. Itu yang mamah inginkan bukan?”
Sinta berbaring di lantai kamar mandi, melepaskan celana dalamnya dan menaikkan roknya. “YA, Lakukanlah, nak! Bawa aku sekarang, sayang… anakku!” teriaknya.
Anwar tersenyum serta menginginkannya. Ibunya sekarang miliknya. Namun Anwar sekali lagi mencoba untuk menggodanya, ia bertanya polos, “Tapi bagaimana dengan Papah?”
“Persetan dia!” jeritnya. “Dia pecundang yang tidak berharga yang tidak bisa menyenangkan mamah! Mamah sekarang menjadi milikmu. Tubuh ini milikmu, sayang!”
Tidak lagi mampu mengendalikan dirinya Anwar langsung menindih ibunya yang masih merengek dan mendorong penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina ibunya. Meskipun Sinta sudah sering selingkuh dengan banyak pria lain, tetapi vaginanya masih tembem dan rapet seperti empot ayam.
Baru beberapa tusukan keras, Sinta sudah mendekati orgasme pertamanya. Sodokannya semakin cepat, membuat payudaranya yang tidak memakai bra dibalik bajunya ikut bergincang. “Oh… oh… OHHHH!” dia tersentak saat mencapai klimaks. “Anwar, sayaaang, OHHH!”
“Papah pasti tidak pernah memuaskan mamah seperti ini, bukan?”
“Ti-tidak!”
“Anwar sayang Mamah!” kata Anwar. “Anwar ingin bercinta dengan mamah selamanya dan memliki keluarga denganmu, sayang!”
Karena nafsu gilanya, ide menikahi anaknya sendiri membuat Sinta kembali bergairah. “Lupakan papahmu. Mulai sekarang dia bukan suamiku lagi!” kata Sinta. “Mamah tak peduli Sekarang kamu suamiku! Si cacing kecil itu tidak akan pernah memiliki tempat dalam vaginaku lagi!” Kata-kata yang terlontar dari mulut ibunya itu membuat gairah Anwar semakin memuncak.
“Oh Tuhan, nikmatnyaaa… aaahhhhhh…!” Dengan satu dorongan kuat terakhir, Anwar melepaskan semprotan cairan spermanya dengan deras sekali. Benihnya membanjiri jauh ke dalam rahim ibunya. Pada saat yang sama Sinta juga merasakan orgasme, untuk yang keempat kalinya. Dia menjerit dan menggeliat dalam kenikmatan.
Terimakasih, sayang. Kata Sinta. Mamah puas banget. Mama akan menghabiskan sisa bulan ini sebagai budak cintamu dan nanti setelah papahmu pulang dari Eropa mamah tidak ingin hubungan kita berhenti. lanjut Sinta sambil memeluk anak/kekasih barunya. Mereka saling berciuman lalu tidur bersama, menghabiskan malam pertama mereka di lantai kamar mandi.
XXX
Sejak itu, selama suami SInta masih di eropa, pasangan Ibu dan anak tersebut hampir setiap saat melakukan sex disetiap bagian rumah. Tidak hanya di kamar tidur saja tetapi mereka juga melakukannya di ruang tamu, dapur, bahkan di serambi halaman belakang. Karena seringnya melakukan sex mereka jadi malas untuk memakai pakaian kembalai sehingga mereka lebih sering telanjang bulat selama di dalam rumah.
Ketika mereka lelah melakukan sex, mereka istirahat sebentar, entah nonton TV, makan bersama di meja makan, atau sekedar baca majalah semuanya dilakukan mereka dalam keadaaan bugil. Seletah istirahat mereka kembali bercinta dengan ganas. Seluruh ruangan di dalam rumah kini beraroma sex karena banyak cairan sperma yang berceceran di lantai, karpet, sofa, dan meja.
XXX
Siang itu Ponimin tampak keluar dari taksi dan dengan tergesa-gesa ia masuk ke dalam rumah. Selama di luar negeri hasrat sexsualnya meningkat melihat wanita-wanita bule disana. Kini hasrat itu akan segera ia lepaskan bersama istri tercinta. Ia sudah kagen dan tidak sabar ingin bercinta dengannya dan waktunya juga pas karena Anwar pasti belum pulang sekolah, jadi mereka akan sendirian.
Melangkah di dalam pintu, ia mengendus aroma aneh. Tapi karena nafsu sedang memenuhi pikirannya, ia tidak memperdulikannya. “Sayang, papah pulang.”
“Sebentar pah, papah tunggu dulu aja di dapur ya. Mamah punya kejutan untuk papah,” sahut Sinta dari lantai atas, sambil cekikikan.
“Wah, asyik kejutan dari istriku,” kata Ponimin dalam hati. Ia bergegas ke dapur (yang juga punya bau aneh) dan duduk di meja.
Dia mendengar Sinta menuruni tangga. Sebelum memasuki dapur, istrinya bertanya, “Papah udah siap dengan kejutan dari mamah?”
“Apaan sih Mah, cepetan dong!” Ponimin berkata keras, tidak dapat menunggu lebih lama lagi.
Sinta melangkah perlahan-lahan ke dalam ruangan, mengenakan bra berenda hitam yang dia beli untuk kesempatan khusus. Ini adalah pertama kalinya dia mengenakan baju itu. Kulitnya juga dipercantik dengan semacam cairan pelumas. Itu adalah pemandangan paling seksi yang pernah dilihat oleh Ponimin.
“Tunggu sebentar,” pikir Ponimin. “bukankah itu air… ’
Itu adalah air mani. BANYAK air mani! Diseluruh tubuh istrinya, menutupi wajah, payudara, perut, dan selangkangan. Apakah yang telah terjadi?
Pertanyaan-pertanyaannya terjawab ketika putranya, telanjang, mengikutinya ke dalam ruangan. Anwar mendekap tubuh Sinta dari belakang dan mulai membelai payudaranya yang berukuran melon. Dengan senyum sadis, Sinta melemparkan sesuatu ke meja. Ini adalah tes kehamilan positif.
Mulut Ponimin ternganga pindah tanpa keluar kata-kata. Sinta menjawab pertanyaan yang tak terucapkan itu. “Ya, mamah hamil!”
Ponimin akhirnya bersuara. “Anak itu… itu bukan milikku, bukan?”
“Tentu saja tidak, pah!” Anwar tertawa.
“Anwar, kamu… kamu bajingan!” ia tergagap.
“Maaf, pah tapi Mamah adalah istri Anwar sekarang,” kata Anwar. “Dia tidak mau lagi jadi istri papah, benar kan mah?.”
“Ya, aku tidak menginginkanmu lagi, cacing kecil,” kata Sinta, senang akhirnya menggunakan nama itu keras-keras.
“Tidak! Ini tidak bisa… tidak mungkin! tidak!” Ponimin mengoceh banyak kata penolakan kepada istri yang tidak setia dan anak durhaka. Anwar takjub melihat bagaimana segala rencananya berjalan lancar. Ponimin telah kehilangan pikirannya dan merekalah penyebabnya! Hal ini membuat gairah Anwar naik.
Sinta menggenggam penis putranya. “Kau lihat ini?” dia berkata kepada suaminya. Masih shock, Ponimin hanya mengangguk. “Ini baru yang namanya penis. Dan kami akan menunjukkan kepadamu bagaimana cara menggunakannya!.” Sinta meraih ujung meja dapur dan membungkuk, menunjukkan bahwa pantatnya juga ditutupi dengan dengan bekas cairan sperma.
“Oh! Dengan senang hati, mah. Mari kita tunjukan kepadanya bagaimana perempuan cantik dan seksi seperti mamah pantas dicintai dan dinikmati..!” Sahut Anwar sambil tangannya bergerilya ke seluruh tubuh ibunya dan permainan sex pun dimulai.
Di saat terengah-engah kenikmatan, Sinta menoleh pada suaminya dan berkata, “Aku tidak… eh… akan menjadi… eh… oh Tuhan… istrimu lagi, Ponimin. Sekarang aku milik seorang pria yang memang layak untuk menikmati diriku. Putra kami!” dia tertawa. “Ya… Terus, tusuk-tusukin punyamu ke lubang mamah!”
“Mamah tidak akan pernah membolehkan cacing kecilnya papah masuk ke dalam lobang mamah yang inda ini kan?”
“Tidak, Anwar. Ohhh Saya hanya milikmu, kekasihku! Ohhh.. Sayang, mamah hampir …”
“Sama, Mah. Anwar juga hampir keluar… Ahhh. Anwar keluarin di dalam ya, Mah!”
“Jangan, sayang. Tunjukan kepada papahmu seperti apa semprotan air mani dari laki-laki sejati”
“YEAH!” Anwar segera menarik keluar penisnya dari lubang ibunya. Sinta berbalik dan menggenggam batang kemaluannya yang keras, mengocok-nocoknya hingga mucratlah segalon air mani. Semprotan air mani tersebut menembak ke udara, lalu jatuh kelantai dengan percikan keras. Anwar kemudian kembali memasukan batang kemaluannya yang masih keras ke lubang vagina ibunya untuk membuat Sinta orgasme ke sebelas kalinya di hari itu.
Ponimin kembali shock saat melihat kuatnya semprotan air mani anaknya ke udara. Rasa sakit yang tiba-tiba menusuk sisi kiri dadanya. Sambil memegang dadanya yang sakit, tubuhnya jatuh ke lantai. Sinta dan Anwar melihat, tapi mereka terlanjur asyik dengan permainan mereka. Mereka berdua mendekati orgasme, sebuah titik di mana benar-benar tidak ada yang bisa membuat mereka berhenti.
Hal terakhir yang dilihat Ponimin sebelum meninggal adalah ketika istri dan anaknya di meraih puncak kenikmatan bersama.
XXX
Ponimin dinyatakan meninggal karena serangan jantung pada hari itu. Semua uang dan property Ponimin menjadi warisan mereka. Dengan itu, Sinta bisa pensiun dini. Ibu dan anak tersebut menghabiskan hari-hari mereka bersama-sama sebagai suami dan istri, bercinta terus-menerus.
Sembilan bulan telah berlalu dan Anwar berada di ruang tunggu rumah sakit, cemas menunggu kelahiran adik barunya / anak. Segera seorang perawat datang kepadanya. “Bapak Anwar?” dia bertanya.
“Ya Bagaimana ibuku? Apakah dia baik-baik?”
“Ya,” kata perawat itu sambil tersenyum. “Dia dan bayinya baik-baik saja. Anda dapat pergi dan melihat mereka sekarang..” Dia membawanya ke ruang tempat ibunya sedang beristirahat, bayi baru mereka terbuai dalam pelukannya.
“Kemarilah,” kata Sinta. “Lihatlah ini an… adikmu.” Dia terkikik karena hampir salah ucap.
“Kami akan meninggalkan kalian bertiga saja,” kata dokter. “Jika ada sesuatu yang Anda butuhkan, tinggal tekan bel.” Dia dan perawat pergi, menutup pintu di belakang mereka.
“Bagaimana keaaan anak kita, mah?” Tanya Anwar lembut.
“Dokter mengatakan dia sehat, tetapi lihatlah ini.” Sinta menarik diri selimut bayi.
Penis bayi itu ternyata besar. Panjangnya hampir setengah pahanya.
“Oh Tuhan,” bisik Anwar. Dia tahu perkawinan sedarah yang dapat menghasilkan beberapa karakteristik yang tidak biasa. Mungkin itulah alasan penis bayi begitu besar.
“Kamu tidak cemburu, kan?” Sinta bertanya dengan senyum menggoda.
“Tidak sama sekali,” kata Anwar, memaksa tersenyum. “Jadi penisnya akan terus tumbuh bersama dengan usiai dia?”
“Kayaknya sih begitu,” kata Sinta dengan nada akrab yang memberi tanda kepada Anwar bahwa dia mulai terangsang. “Mamah penasaran akan besar apa nantinya ketika ia tumbuh dewasa. Sekarang taruh si kecil Rafi ke tempatnya sehingga dia dan mamah bisa beristirahat..”
XXX
Lima belas tahun telah berlalu dan Sinta meski telah berumur dan memliki dua anak namun tubuhnya masih tetap kencang dan kulitnya tetap segar. Ini karena dia selalu rajin Aerobik dan perawatan tubuh. Begitu pula dengan hasrat seksualnya yang tidak pernah padam.
Kehidupan seks juga dilanjutkan dengan Anwar, tapi selama bertahun-tahun, kegembiraan mulai memudar. Mungkin karena Anwar sekarang lebih sring berperan sebagai suami daripada sebagai anak. Hal ini sampai pada titik di mana ia kadang-kadang harus berpura-pura orgasme. Dia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa itu normal untuk semua hubungan jangka panjang, tapi ia tahu kebenarannya.
Dia rindu berzinah.
Dia merindukan kegembiraan berselingkuh dari pasangannya. Dia merindukan bagaimana enaknya membodohi, mempermalukan dan menghina suaminya dengan cara berzinah dengan anaknya. Sinta telah mencoba selingkuh dari Anwar dengan pria lain, tapi itu tidak sama rasanya.
Suatu hari, jawabannya datang kepadanya dalam sekejap. Dia membersihkan kamar Rafi, karena ia dengan tegas menolak untuk membersihkannya sendiri. Dia mencium aroma kamar Rafi yang aneh, seperti aroma sex. Dilantai kamar tersebut bertebaran tissue-tissue bekas sperma. Dia menarik napas dalam, menghirup aroma sperma yang lezat tersebut.
Foto pertama menggambarkan tubuh Sinta yang dilumuri sperma Anwar sebagai persiapan untuk penghinaan Ponimin waktu itu. Di saku belakang binder album adalah tes kehamilan positif.
Melihat kembali pada lembaran tissue bekas di kamar Rafi, ia menyadari bahwa banyak yang masih segar. Apakah dia menyemprotkan sperma sebanyak ini sekaligus?
XXX
Anwar kembali ke rumah dari perjalanannya ke toko, bersemangat untuk menyenangkan ibunya. Dia membuka pintu dan melangkah masuk, sambil hendak memanggil nama Sinta.
Tiba-tiba Anwar mendengar suara. Dia mengenal suara itu.
“Ohh.. goyang terus! Oh, Tuhan, setubuhi ibumu, sayang,” teriak Sinta liar dari lantai atas. Suaranya bergetar dan tersentak dengan nafsu dan gairah seksual. Marah, Anwar menjatuhkan belanjaan nya, berlari ke atas dan membuka pintu kamar tidur utama. Dia tertegun dengan apa yang dilihatnya.
Sinta berbaring telentang, telanjang, dan Rafi sedang asyik menyodokkan batang kemaluannya yang super besar masuk dan keluar dari vagina ibunya. Sebuah genangan besar dari air mani dari blowjob sebelumnya telah memercik ke mulut dan payudara. Anaknya / cucunya menindih di atasnya, menjepit tangannya di atas kepalanya sambil ia menggoyangkan pantatnya.
Dia berdiri di sana selama hampir satu menit sebelum mereka akhirnya memperhatikan kehadirannya. “Mah, lihat siapa yan datang,” kata Alan dengan sinis.
Sinta berbalik menghadapi suaminya, Anwar dan mmemperlihatkan nafsu yang bergelora dimata Sinta. Tapi ketika melihat anak/suaminya itu berdiri di depannya, Sinta tersenyum lebar, senyum yang sama ketika dia menunjukkan Ponimin tes kehamilan. Dia menertawakannya, kasihan melihat si anak/suami yang kini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cucu/anaknya Rafi dalam hal keperkasaan seksual.
“Sinta,” kata Anwar tersedak-sedak. “Mangapa?”
“Maafkan aku, Sayang,” kata Sinta dengan suara tidak tulus tapi mengejek. “Saya menghargai hubungan kita tapi saya menemukan sesuatu yang lebih …” dia dan Rafi berbagi senyum, “memuaskan.” Mereka tertawa lepas bersama-sama.
Mata Anwar terbelalak ketika Rafi berpindah posisi ke belakang ibunya yang setengah nungging kemudian ia meremas dengan kasar payudara ibunya, sambil menghujamkan batang kemaluannya ke lubang pantat ibunya.
“Ahh… ohhhh… nikmatnya, sayang,” lutut Sinta bergetar hebat menahan kenikmatan orgasme yang entah kesiakn kalinya. Tubuh Sinta akhirnya lungkai karena lemas dan ambruk ke kasur namun Rafi tetap menahannya sehingga psisinya kini menjadi doggy style di atas kasur. Rafi terus melanjutkan hujaman-hujamannya bergantian ke lubang vagina dan ke lubang pantat ibunya.
Ahhh… teruss sayang. Jangan berhenti. Mamah udah hampir… ohhhh… racau sinta sambil menatap tajam Anwar yang masih berdiri terpaku dengan mata berkaca-kaca dihadapan mereka.
Rafi juga mau keluar, mah… eh.. eh… eh. Rafi keluarin di dalem ya, mah? tanya rafi tanpa memperlambat goyangannya.
Jangan, sayang… ahh… Tunjukan kepada kakakmu seperti apa lelaki perkasa itu, sayang. Pinta Sinta sambil terengah-engah menahan nikmat.
Oke, mah. Rafi langsung mencabut penisnya dari lobang pantat ibunya dan menghadapkannya ke wajah Anwar yang masih berdiri shock dengan mulut ternganga.
Arghhhhhh… rasakan ini! Tiba-tiba menyemburlah lahar panas dari ujung kemaluan Rafi. Semprotannya sangat kuat menuju ke udara tepat ke wajah Anwar. Beberapa tembakan pertama tepat masuk ke mulut Anwar yang masih ternganga.
Anwar yang tidak siap menerima semprotan tesebut kembali shock dan akhirnya tubuhnya lunglai jatuh ke lantai tidak sadarkan diri. Wajahnya belepotan penuh dengan air mani adik/anaknya sendiri. Melihat Anwar yang sudah terkapar tidak berdaya dengan wajahnya yang belepotan air mani, Sinta dan Rafi tertawa terpingkal-pingkal.
Kemudian Sinta bangun dari tempat tidurnya menuju ke Anwar yang tergeletak. Ia lalu berjongkok tepat diwajahnya dan mengencinginya sambil terkekeh-kekeh. Mereka kembali tertawa puas dengan kelakuan mereka dan akhirnya karena kecapaian mereka tidur pulas bersama ditempat tidur sementara Anwar dibiarkan begitu saja tergeletak apa adanya.