1 November 2020
Penulis — John Raider
Liburan kali ini mungkin yang terindah selama hidupku. Billy adalah namaku dan aku berasal dari keluarga yang cukup bahagia.
Kejadiannya sekitar beberapa bulan yang lalu ketika ibuku datang ke Boston tempat aku menuntut ilmu. Tidak kusangka setelah hampir sekitar 9 bulan tidak bertemu, penampilan beliau semakin OK saja. Bagaimana tidak, di usianya yang 43 tahun (aku sendiri 19 tahun) dengan ukuran vital 38C-29-36 ditunjang pula dengan kegiatan fitnes, membuat badannya seperti gadis berusia 25 tahun.
Setelah menginap 2 malam di apartemenku, beliau mengajak untuk keluar kota menikmati alam indah pegunungan. Tanpa pikir-pikir lagi kita segera berkemas dan segera berangkat di pagi hari karena perjalanan ke sana memakan waktu sekitar 4 jam dengan mobil. Kalau dihitung jarak sih seperti dari Jakarta ke Pangandaran.
Sesampainya di sana kita segera mencari area perkemahan yang nyaman di dekat sungai. Setelah mendirikan tenda, aku bergegas mencari kayu bakar untuk memasak air dan untuk menghangatkan badan, maklumlah suhu di sini sekitar 5 derajat Celcius. Ibuku sendiri segera menyiapkan peralatan memasak untuk keperluan makan malam.
Menjelang makan malam kita bercerita mengenai keadaan masing-masing. Beliau bercerita mengenai Ayah kami yang sekarang sudah semakin sibuk dengan pekerjaannya dan juga adik saya lagi gila dengan hobinya balap mobil. Aku sadar bahwa setelah kepergianku untuk sekolah ibuku agak kesepian. Sambil bersantap ibuku banyak menanyakan hal-hal pribadi yang menyangkut kehidupanku dan aku jawab dengan jujur apa adanya.
Sambil meneguk beberapa gelas wine, beliau bertanya, “Bill, kamu udah punya pacar belum di sini?”
Kaget juga mendengar pertanyaannya, “Kalo yang tetap sih yah.. belum, tapi temen cewe sih banyak. Mau yang bule juga ada kok.” kataku sambil nyerocos.
Beliau tertawa mendengarnya dan aku dipeluknya erat. Entah kenapa kok tiba-tiba batang kemaluanku segera tegang, mungkin karena payudara ibuku yang besar itu mengganjal di dadaku atau juga karena cuaca yang cukup dingin. Beberapa saat kita bersenda gurau melepas rindu dan akhirnya kita memutuskan untuk tidur.
Pagi harinya aku terbangun karena sinar matahari masuk ke tenda kami. Kutengok ke katung tidur ibuku, ternyata beliau sudah tidak ada. Setelah sarapan seadanya aku ingin segera mandi di sungai. Jarak dari sungai ke tenda kami sekitar 100 meter. Dari kejauhan aku melihat seorang wanita sedang main air.
Tidak lama kemudian, beliau membuka kaos putihnya dan juga celana pendeknya. Habis itu beliau melihat sekitarnya memastikan tidak ada orang dan juga membuka BH-nya serta celana dalamnya, kemudian langsung terjun ke sungai. Menyaksikan pemandangan yang indah ini, batang kemaluanku kembali menegang bahkan lebih tegang dari kemarin malam.
Tidak tahan lagi, “Crooot… crottt… crot…” maniku keluar.
Kuputuskan untuk tidak jadi mandi dan kembali ke tenda. Setelah itu kulihat beliau juga balik ke tenda dengan raut wajah yang segar kembali. Kita bergegas ganti pakaian karena ingin melihat beberapa acara di pusat perkemahan. Menjelang sore, kita kembali ke area tenda untuk istirahat. Aku segera mengambil handuk untuk pergi mandi, karena seharian ini aku memang belum mandi.
Aku pamit dan beliau berkata akan segera menyusulku ke sungai. Tentu saja aku kaget campur gembira. Setibanya di sana, ingin tahu juga rasanya mandi berbugil ria di alam terbuka. Kucopot kaos dan celana pendekku sekaligus celana dalamku. Pertama sih aku kedinginan, tapi setelah itu malah keasyikan sampai aku lupa kalau ibuku menyusul.
“Bill, kayaknya kamu asyik banget tuh,” tiba-tiba suara beliau menyadarkanku.
Refleks aku menutupi batang kemaluanku yang sudah lama tegang. Aku sadar mukaku mungkin merah kuning hijau saat itu. Apalagi dia tanpa ragu-ragu membuka kaosnya dan rok mininya.
Terus katanya, “Boleh dong mami ikutan?”
Sambil terheran-heran kujawab, “Bo.. boleh kok…”
Segera beliau masuk ke dalam air. Setelah membasahi badannya, beliau segera melepas BH-nya diikuti celana dalamnya. Wah birahiku semakin tidak bisa diajak kompromi nih, begitu juga batang kemaluanku yang sudah mulai kram karena kelamaan tegang.
Kami bercanda siram-siraman, saling mengelitiki dan lainnya. Karena sebel dikitikin (aku paling geli soalnya), kupeluk kencang-kencang ibuku dari belakang sampai beliau tidak bisa bergerak. Ternyata tanpa disengaja, batang kemaluanku yang sudah tegang ini bersentuhan dengan pantatnya yang bulat itu.
Beliau bilang, “Udah dong Bill, mami sakit nih… aduh apa nih yang nempel di pantat mami?”
Karena kaget bercampur malu, aku tarik mudur pantatku supaya batang kemaluanku tidak menyentuh pantatnya.
“Bill, Bill mami rasa tadi ada benda yang neken pantat mami. Barang kamu yah?” tanyanya.
Dengan malunya, saya jawab, “Nggak tau tuh mam, mungkin daun kali.”
Ibuku tertawa mendengarnya dan tiba-tiba tangannya sudah bergerak ke belakang dan memegang batang kemaluanku.
“Nah, ini nih kayaknya yang mengganjal tadi,” katanya sambil mengelus-ngelus batang kemaluanku.
Aku tidak bisa bicara apa-apa, kecuali mengendurkan peganganku. Dielusnya batang kemaluanku dengan lembut sambil dikocok sekali-kali. Aku semakin tidak tahan dibuatnya. Dengan refleks kuciumi lehernya yang putih mulus dari belakang serta tanganku bergerilya ke payudaranya yang besar dan kenyal itu. Terdengar desahan keluar dari mulut ibuku.
Rupanya beliau juga sudah mulai naik nafsunya. Kuputar badannya sehingga kita berhadapan muka dan segera kukulum bibirnya yang seksi itu. Beliau membalas ciumanku dengan ganas pula, sehingga lidahku disedot ke dalam rongga mulutnya yang hangat itu. Tidak mau kalah, aku juga melakukan hal yang sama sampai kami kesulitan bernapas karena nafsunya.
Dengan tangan kiri menempel di pantatnya dan satu lagi meremas payudaranya, membuat keadaan semakin berkobar. Kubimbing tangannya menuju batu besar di tepi sungai, lalu kusuruh beliau duduk di atasnya, sementara aku masih berada di dalam air. Kurentangkan kedua belah kakinya yang indah itu dan segera terlihat bukit yang ditumbuhi bulu-bulu halus serta goanya yang mulai terbuka.
“Ohhh Biiilll… enak banget… terusss… mami udah nggak tahan,” desahnya.
Kujulurkan lidahku semakin dalam dan semakin terasa pula cairan kewanitaannya di lidahku yang terasa sangat nikmat.
“Ohhh yesss… oh… mami keluaaarrr…” tiba-tiba badannya menegang.
Kujilati kembali badannya dari perutnya menuju lehernya hingga tiba di bibirnya. Sekarang badannya sudah berada di dalam air lagi sambil membelakangiku. Kulebarkan kakinya berlawanan arah dan kuisyaratkan untuk lebih membungkuk. Dengan keadaan begitu, aku bisa memasukkan batang kemaluanku yang dari tadi sudah tegang.
Ternyata ML di air itu membuat lubang kemaluan menjadi serat dan agak sulit dimasuki. Susah payah juga, sedikit demi sedikit akhirnya amblas juga semuanya (18 cm dengan diameter 4 cm punyaku).
“Oh Mmmam, you are the best…” bisikku.
“And you had the biggest dick inside me.” sahutnya sambil mengulum bibirku.
Mulailah kugenjot, pertama perlahan-lahan, lama kelamaan semakin cepat sambil memutar-mutar batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya seperti orang mengebor. Kadang aku sengaja agak keras sehingga perutku mendorong-dorong pantatnya. Hampir sekitar 20 menit, kami menikmati adegan ini dan sudah yang kedua kalinya ibuku mengalami orgasme.
Sambil merem melek, aku mendesah, “Mam aku udah mau keluar iih… akh… ahhh… crooottt… croottt… crot…”
Tidak tahan lagi aku tembakkan saja spermaku di dalam hampir sebanyak 6 kali tembakan. Dan kelihatan ibuku sangat menikmati pertempuran ini. Kami kembali berciuman seperti layaknya sepasang kekasih.
Sesudah itu, Beliau naik duluan ke atas dan kembali ke tenda sambil membawa bajunya tanpa mengenakannya terlebih dahulu. Sementara aku masih memikirkan apa yang baru saja aku lakukan.
Menjelang malam, kulihat ibuku sedang mempersiapkan makan malam untuk kami berdua. Sambil makan malam, kami kembali membahas apa yang terjadi tadi siang, dan tentu saja beliau berpesan agar semua yang terjadi di sini hanya kami berdua yang mengetahuinya. Aku sih setuju banget. Setelah kenyang dan mencuci peralatan masak, kami kembali mengobrol sambil menikmati wine yang kami bawa.
Kembali kami berciuman mesra di samping api unggun sambil kami saling membukakan pakaian kami masing-masing. Udara dingin yang tadinya menyengat berubah menjadi kehangatan yang tiada tara. Tanpa disadari kami sudah telanjang bulat dan posisiku terlentang di tikar. Sambil berciuman tangan beliau mengocok batang kemaluanku yang sudah mulai menegang, dilanjutkan dengan mejilati dadaku dan pentilku, turun menuju perut terus sampai ke jempol kaki.
“Bill, ini namanya mandi kucing.” terangnya.
“Aduh Mam, enak banget, geli tapi enak.” sahutku gemetaran.
Kembali beliau menjilati betisku, dengkulku dan terakhir buah batang kemaluanku dilahapnya. Dijilatinya satu persatu hingga mengkilap terkena sinar api unggun. Gilanya lidah beliau sekali-kali menyapu lubang pantatku yang membuat aku semakin melayang. Tiba akhirnya, lidahnya menjilati kepala batang kemaluanku sebelum dimasukkan ke mulutnya yang hangat.
Dengan sedikit menjulurkan kepalaku, bisa kulihat kepala ibuku naik turun sambil tangannya membelai-belai dadaku. Semakin cepat gairah, kepalanya naik turun sehingga membuatku mau orgasme.
Kubilang, “Mam kayaknya mauuu kkeelluuaarr nih.”
“Yah udah, keluarin aja yah di mulut.” katanya.
Tanpa ragu-ragu kusemprotkan semua spermaku di rongga mulutnya. Lalu terdengar bunyi, “Glek” seperti orang menelan air. Ternyata semua spermaku habis ditelannya tanpa setetes pun tersisa sambil terus menyedot-nyedot batang kemaluanku dengan rakusnya serasa buah batang kemaluanku ikut tersedot. Sesudah puas, beliau bangkit dan mengambil 2 gelas wine untuk kami berdua, kemudian kami toast.
“Bill, mami sayang banget sama kamu.” katanya.
Tidak mau kalah kataku, “Billy juga sayang sama mami, sayang buanget,” kemudian disambutnya dengan ciuman mesra.
Akhirnya, kami tertidur kecapean tanpa sehelai benangpun di dalam kantong tidur yang sama.
Paginya, kami segera berbenah untuk segera kembali ke kota, karena sore harinya ibuku sudah harus kembali ke LA untuk menemui teman lamanya sebelum beliau kembali ke Jakarta. Setibanya di kota aku kembali sibuk mengurus tiketnya dan dia juga sibuk membeli beberapa cindera mata. Sekitar jam 19:30, tibalah waktunya untuk mengantar ibuku ke airport.
Terbersit kesedihan di matanya karena kami harus berpisah beberapa saat. Aku juga tidak tahan sebetulnya dengan perpisahan. Setelah boarding, kami mengobrol dulu sejenak, tapi tiba-tiba ibuku menarik tanganku menuju ke suatu tempat. Tempatnya agak pojok seingatku, itu adalah toilet khusus wanita. Setelah menunggu isyarat darinya, baru aku berani masuk dan ternyata kosong.
Kami memilih salah satu bilik dan menguncinya dari dalam. Mungkin karena berada di negara yang bebas, aku sedikit tidak terlalu takut. Ibuku mengulumku dengan ganasnya sambil membuka retsleting celana jeansku. Maka dengan mudah batang kemaluanku keluar. Diciumnya dengan mesra kepala batang kemaluanku berkali-kali yang kemudian dibenamkan dalam-dalam di mulutnya.
Di sela-sela kulumannya sempatnya beliau berpesan, “Bill, kalau mami ngga ada, jangan ML sembarangan yah! Pilih-pilih dulu and jangan lupa pake kondom. Biar nggak kena penyakit.”
Aku sih hanya bisa menganggukkan kepala saja, sebab lagi asyik. Semakin menggalak saja beliau menghisapnya, sambil tangannya memainkan buah batang kemaluanku.
“Mam… aku udah mau keluar nihhh… ahhh… uuuhhh… crot… crooot…” kataku sambil menutup mulutku takut terdengar orang lain.
Kali ini mungkin terlalu banyak, sehingga sebagian dari spermaku mengalir keluar melalui bibirnya yang seksi. Diusapnya pakai tangannya kemudian dijilati kembali dengan lidah mungilnya.
Tiba-tiba, kenikmatan kami terganggu karena berita panggilan kepada para penumpang untuk segera naik ke pesawat. Dengan tergesa-gesa aku menaikkan celanaku dan kami merapihkan baju masing-masing.
Sementara itu ibuku malah membuka celana dalam G-stringnya dan memberikannya kepadaku sambil berpesan, “Bill, kamu simpan ini, dan bawa balik ke Jakarta kalo kamu pulang nanti…”
Kaget bukan kepalng, aku terima dan aku masukkan ke dalam kantong celana jeansku.
“Ok Mam, aku janji deh.” sahutku sambil mencium keningnya.
Kami berlari menuju pintu masuk. Sempat-sempatnya aku memperhatikan pantat ibuku terguncang-guncang karena tanpa celana dalam dan dibungkus rok mini ketat. Di depan pintu aku mencium tangannya seperti hubungan normal ibu dan anak. Ibuku bergegas masuk sambil melambaikan tangannya, sementara itu aku masih berpikir, sepertinya ada yang janggal di bibir ibuku tadi.
“Have a nice flight, Mom… see you soon.” kembali aku bergumam.
T A M A T