1 November 2020
Penulis —  cangcorang

Poker Online Membuatku Bahagia

Perkenalkan namaku adalah Ani Wulandari, panggil saja Ani, umurku sekarang 38 tahun dengan tinggi badan 160cm, berat 55kg, bra ukuran 36B. Aku sudah bersuami dengan seorang pengusaha terkenal di Indonesia dan mempunyai 1 orang anak. Saat ini aku bekerja di Production House di daerah Ciganjur sebagai seorang sekretaris.

Aku paling menyukai warna merah dari sejak kecil, dan menurut teman-temanku kalau aku memakai warna merah, baik baju, rok mini atau celana merah sangat cantik sekali karena tubuhku putih mulus. Hal tersebut karena aku selalu menjaga perawatan tubuh setiap 1 minggu sekali baik ke SPA atau Salon langgananku.

Jangan lupa kalau aku pakai baju merah, rok merah pasti BH ku berwarna merah juga celana dalamku pasti merah. Aku paling suka mencukur bulu rambut vaginaku sampai bersih alias gundul licin, karena aku sangat menyukai kebersihan dan dengan tanpa bulu rambut dikemaluanku rasanya seperti bayi yang baru lahir sehingga kelihatan sexy menurutku, ditambah aku paling suka mengoleskan ramuan pembersih yang harum disekitar vaginaku.

Kerjaanku lebih banyak membuat laporan dan jadual bos karena aku memang seorang sekretaris. Namun pada saat-saat tertentu aku banyak menganggur. Disaat menganggur seperti itu biasanya aku gunakan untuk main poker ONLINE, mainan kesukaanku. Salah satu poker ONLINE yang saya sukai adalah Zynga - Texas Holdem Poker.

Banyak juga teman mainku baik laki-laki atau perempuan, dan salah satu nama pemain yang cukup akrab dan sering menemani aku ada Cecep. Menurutnya, Dia saat ini tinggal di Bandung berusia 40 tahunan dan berprofesi sebagai fotografer dan masih lajang. Semakin lama semakin akrab, baik dalam permainan poker atau chatting dan semakin jauh saling bertelepon mesra saling mengungkapkan kehidupan pribadi masing-masing.

“Saya sudah lama menikah dengan pengusaha terkenal di Indonesia itu Mang Cecep, tapi kehidupan kami HAMBAR walaupun kami sudah dikaruniai dua anak laki-laki yang sehat”, begitulah awal curhat teleponku dengan Mang Cecep. Loh kok kenapa bisa hambar begitu,” kata Cecep berusaha mencari akar masalahnya dari suaranya melalui telepon.

Kemudian serta merta aku ceritakan dengan jujur bahwa saya jauh dari kebutuhan biologis yang banyak diidamkan oleh seorang wanita atau istri kebanyakan walaupun secara materi sangat cukup. Bayangkan saja Mang Cecep, saya hanya dikunjungi 1 atau 2 kali dalam sebulan dimana itupun dilakukan dengan sangat terpaksa dan tiada mengenal waktu karena biasanya dia minta pas kebetulan saya lagi capek dan tetap dipaksa melayani.

Sering kondisi begini terjadi. Pada saat liburan santai dan badan saya rasanya menginginkan kebutuhan logis, dia bilang mau santai dengan anak-anak. Berbagai alasan itulah yang membuatku memilih bekerja daripada dirumah makin terasa suntuk. Rupanya secara naluri Mang Cecep menangkap maksudku, karena aku cerita jujur apa adanya.

Diakhir telepon, selalu saja Mang Cecep mengatakan, jangan lupa kalau ke Bandung telepon saya ya. Diam-diam aku menyukai pribadi Mang Cecep karena kesabaran dan kebaikannya padaku walaupun aku sadar bahwa aku sudah bersuami. Paling tidak Dia adalah tempat curhatku dan tempat aku menumpahkan masalahku walaupun ada yang dapat solusi ataupun hanya sekedar berbagi cerita.

Waktu yang dinantikanpun tiba, kebetulan Bos ada proyek di Bandung dan memintaku untuk menemaninya selama 5 hari karena ada Sinetron yang harus digarap dan berlokasi di Bandung. Pucuk dicinta ulam tiba, begitulah kata batinku. Setelah menjelaskan kepada suamiku, dia cukup memahami tugasku dan mengijinkan aku ikut pergi ke Bandung.

Sebelum perjalanan menuju Bandung, aku sempat SMS ke Mang Cecep bahwa saya ada waktu 5 hari disana untuk mendampingi Bos. Kebetulan saya dan bos berangkat pagi sekali dan waktu acara dimulai besoknya sehingga siang-sore bisa bertemu dengan Mang Cecep karena malamnya aku harus mendampingi makan malam bos dan partnernya nanti selama bekerja di Bandung.

Jam 7 pagi kami sudah meluncur dari Jakarta ke Bandung. Tepat jam 10an kami sudah memasuki wilayah Bandung dan segera mobil kami meluncur ke arah Hotel dimana aku dan bos akan menginap. Hotel yang kami sewa adalah Hotel Aston di jalan Braga. Setelah kami tiba disana, lalu kami masing-masing check in, bos mendapatkan kamar VIP dilantai 5, sedangkan aku mendapatkan kamar Deluxe dilantai 4.

Bos memanggilku dan mengatakan kalau Dia tidak bisa menemaniku makan siang karena Dia ada janji dengan temannya. Setelah masuk kamar, aku berpikir untuk segera SMS ke Mang Cecep sekedar untuk memberitahukan bahwa aku sudah sampai di Bandung dan tinggal di Hotel Aston kamar 469. Setelah SMS terkirim, aku mulai membenahi pakaian.

Sambil santai aku buka kaos dan celana panjangku yang menemaniku selama perjalanan tadi, sehingga aku hanya memakai BH dan CD yang keduanya berwarna hitam. Aku nyalakan AC dan TV sambil aku rebahkan badanku ditempat tidur sejenak, sebelum akhirnya aku bergerak ke kamar mandi. Aku buka BH ku perlahan, nampaklah ke dua buah dadaku yang montok dengan kedua putingku yang masih agak merah dan berputing kecil.

Nampak didalam belahan vaginaku terlihat daging labia yang berwarna kecoklatan, dengan sedikit cairan berwarna bening diatasnya. Aku remas-remas puting payudaraku, sambil aku sentuh pelan-pelan bibir vaginaku, terasa seperti ada aliran aneh yang terasa nikmat ditubuhku. Terus aku gosok-gosok vaginaku dengan sekali-kali aku masukkan sedikit ujung jari tengahku ke lubangnya, aliran seperti sengatan listrik terus menjalari seluruh tubuhku, tubuhku terasa bergetar beberapa kali setiap ujung jari tengahku bermain-main dilubang vaginaku.

Aku setel airnya agar sedikit lebih hangat sambil tanganku bermain di payudara dan vaginaku. Ohhh… sangat nikmat sekali rasanya, vaginaku semakin terasa lebih lembab dan gatal karena ulah jari-jariku sendiri. Setelah 15 menit jari-jariku bermain didalam vaginaku, terasa ada cairan yang meleleh hangat dan membuat sedikit lemas tubuhku tapi rasanya luar biasa nikmatnya, sampai aku tidak bisa menggambarkan perasaanku sendiri.

Masih menikmati permainanku dalam kamar mandi, sayup-sayup aku mendengar suara ketukan dipintu kamarku. Cepat-cepat aku selesaikan mandiku dan bergegas menuju kamar, memakai kaos merah, cd merah dan celana pendek diatas dengkul warna merah. Setelah menyisir sebentar dan memakai minyak wangi, lalu kubuka pintu kamarku dan…

Maaf, Apakah ini kamar Ani? Suara pria yang tampan, gagah dan sopan terdengar dari balik pintu tersebut sambil menjulurkan tangannya, spontan saya jawab; “Ya benar,” yang saya balas jabatan tangan tersebut dengan lembut. Diluar dugaan jabatan tangannya yang terasa hangat dan gagah tersebut membuat aku sedikit gugup karena ada rasa nyaman tersendiri.

Saya, Cecep, pemuda yang biasa menemani Anda bermain Poker dan tempat Anda berkeluh kesah, begitu ucapnya sambil tersenyum. Silahkan masuk jawabku spontan tanpa ada risih sekalipun padahal aku baru saja bertemu langsung. Aku persilahkan dia duduk, sedangkan aku berusaha mengambilkan minuman yang ada dalam kulkas kecil dipojok kamar tepat dihadapan kursi tempat dia duduk.

Coke yang dingin aku dapatkan dan tanpa sengaja aku berjalan tersandung ujung kaki meja sehingga membuat tubuhku terjatuh ke depan, untungnya Mang Cecep dengan sigap menangkap badanku dan tanpa sengaja kedua buah tangannya menangkap kedua belah payudaraku yang aku baru menyadarinya tanpa pembatas kain atau BH.

Uhh aku kaget sekaligus melenguh halus saat kedua tangan kekar menangkap kedua payudaraku, terasa aliran aneh merasuki tubuhku dan aku seakan pasrah karena aliran enak yang aku alami. Mang Cecep yang menolong tapi diluar dugaannya malah menyentuh langsung kedua payudaraku yang tanpa BH tersebut merasa kaget dan segera meminta maaf kepadaku.

Maaf Ani, saya tidak sengaja. Aku jawab dengan salah tingkah karena aku masih gugup, “ohh tidak apa-apa,” saya senang Mang Cecep bisa menolong saya. Dan karena dalam kondisi masih limbung aku malah memeluk pinggangnya, yang tentunya payudaraku bersentuhan langsung dengan dadanya walaupun dibatasi dengan kain kaos kami masing-masing.

Ciuman Mang Cecep dibibirku membuatku lupa bahwa aku telah bersuami. Ciuman itu terasa seperti aliran listrik yang mengurut-urut ujung bibirku, terasa ringan dan enak sekali. Tidak butuh waktu terlalu lama untuk aku membalas ciumannya dengan lembu. Sekali-sekali mang Cecep menggigit bibirku, kemudian berusaha mengambil lidahku dengan kedua bibirnya.

Ohhh rasanya nyaman sekali. Mang Cecep terus mengulum bibirku, sambil tangannya mulai menyentuh lembut payudaraku dari luar kaosku. Ohhh… ohhh, mang ce… cep, oh… enak mang… hanya kalimat itu yang terucap dari mulutku. Sambil terus menciumi bibirku, kemudian turun ke leherku dimana leherku adalah salah satu titik lemahku, kembali suaraku yang parau berkicau.

Perlahan Mang Cecep membuka kaosku dan mengangkat kedua tanganku untuk meloloskannya. Mang Cecep benar-benar berlaku lembut, sambil mengangkat tanganku, ketiakkupun tak luput dari ciuman dan jilatan lidahnya, membuat aku sedikit menggelinjang kegelian. Kini kedua bukit kembar payudaraku yang montok dan menggiurkan tersebut terpampang tanpa sehelai benangpun.

Sambil membuka kaosnya sendiri, Mang Cecep segera mengulum-ngulum putingku dengan lembut. Kini kami berdua dalam keadaan bertelanjang dada. Bulu-bulu halus didada mang Cecep membuat gairahku meninggi. Segera aku tarik celana panjangnya, aku buka resletingnya dan tonjolan dari dalam CD nya seakan sudah tidak sabar untuk menjinakkanku.

Payudara dan putingku terus menjadi sasaran mulut mang Cecep. Jilatan-jilatan lidahnya diputingku membuatku terus mendesah tak karuan “ohhh… ohh mang… ohhh, enak mang…” Payudaraku terasa menjadi lebih besar dan terus mengeras menandakan gairahku semakin tinggi. Tak mau kalah, aku segera mengeluh penis mang cecep dari luar CD nya, dengan lembut dan teratur aku elus.

Makin lama-makin menegang dan seakan mau tumpah dari CD nya dimana kepala penisnya mulai menyeruak keluar. Ani, tolong dong turunkan CD saya, begitu pinta mang Cecep. Aku yang mulai tinggi gairah birahiku dengan cepat menurunkah CD nya sehingga mang Cecep telanjang bulat dengan penisnya yang tegang dan amat besar.

Aku taksir panjangnya sekitar 18 cm dengan diameter 5 cm, 5 cm lebih panjang dan 1 cm lebih besar dari punya suamiku. Segera aku usap-usap dengan tanganku, kemudian tak lama kemudian aku cium dan jilat ujung kepala penisnya. Hal itu membuat tubuh mang Cecep bergetar. Setiap aku jilat ujung kepala penis dengan lidahku, tubuh mang Cecep bergetar.

Seketika tangan mang Cecep menarik tubuhku, menggendongku dan merebahkanku ditempat tidur. Sejenak mang Cecep memandangi tubuhku yang putih, bersih dan montok tersebut untuk kemudian menindihku sambil menyerang bibirku dengan ganas, dikulum, digigit dan lidahku seakan-akan ditarik dengan kedua bibirnya membuat tubuhku bergerak tak beraturan kekiri kekanan sambil terus mendesah “ohh…

ohhhh… ohh mang Ce… cep, ohhh”. Serangan mang Cecep berlanjut kearah leher. Seluruh leherku habis dijilatin dengan lidahnya yang membuat aku semakin horny. Serangannya turun ke arah kedua putingku yang terus dikulum, digigit dan dijilatin bergantian puting kiri, kanan dan kedua nya tampak membengkak.

Tak lama jilatannya turun ke perutku sambil tangannya secara perlahan menurunkan CD merahku. Tidak menunggu terlalu lama CD merahku dilempar entah kemana, dan mang Cecep sedikit terkejut mendapati vaginaku bersih tanpa sehelai bulu rambutpun. Aku yang sudah tinggi birahiku sempat bertanya: “Kenapa Mang?

Mendapat jawaban seperti itu, sungguh melayang perasaanku, dibarengi dengan jilatan lidah mang Cecep mulai menyentuh vaginaku. Aku melenguh sambil mengangkat sedikit pantatku, jilatan-jilatan lidah mang Cecep membuatku bergelinjang hebat. Kadang vaginaku dibuka sedikit dengan kedua jarinya, kemudian lidahnya menyusuri kulit-kulit sensitive didalam vaginaku.

Ohhh… ohhh. oohhh mang… eee… nak mang… ohhh enak… hanya rancauan seperti itu yang bisa aku ucapkan. Jari-jari mang Cecep mulai memainkan klitorisku… terasa akan ada cairan yg bergerak maju untuk keluar dari liang vaginak. Oohhh mang ce… cep… ohhh mang… oh mang aku mau… oh…

disaat aku mau keluarkan cairan mang Cecep menghentikan kegiatannya, dan membuat aku sedikit kecewa. Ternyata kekecewaanku salah karena, sesaat kemudian ada benda besar yang ternyata penis mang Cecep itu mulai masuk ke liang vaginaku. Pelan tapi pasti perasaanku menjadi lebih enak, lebih menikmati permainan tersebut.

Mang… ohhhh… mang… ohhh, suara lenguhanku karena penis mang cecep terus menggenjot-genjot liang vaginaku. Kadang pelan, kadang sedang dan kemudian cepat gerakannya membuat tubuhku terus bergelinjang. Tak lupa mulut mang Cecep terus menyerbu payudaraku sehingga aku hampir-hampir melayang karena keenakan permainan mang Cecep tersebut.

Vaginaku seakan-akan menyedot-nyedot ujung kepala penisnya, membuat gerakan mang Cecep semakin cepat. Gerakan penis mang Cecep yang menggenjot vaginaku semakin lama semakin cepat membuat reaksi tubuhku tak terkendali. Bergerak kekiri-kekanan, ohhh… mang ohhhh mang oh… mang ce… cep… mang aku mau…

ohhhh mang, aku tidak kuat ohhh mang… oh mang… aku mau sam… pai mang oh. Tanpa memperdulikan eranganku, mang Cecep memacu terus gerakannya, membuat aku sudah tidak kuat dan oh… mang… ohhhh, mang… terdengar suara mang Cecep. Tahan sebentar Ani, saya juga mau keluar habis vaginamu sangat enak, peret dan menyedot-nyedot ujung kepala penisku.

Ayo mang kita keluarkan bersamaan ya… ohhhhh mang. Vaginaku semakin berdenyut-denyut, mengeras dan terus bertambah gatal terasa terus menyedot kepala penis mang Cecep. Sementara mang Cecep merasa penisnya menyentuh liang-liang rahim dalam vagina Ani dan terasa semakin geli dibuatnya ditambah vagina Ani terasa semakin menyedot-nyedot ujung kepala penis nya dan beberapa saat kemudian: “oohhhh Ani..

Ohhhhh Ani, Mang Ce.. cep mau ohhhhhh mau keluar ohhhh, dan crott… crot.. crotttttt”. Kami berdua berpelukan erat kemudian melenguh panjang bersamaan, seiring cairan peju putih kami berdua mengalir seperti air yang tak tertahan dari bendungan. Kami berdua mengalami orgasme yang bersamaan dan ini adalah kenikmatan yang belum pernah saya dapatkan selama menjadi suami pengusaha terkenal itu.

Kami diam sejenak, kemudian mang Cecep menggendong saya ke kamar mandi. Mang Cecep dengan telaten memandikanku. Menggosok-gosok payudaraku, menjilati kedua putingku dan terus menggosok-gosok liang vaginaku setelah diguyur air kemudian menjilati vaginaku dengan lidahnya. Ohhhh terasa melayang tubuhku ini.

Sambil saling gosok, berciuman, kamipun melakukan hubungan badan kembali di kamar mandi dengan dibawah guyuran air hangat dari shower. Vaginaku yang tanpa bulu rambut tersebut terasa makin gatal dan cairan kental mengalir dari liang-liang kewanitaanku dan… ohhh enaknya bercinta dengan teman main Poker online ku.

Cerita Sex Pilihan