31 Oktober 2020
Penulis — arifroziqi
“Hmm..” suara bibi melumat bibirku.
Kedua tangannya sudah melingkar di pinggulku, sehingga bongkahan daging kembar didadanya terasa menekan bidang dadaku. Bibi tuti semakin merapatkan pelukannya sehingga aku menerka, bibi tidak menggunakan bra dibalik dasternya.
Lidahnya semakin bernafsu mencari-cari lidahku, hingga aku sempat tersengal saat lidahku dihisap dalam-dalam. Sesekali telapak tangannya dengan jari-jari nya yang lentik, meremas kedua bongkahan daging pantatku. Dan jujur saja hal itu menimbulkan rangsangan yang luar biasa, syaraf kelaki-lakianku sepontan melonjak di ubun-ubun.
Sesekali tanganku mulai mengelus permukaan buah dada bibi dari luar dasternya, aku rasakan betul bahwa wanita ini benar-benar sudah terangsang hebat. Terbukti saat jariku memilin-milin puntingnya, begitu keras dan kencang berdiri. Tanganku berpindah-pindah dari buah dada, pinggul dan pantat bibi sesekali aku remas seolah tidak terima dengan remasan jarinya dipantatku sebelumnya.
Jariku dengan lihai meremas dan mengelus permukaan pantat nya, sesekali aku menyisipkan jari telunjukku di tengah bongkahan pantatnya.
“Aakhh.. Den..” rintihnya saat jari telunjukku, aku mainkan pada lubang analnya
“Ohh.. Den.. bibi nggak tahan..” katanya merintih.
Sambil berkata demikian, wanita tersebut menekan pundakku supaya jongkok menghadap selangkangannya. Aku tahu persis dengan apa yang diharapakan bibi, lidahku mulai menjilati lutut wanita itu yang masih dalam posisi berdiri. Jilatanku semakin menjadi dan menuju ke pangkal paha bibi tuti, tanganku tidak ada hentinya meremas, pantatnya yang masih kencang.
Tidak terlalu sulit untuk menyingkap daster yang dikenakan bibi karena wanita tersebut membantu mengangkat bagian depan dasternya. Sehingga nampak jelas ‘hutan lebat’ yang tumbuh di tengah selangkangan wanita tersebut bagian tengahnya sudah basah dengan lendir yang keluar dari lubang kewanitaanya saat kamu bercumbu sebelumya.
“Akkhh.. Aaowww..” rintihnya ketika lidahku mulai mendarat dipermukaan bibir vaginanya. LIdahku menari-nari bagaikan tarian tanggo argentina dipermukaan bibir vaginya.
“Okkhh.. Teruss.. aden.. Hisaapp saayaanngg,” rintihnya.
Rintihan bibituti membuat aku semakin berani memerankan lidahku dalam menjelajahi lubang vaginanya. Wanita itu membuka lebar-lebar kakinya, sehingga memudahkan aku untuk mengocok, menghisap, dan menjilat vaginanya yang mulai basah dibanjiri lendir kenikmatan dari lubang vaginanya.
Aku melihat, jelas bibi tuti menggunakan kedua tangannya untuk meremas, mengusap dan menekan buah dadanya. Sesekali jarinya yang lentik, memainkan puntingnya yang semakin kencang. Saat wanita itu sibuk dengan aktivitas tangannya, aku mencoba memberikan sentuhan lain dalam bercinta. Aku merubah posisiku yang awalnya jongkok di depan selangkangannya, aku segera merangkak diantara kedua kakinya yang sedang terbuka lebar.
“Aauughh.. Sss..” rintihnya ketika lidahku mulai mendarat dipermukaan pantatnya. Aku segera menyibak kedua bongkahan pantat, dan nampak jelas lubang analnya yang begitu bersih.
“Akkhh.. aden.. Kaamuu,” rintih wainta itu kembali.
Lidahku langsung menjilati lubang anal bibi, dan seperti yang sudah aku dapatkan tentang pengetahuan dari buku-buku maupun film BF yang aku tonton. Ternyata lubang anal juga merupakan bagian yang paling sensitif bagi kaum hawa, dan itu terbukti dengan menggeliatnya tubuhnya ketika lidahku manari-nari dilubang analnya.
“Den.. Sss..” desahnya
Jari telunjukku berputar-putar sesaat di permukaan clitorisnya dan beberapa saat kemudian, jari tengahku mulai bergerak keluar masuk dilubang vaginanya.
“Ohh.. Tteruuss.. bibi.. mau dappet..” katanya liar.
Sesaat kemudian aku kembali merubah posisiku semula, kedua tangannya menahan tubuhnya di permukaan kulkas. Sedangkan kedua kakinya terbuka lebar, sehingga dengan mudah lidahku menari-nari di ujung clitorisnya. Semakin kencang desahannya semakin lair pula lidahku menjilati clitorisnya. Jari telunjukku, yang sebelumnya terbenam pada lubang vaginanya, sekarang berbalik terbenam dilubang anal bibi.
Tubuhnya semakin bergerak tidak beraturan, naik-turun, maju-mundur, mengikuti aktivitas ganasnya lidahku.
“aden.. bibi.. Keellu.. arr aagghh” rintihnya panjang.
Bersamaan dengan rintihan panjang, kedua pahanya terasa menggapit kepalaku sehingga aku tidak mendengar desahan panjangnya. Dan disaat itu pula aku rasakan lelehan lendir yang begitu banyak dari lubang kewanitaannya. Aku tidak menghentikan aktivitasku, bahkan aku berusaha membuat bibituti bisa menikmati jilatan lidahku untuk membersihkan lendir yang baru saja dikeluarkan.
Disaat aku sedang asyik menikmati vaginanya yang masih basah, tiba-tiba aku dikejutkan dengan tangan bibi yang mengangkat pundakku.
bibi mengeluarkan penisku dari celanaku. Bagaikan di sebuah film BF yang pernah aku lihat, dengan pakaian kerja kantor lengkap dengan dasi yang aku kenakan, bibi hanya mengeluarkan penisku dari resleting celanaku saja.
“Hmm.. Kamu memang jantan deny..” puji bibi sambil mengelus penisku.
Bersamaan dengan hal itu, aku merasakan gesekan tangannya yang halus dipermukaan batang penisku. Sehingga hal itu menimbulkan rangsangan yang luas biasa. Sedetik kemudian, aku hanya bisa merem melek menikmati kuluman bibirnya. Seluruh batang kemaluanku seperti ditelan habis dalam mulut, sesekali lidahnya yang nakal menjilati ‘kepala’ penisku.
“Akhh.. bituti.. Hisap terus.. Sss” rintihku dalam.
Bagikan melayang aku dibuatnya, bibi memang mempunyai keahlian dalam oral sex. Terbukti semua hisiapan, kuluman, jilatan pada batang kemaluanku, nyaris tidak menyentuh giginya sama sekali. Aku sangat menikmati sekali perlakuannya pada batang kemaluanku, sehingga sentuhan lidahnya yang bertubi-tubi mendarat di batang kemaluanku semakin lama semakin menimbulkan rangsangan yang luar biasa.
Tiba-tiba bibi berdiri dari jongkoknya dan berkata..
“Deni.. bibi sudah nggak tahan” katanya lirih.
Sambil berkata demikian bibi membalikkan tubuhnya dan bersandar dipinggir meja makan.
“Ooo.. h” mata nya mendelik dan bibirnya mendesah hebat saat penisku yang kekar mulai menembus vaginanya yang mulai dibasahi dengan cairan disekitar vaginanya.
“aden.. Ookkh.. Jangan.. Permainkan akuu.. Uughh” rintihnya.
Aku sengaja mengendalikan permainan dengan jalan hanya menggerakkan keluar masuk kepala penisku, sehingga bibi meronta penasaran.
“Saayangg.. Masukkan semuuaa.. Aakuu peenggen..” rintihnya kembali.
Seketika itu aku langsung menancapkan seluruh batang kemaluanku sampai menthok dalam vaginanya.
“Oookkhh..” untuk kesekian kalinya bibi merintih.
Aku menggerakkan pinggulku berputar-putar tanpa menggerakkan keluar masuk penisku dalam lubang vaginanya. Kedua tanganku mengunci pinggul bibi, sehingga wanita tersebut hanya bisa merem melek, mendesah, merintih kenikmatan.
“Akkh.. Deni.. Nikmaatt sekali.. Sss..” desahnya.
Dengan perlahan dan penuh perasaan, aku merubah gerakan penisku dalam vaginanya. Bagaikan goyangan patah-patah Anisa Bahar, aku menggerakan batang penisku dan ternyata gerakkan itu membuatnya menggerinjang hebat.
“Deni.. Terruss.. Teruss.. Saayang.. Jangaan.. Berhenti.. Oohhkk” celotehnya.
Disela rintihannya, ini kesempatanku untuk merangsang lubang analnya. Dengan bantuan beberapa cairan yang sudah membasahi pahanya, aku mengoleskan cairan tersebut disekitar lubang analnya.
Seakan tenggelam dalam kenikmatan penisku yang mengoyak, menghujam dan menerobos dinding vaginanya, T tidak merasakan jika ibu jariku juga sudah mulai mengoyak lubang analnya.
“Slleepp..” suara ibu jariku menyelinap di lubang analnya.
Lengkaplah sudah permainan sex ku dengan bibi, kedua lubang miliknya sudah terkoyak oleh penis dan ibu jariku. Beberapa saat kemudian, aku menggerakkan frontal penisku untuk mengoyak lubang vagina nya karena aku melihat indikasi wanita tersebut akan mendapatkan orgasmenya yang kedua. Begitu banyaknya cairan yang meleleh keluar dari lubang vaginanya.
“aden.. Deni.. bibi.. Mau.. kelluuaar..” rintihnya hebat.
“Okkhh.. Nikmat.. Jangan.. Jangan.. Dilepas.. Sss..”
“aah.. Deni.. aaadeen.. Aaakhh” teriaknya.
Kedua tangannya mencengkeram pinggir meja makan, sedangkan bibirnya tidak berhenti mendesah dan merintih. Sesekali bibir bawahnya digigit, sehingga pemandangan tersebut benar-benar membuat birahiku bergolak. Kadua kaki yang jenjang, ditutup rapat seakan-akan tidak mau melepaskan penisku yang masih terbenam dalam vaginanya.
“Ohh… Kamu hebat banget..” puji nya.
“Ccplok.. Cplok.. Crek.. Crek..” suara gerakan batang penisku yang masih bergerak maju mundur membuat kedua kakinya mengejang hebat.
Aku membiarkannya menikmati orgasmenya yang kedua, dan disaat wanita itu masih menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasmenya dia tidak menyadari jika ibu jariku masih terbenam dalam lubang analnya.
Aku segera mencabut batang penisku dari lubang kemaluan bibituti, dan setelah aku merasa lubang analnya sudah terbuka. Aku segera mengarahkan kepala penisku ke lubang anal bibi
“Aoowww.. aden.. Apa yang kamu lakukan..?” tanya nya sambil menoleh ke belakang.
“Tenang bibi..” jawabku singkat.
“Sreett..” kepala penisku mulai menerobos lubang analnya.
“Aoowww.. Sakiit.. aden” rintihnya sambbil memegang pantatnya sendiri.
“santai aja bibi.. Bentaran juga enak ok..” kataku menghibur.
“Ihh.. sakiit.. Aaakhh” rintihnya kembali.
Dengan perlahan dan cm demi cm aku mulai memasukkan seluruh batang penisku di dalam lubang analnya.
“Ampunn.. aden.. Ssaakkiitt..” rintihnya.
Begitu aku merasakan seluruh batang penisku terbenam dalam lubang analnya, aku berusaha diam sejenak untuk memberikan kesempatan lubang analnya mengenal penisku.
Segera dengan perlahan aku mulai menggerakkan keluar masuk penisku.
“Akkhh.. Terruss.. aden tapi pelan” pintanya.
bibi mulai merasakan kenikmatan penisku yang mulai mengocok lubang analnya, sehingga rintihan kesakitan berubah menjadi rintihan kenikmatan. Aku semakin berani berimprovisasi di lubang analnya, seperti halnya aku mengoyak lubang vaginanya.
“Okhh… Hebbatt.. adennnn.. Jangan berhenti..” rintihnya.
Tanpa aku sadari kapan bibi memasukkan jarinya ke dalam lubang vaginanya, wanita setengah baya tersebut berusaha mengejar orgasmenya yang ketiga. Aku merasakan kerjaku tidak banyak karena bibi mambantu untuk mengocok vaginanya, sehingga aku berkonsentrasi penuh menikmati lubang anal bibi.
“bibi.. aku.. Mau.. Keluar..” rintihku.
“Iyaa.. Sayangg.. Kita keluar.. Sama-sama.. Ookkh” rintihnya.
Gerakankan aku semakin tidak terkontrol dalam lubang anal nya dan jari wanita tersebut juga sedang bekerja meraih orgasme yang berikutnya. Aku merasakan ada sesuatu yang akan menyembur dari penisku, gesekan dinding lubang analnya membuat kenikmatan yang luar biasa.
“Oookkhh… aDeen keluar…?” tanyaku merintih
“bibi.. Aku.. Nggak taahaann..” rintihku.
“Iya.. iyaa.. bibi juga… Aaakhh”
“Okhh..” rintihan panjang kami berdua mengakhiri permainan sex di dapur rumahku.
“Crut.. Crut.. Crut.. Crut..” beberapa semburan spermaku dalam lubang analnya dan sebaliknya lubang vagina bibi mengeluarkan banyak cairan yang membasahi kedua pahanya. Beberapa tetes spermaku jatuh ke lantai bibi.
Sesaat kemudian bibi membalikkan tubuhnya dan berkata..
akh aden ternyata enak banget klu lewat anus
Emang bibi pernah
Enggak den tadi waktu bersihin kamarnya aden aku melihat tv aden masih menyala dan disana ada adegan lewat belakang kok wanitanya kelihatan enak banget
Lalu kami sama 2 mandi kemudian kami tidur bersama