1 November 2020
Penulis — aurel08
Aku terima banyak email, sorry aku nggak sempat balas. Ada juga orang yang menggunakan namaku untuk kepentingannya. Aku nggak pernah ngirim cerita ke web lain, membuat CD ataupun mengkomersialkan cerita-ceritaku. Ini juga cerita terjemahanku lainnya yang juga merupakan cerita favoritku juga. Selamat menikmati.
*****
Adikku Chrissy kubuat knock-out pada usia 16 tahun, tiga tahun dibawahku. Dia benar-benar sudah tumbuh sebagai seorang gadis yang sempurna. Tubuhnya yang semampai, tinggi 165 cm dengan ukuran vital 35-22-34. Ditunjang dengan kulitnya putih dan mulus, wajahnya yang oval sangat cantik dan imut-imut. Benar-benar tubuh yang sangat ideal buat seorang gadis, bahkan seandainya dia mau jadi gadis model atau cover majalah gadis, dia bisa menjadi Top Model.
Pribadi Crissy juga sangat baik sekali, supel, mudah bergaul, murah senyum dan ramah. Bahkan hubungan kami sebagai adik-kakak pun hampir tidak pernah ada masalah. Demikian juga diluar lingkungan keluarga, adikku juga selalu jadi suporter utamaku yang fanatik dalam aktivitas olah raga yang kuikuti. Dia menganggapku bukan hanya sebagai kakak, tapi juga pahlawan dan type pemuda idamannya.
Hubungan kami pun jadi semakin rapat seiring dengan pertumbuhan kami. Kami saling membantu dan mensupport aktivitas kami masing-masing. Aku juga sangat bangga akan prestasi-prestasi yang diraihnya. Aku benar-benar memberikan segalanya buat Chrissy, perhatian dan kasih sayangku kepada Chrissy bahkan lebih besar dari pada orang tua kami.
Karena kedekatan kami maka Chrissy selalu mengadukan semua permasalahannya kepadaku, mulai dari hal yang paling rahasia sampai hal-hal yang paling sepele sekalipun. Dan ketika Chrissy mulai menginjak remaja, aku jadi semakin proactive dan protective terhadap persoalan remajanya melebihi dari kakak-adik pada umumnya.
Salah satu permasalahan khususnya adalah hubungannya dengan pacarnya saat ini. Aku benar-benar memberikan perhatian secara khusus. Aku selalu memonitor setiap kali dia melakukan kencan. Adalah sangat mengherankan bahwa hubungan kami berdua tetap terpelihara baik, karena Crissy juga sangat menghagai akan perhatianku.
Walaupun kebribadian Crissy yang demikian mengagumkan, tetapi dia begitu peka dan rentan perasaannya, khususnya kalau menghadapi seorang pemuda, sehingga kadang-kadang dia pulang kencan dengan mata merah habis menangis. Akupun segera menghiburnya, membantunya memecahkan permasalahannya ataupun menerangkan bagaimana sikap dan perasaan seorang pemuda dan juga memberikan tip-tip strategi untuk melindungi kepentingannya secara bijaksana.
Salah satu permasalahan yang dihadapi Crissy adalah berhubungan dengan perkembangan sexuality. Banyak permasalahan dan air matanya yang diberikan kepadaku untuk masalah ini, dan akupun mencoba memecahkan persoalannya secara bijaksana dan tuntas, langsung kepokok permasalahannya. Aku kadang-kadang menggunakan cerita tentang madu dan lebah.
Terkadang aku juga berusaha menerangkan dengan jelas tentang isue hubungan sex yang pernah dia dengar dari teman-teman wanitanya. Dari diskusi-diskusi yang kami lakukan, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa Crissy masih perawan. Tapi dari aroma kewanitaannya yang tercium olehku setiap kali dia pulang kencan, meyakinkanku bahwa status keperawanannya tidak akan bertahan terlalu lama.
Aku berusaha mengantisipasi perkembangan ini dari berbagai sisi. Satu sisi, perasaanku yang timbul secara otomatis untuk melindunginya dari kurang pengalamannya dalam memilih pemuda idamannya. Disisi lain aku perlu mengantisipasi karena melihat perkembangan sexualitynya yang begitu cepat, dan sangat mengundang setiap lelaki, sehingga aku khawatir dia akan mendapat banyak masalah.
Sering kubayangkan bagaimana bentuk vagina kecilnya, aromanya, kelembutannya ataupun sampai dimana kebasahannya. Dan setiap kali aku mencum aroma atau membayang kan bagian tersebut, kurasakan ketegangan dikemaluanku. Aku terkadang agak frustasi menghadapi persoalanku yang satu ini. Dan akupun menduga sedikit banyak Crissy juga tahu tentang perasaanku.
Jum’at malam, tidak seperti biasanya Crissy pulang kencan jam 9.00, biasanya jam 11.00 atau 11.30. Kebetulan aku sedang dirumah sendiri karena orang tua kami pergi week end. Aku sedang melihat TV ketika Crissy pulang. Biasanya Crissy akan berhenti sebentar dan mengucapkan hallo atau menceritakan sedikit tentang acara kencannya.
Tapi malam itu dia setengah lari menuju kamarnya tanpa berhenti sama sekali. Akupun tercengang karena pemuda kencannya kali ini adalah pemuda yang aku dukung, karena aku tahu cukup baik tentang pemuda ini dan aku sangat mengharapkan pemuda ini akan bersikap baik kepada Crissy, bahkan seandainya Crissy harus kehilangan keperawanannya sebaiknya pemuda seperti ini yang melakukannya.
Sesaat kemudian kudengar suara shower dihidupkan dari kamar mandi, sehingga akupun perlu menunggu beberapa saat memberikan kesempatan Crissy untuk menyelesaikan mandinya, berpakaian dan lain-lain. Kemudian aku akan naik menemuinya sebagai seorang kakak yang selalu siap melindunginya.
Beberapa saat setelah shower berhenti, akupun naik kekamarnya. Kuketuk pintunya pelahan sambil berkata.
“Crissy, boleh aku masuk?”
Kudengar Crissy berkata, “Bila kamu juga menginginkannya”.
Ketika pintu kubuka, kamar Crissy tampak agak gelap, hanya ada lampu duduk yang menyala. Crissy sedang tiduran di ranjangnya, selimutnya menutupi sampai leher. Sisa-sisa air mata tampak diwajahnya.
“Adikku sayang, apa yang terjadi?” kataku lembut sambil duduk disampingnya. Kuusap-usap rambutnya dan kuciup pipinya dengan kasih sayang. “Kamu dapat masalah dengan kencanmu malam ini?”
“Ya,” kata Crissy pelan, tampak seperti mau nangis lagi.
“Masalah teman kencanmu?” tanyaku. Aku yakin permasalahannya sekitar hubungan sex.
“Tidak, tidak ada masalah dengan Jimmy. Kamu memang benar, dia benar-benar baik. Aku sangat menyukainya.”
Aku jadi agak bingung menebak apa yang terjadi, “Lalu apa permasalahannya?” kataku sambil mengusap air mata dipipinya dengan tissue.
Crissy berusaha tersenyum sambil berbisik, “Karena masalah Crissy, itu saja.”
“Katakan lebih jelas, apa yang kau maksudkan dengan masalah Crissy.”
Air mata Crissy sudah berhenti, dia kemudian duduk diranjang, sepertinya dia akan menjelaskan sesuatu yang serius. Akupun konsentrasi untuk mendengarkan permasalahannya. Crissy mengenakan pakaian tidur baby-doll yang tipis tanpa bra, sehingga samar-samar dapat kulihat bayangan putting payu daranya yang mencuat menekan bajunya keluar.
Crissy tidak memperhatikan kegelisahannku, kemudian menerangkan, “Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan hubungan lebih jauh dengan Jimmy, karena dia memang pemuda yang baik. Aku sangat menyukainya.”
Hatiku bergetar dan napasku semakin cepat. Aku takut aku nggak mampu mendengarkan ceritanya lebih lanjut. Berbagai macam pikiran saling bergolak di dadaku.
“Kita pergi ke danau Chisolm dan parkir disana. Kami berciuman beberapa saat. Kuletakkan tanganku dipahanya agar dia tahu aku menginginkan yang lebih jauh lagi. Diapun kemudian menysupkan tangannya ke dalam bajuku dan mengusap-usap pelan. Kurasakan dia sudah siap, maka aku menyarankan untuk pindah ke jok belakang.
Batang kemaluan Bobby lasung bergolak mendengar cerita Crissy. Pemuda itu langsung diliputi perasaan cemburu dan sekaligus terangsang berat mendengar cerita adiknya tentang hilangnya kegadisannya. Bobby membayangkan bagaimana Crissy membuka pahanya lebar-lebar, vaginanya yang sudah basah siap menanti, perasaan cemburu paling berat yang selama ini tidak pernah dialami sebelumnya.
Ketika Crissy menghentikan ceritanya sambil nenarik napas panjang, Bobby yang tidak sabar, “Terus apa yang terjadi selanjutnya?”
Sambil merendahkan suaranya Crissy berkata, “Kemudian keadaan berubah menjadi buruk.”
“Apa sakit sekali???” tanya Bobby menduga kelanjutan cerita Crissy.
“Tidak, tidak sakit sama sekali, karena dia tidak memasukkan anunya ke dalam milikku. Aku tidak mengijinkannya.”
“Kamu tidak mengijinkan? Lalu apa yang terjadi kemudian?”
“Sebenarnya dia sudah siap untuk memasukkan ‘anunya’… Kalian biasa menyebut ‘cock’? ketika dia sudah akan memasukkan burungnya, aku segera menutup pahaku sehingga dia tidak bisa melakukan itu. Kelihatannya Jimmy benar-benar sudah tidak tahan, kemudian dia menggosok-gosokkan burungnya ke tubuhku, sebentar kemudian dia keluar.
Makanya aku cepat pulang dan mandi. Oh… Bobby, aku telah mengecewakannya! Aku yang memulai dan ketika menit-menit terakhir aku sendiri yang membatalkannya. Akupun minta Jimmy segera mengantarkanku pulang. Aku benar-benar frustasi, kecewa dan menangis tentang apa yang terjadi. Aku benar-benar bersalah!
Perasaanku benar-benar lega. Aku tidak bisa memahami atau menjelaskan sepenuhnya, yang jelas hatiku jadi berbunga-bunga karena Crissy tidak jadi kehilangan kegadisannya. Akupun memahami perasaanku terlalu egois tanpa melihat kenyataan bahwa bagaimanapun juga aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Aku seharusnya mendukung dan membujuknya untuk melanjutkan hubungannya, agar tidak sampai menjadi bencana buat hubungannya.
“Crissy sayang, hal itu memang tidak biasa terjadi pada seorang gadis. Kegadisan memang harus diberikan kepada orang yang tepat. Cobalah kamu usahakan untuk memahami dirimu sendiri kenapa kamu harus menolaknya?”
Crissy menatapku dengan tajam, kemudian dia menganggukkan kepala pelan-pelan.
“Kamu sudah mengerti?” tanyaku.
Crissy menganggukkan kepalanya lebih tegas dan berbisik, “Ya, aku sudah tahu, tapi tidak dapat mengatakannya kepadamu.”
Bobby sampai terperangah, untuk pertama kalinya Crissy menyembunyikan perasaan kepadanya. Pemuda itu benar-benar tidak paham atas sikap adiknya ini. Sambil membelai-belai pipinya dengan lembut, Bobby berkata.
“Crissy, aku sangat menghormati privasimu, tapi ingatlah aku Bobby kakakmu, kita biasanya selalu tidak pernah merahasiakan sesuatu. Apa kamu ingin kita saling merahasiakan sesuatu?”
Crissy pun mulai menangis lagi. “Tidak,” isaknya, “Aku tidak ingin merahasiakan.”
“Kalau begitu kau mau cerita kepadaku?” kata Bobby.
Crissy kemudian mengatur posisi duduknya dan sambil menegakkan wajahnya dia pun berkata,
“OK kalau kamu memang ingin tahu, aku akan katakan terus terang. Alasan aku menolak Jimmy adalah… Alasannya adalah karena Jimmy bukan kamu.”
Bobby benar-benar terkejut. Untuk beberapa saat mereka berdua saling berpandangan tanpa mengucapkan sesuatu… Pemuda itu benar-benar terkejut dengan mendengar kata-kata Crissy. Pemuda itu seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, apakah dia tidak sedang bermimpi? Apakah ini hanya pengaruh fantasinya terhadap adiknya selama ini?
“Crissy, apa yang kau maksudkan…?”
“Ya, kakakku yang baik. Memang itu yang aku maksudkan. Maksudku aku tidak ingin memberikan keperawananku kepada Jimmy. Aku bermaksud memberikannya kepada seseorang yang benar-benar memperdulikan aku dan lembut dan menjadikannya benar-benar sempurna. Aku tidak ingin saat pertamaku berlangsung cepat tanpa kesan, dilakukan di jok belakang mobil yang mungkin bisa diintip anak-anak.
Selesai mengatakan itu Crissy langsung memeluk lehernya erat-erat.
“Oh, Bobby, kamu baru tahukan? Apa yang kau pikirkan tentang aku sekarang!”
Bersambung…