1 November 2020
Penulis —  ngentuk_ipar

Meraih Kenikmatan Bersama Kedua Putriku

lanjutan…

“Oh Tuhanku! Sandie, bagaimana bisa kamu melakukannya dengan ayah!”

Aku menoleh kearah datangnya suara. Di depan pintu kamar aku melihat putri sulungku Melanie, berumur 17 tahun, dia memakai salah satu T-shirt lamaku, sedang menyilangkan kedua tangan di dadanya. Wajahnya menampakkan keterkejutan amat sangat!

Aku sedang duduk dengan punggungku bersandar di bantal, kaki-kakiku terpentang lebar, dan putriku berada di antara kaki-kakiku, telanjang dan hanya memakai celana dalam mini, tangan kanannya bahkan masih menggenggam penisku Aku tertangkap basah!. Apa yang aku lakukan sekarang?

Aku berbicara kepada Mel dengan tergagap “Ini tidak seperti yang kausangka sayang, aku mengira Sandie adalah ibumu”

“Jangan kuatir tentang dia yah, dia hanya cemburu, dia belum mempunyai seorang pacar di dalam hidupnya dan dia hanya cemburu karena aku memiliki penismu yang perkasa ini.

Mel telah memasuki ruangan, dia sedang menatap pada penisku, yang sudah mulai melemas sekarang, tetapi masih dengan ukuran yang menakjubkan. Sandie memegang penisku di genggaman tangan kanannya seolah-olah segan untuk melepaskannya.

“Bolehkah aku menyentuhnya ayah?” Mel berkata

Itu adalah kata-kata yang pertama keluar dari mulutnya.

“Ya sayang, silahkan”

Perasaanku sudah campur aduk. Sekarang aku diantara kedua putriku yang berumur 16 tahun dan 17 tahun, di tempat tidurku memperhatikan penisku. Aku tidak mengetahui bagaimana caranya lari dari hal ini, otakku terasa kosong. Apakah Mel benar-benar masih perawan? Apakah dia belum pernah menyentuh penis sebelumnya?

Dia seorang anak gadis yang rajin belajar. Sama seperti ibunya, dengan kepalanya selalu di buku dan terlalu serius untuk menerima semua yang akan terjadi atau hal-hal yang menyenangkannya. Dia jangkung seperti aku, tubuhnya ramping, seperti semua anak-anak perempuanku lainnya, dia juga mempunyai buah dada, kira-kira berukuran 32C aku pikir.

Rambut pirangnya tumbuh sebahu, dan bagian yang terbaik di dirinya adalah kedua matanya, besar dan bercahaya. Inikah putriku sekarang? Dan kedua mata itu sekarang sedang mengamati langsung penisku, dan dia sedang mengagguminya, kepala penisku berwarna kemerahan dan setelah ejakulasi hingga dua kali, sekarang aku sedang berusaha keras untuk membuatnya tegak kembali, tetapi akan memerlukan lebih banyak waktu.

“Ayah, apakah memang selalu besar seperti ini?”

Sebelum aku bisa menjawab Sandie berkata

“Mel, saat ini penisnya masih dalam keadaan lemas, kamu perlu melihat ketika ia ereksi, benar-benar luar biasa!”

Ada rasa bangga ketika mendengar kata-kata tersebut, dan melihat kesungguhan di mukanya.

Aku bertemu dengan istriku untuk pertama kalinya di kampus pelatihan kepolisian, Jatuh cinta pada pandangan pertama. Menikah dan belum pernah berpaling dengan yang lain. Pada waktu itu kita sama-sama masih perawan dan aku masih perjaka, dan sejak itu kita saling mempercayai satu dengan yang lainnya.

Sekarang, disini, aku sedang berusaha untuk menyetubuhi putri sulung dan putri bungsuku sendiri, dan mereka sekarang mencoba membuat penisku kembali berereksi. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya memikirkan nafsuku sendiri, mengikuti arus kesenangan ini.

“Ayah, dapatkah kutunjukkan kepada Mel betapa nikmatnya menaruh penismu yang gemuk di dalam mulut ini” Sandie berkata.

“Aku pikir bahwa Mel dapat memutuskan apa yang dia inginkan untuk dilakukannya ketika dia merasa siap”

Lalu Mel maju ke depan dan mencoba untuk menjejalkan penisku ke dalam mulutnya sekaligus, dia langsung tersedak dan terbatuk dalam hitungan detik.

“Jangan seperti itu Mel!” Sandie berkata, “Seperti ini seharusnya” Dia kembali berlutut, meraih penisku dari mulut kakaknya dan dengan lemah-lembut mulai menghisap helmku. Dia memandang dengan senyum manisnya kepadaku dan Mel bergantian “Begitulah caranya”

Mel berusaha dan beberapa menit kemudian, dia sudah bisa menelan sekitar 5 inci penisku ke dalam mulutnya, air liurnya mengalir jatuh di batang penisku, tangannya sedang menggenggam dengan erat dan aku mengira aku akan ereksi lagi. Pada usiaku, aku sedang berpikir. Sulit sekali untuk kembali berereksi segera, tetapi keadaan ini telah menimbulkan sensasi yang tinggi.

Sandie telah melepas celana dalam mininya dan sedang menggosokkan tangan di celah vaginanya dan setiap dua atau tiga kali gosokan, dia memasukkan jari di dalam liang vaginanya, aku bisa melihat kombinasi antara maniku tadi dan cairan vaginanya, menetes diatas tempat tidur, lubrikasi membuatnya mudah untuk mengocok liang vaginanya sendiri.

Mel juga meremasi buah dadanya sendiri yang masih terbungkus T-shirt, dia menaik-turunkan kepalanya di penisku dan bermain di buah dadanya sendiri di waktu yang sama.

“Mel, apakah lebih nyaman kalau kau melepaskan kausmu itu” Aku berkata

“Ya Ayah, aku juga berpikir demikian” Dia berhenti untuk sebentar dan melepas kaus melewati kepalanya.

Aku sedang memperhatikan kedua putri ku sekarang, kedua-duanya menjamahi tubuhnya sendiri dan bermain di titik-titik sensitif mereka. Aku merasa disurga.

“Mel berhentilah sebentar, berbaringlah dan akan kutunjukkan padamu sesuatu yang aku tahu pasti kamu akan suka.” Aku berpindah ke bawah tubuhnya dan menjalankan lidahku perlahan di atas celah vaginanya yang lembut, tetapi kemudian aku meningkatkan intensitasnya, sehingga lidahku mengenai klitorisnya.

“Oh Ayah, rasanya sungguh nikmat, jangan berhenti” dia berkata

Aku berereksi penuh kembali. Sandie yang melihat penisku sudah siap kembali sedang berusaha untuk mengambil posisi, ketika dia berusaha keras memasukkan penisku di vaginanya, pemandangan itu sungguh lucu.

“Sandie, apakah kamu bisa berbagi dengan saudarimu dan memperbolehkan penisku memasukinya?

Mel menyadari bahwa dia bisa kehilangan keperawanannya dan aku melihat dia sejenak berpikir keras, tetapi dia telah memutuskan. Secepat kilat tangannya merebut penisku dari adiknya

“Ayah, apakah ayah akan menyetubuhiku dalam posisi misionaris?”

“Tidak sayang, aku berbaring dan kamu dapat berada diatas ayah, dengan cara itu kamu dapat lebih nyaman, akan sedikit sakit, maka pelan-pelan saja dan rilekskan dirimu.”

Aku membaringkan tubuhku. Mel segera pindah berada di atas tubuhku, dengan vaginanya yang perawan hanya beberapa senti saja jauhnya dari batang penisku yang tegak mengacung. Sandie yang memegang penisku menyiapkannya untuk menembus selaput dara kakaknya. Aku merasa inilah keluarga, saling bekerja sama.

Mel menurunkan dirinya pelan-pelan, dan aku sedang menyaksikan semakin banyak dari batang penisku menghilang di dalam vaginanya, sangat sempit, basah dan hangat. Aku mengharapkan Mel untuk berhenti, tetapi ketika sampai di daerah selaput daranya, dia hanya menurunkan pinggulnya hingga, batang penisku tenggelam hingga ke pangkalnya.

“Jangan kuatir Ayah” dia berkata “Aku kehilangan keperawananku sudah lama. Dengan tangkai sikat rambut kesenanganku”

Aku adalah mampu berbaring dan benar-benar memperhatikan kedua anak perempuanku, kedua vaginanya mulus tak berambut, seperti halnya ibu mereka, aku berpikir mungkin ibunyalah yang mengajari anak-anak perempuan kami menjaga kebersihan diri dengan mencukur rambut pubicnya setiap 2 minggu sekali.

Mel sedang menaik-turunkan pinggulnya diatas penisku, terkadang sengaja mengangkat pinggulnya agak tinggi lalu kembali membenamkan seluruh batang penisku di liang vaginanya yang hangat. Aku merasakan kalau dia sudah orgasme paling sedikit 3 kali. Cairan vaginanya membanjir di selakanganku. Sandie tidak mau ketinggalan, dia sedang menurunkan pinggulnya di mukaku.

Dia sedang menggeliat, mengejang menahan kenikmatan yang datang dari lidah ayahnya sendiri. Seperti mengendarai tongkat Pogo. Aku teringat, ketika pada suatu Natal, mereka keduanya mendapatkan tongkat Pogo, dan ketika mereka bermain aku berlarian untuk menjaga mereka agar jangan sampai terjatuh. Dan sekarang ini mereka sedang menaik-turunkan tubuhnya diatas tubuh ayahnya seperti mengendarai tongkat Pogo.

“Ayah” Sandie berkata “Dapatkah ayah bermain di lubang duburku, aku menyukainya ketika ayah melakukannya tadi pagi”

Lidahku berpindah diatas lubang duburnya, membuatnya semakin basah. Aku menggunakan kedua tanganku, kulebarkan pantatnya dan jariku mulai bermain di vaginanya. Sementara kuselipan satu jari ke dalam lubang duburnya. Tanpa menunggu lama, Sandie mengalami orgasme hebat, cairannya menetesi mukaku.

Tak lama kemudia penisku sendiri tidak mampu menahan desakn gelombang orgasme dari dalam. Menyemprotkan maniku dengan kuat di rahim putriku, berkedut-kedut, memerasnya hingga tetes terakhir. Mel ambruk diantara tubuhku dan adiknya. Nafas kami bertiga seperti habis berlari marathon.

Perasaanku bercampur baur jadi satu, tetapi ada rasa kepuasan yang menguasai emosiku.

“Anak-anak, kita tidak bisa diam seperti ini, aku ingin kalian berdua segera bangun dan mandi. Setelahnya segera kembali lagi kemari”

Satu jam kemudian kita bertiga berbaring di tempat tidurku, dengan sprei yang sudah diganti. Banyak sekali yang akan didiskusikan, tetapi sekarang aku benar-benar memerlukan waktu untuk tidur.

Namun aku tahu, setelah semuanya yang telah terjadi, aku tidak mungkin bisa membiarkan diriku tertidur.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan