31 Oktober 2020
Penulis — rangga234
Setelah beberapa saat kami berdua terdiam, aku menghampiri Mbak Elga dan duduk di sampingnya.
“Mbak.. Aku minta maaf atas kejadian tadi ya..?” Kataku.
“Kenapa tadi kamu menciumku Ris..?” Kata Mbak Elga.
“Maaf Mbak, saya tadi nggak sadar, itu terjadi begitu saja” kataku mencoba menghindar.
Mbak Elga hanya terdiam mendengar jawabanku sambil memandangku.
“Ris..” Katanya terpotong. Aku hanya diam sambil menunggu kelanjutan katanya.
“Ris.. Apa kamu ingin melanjutkan yang tadi?” tanya Mbak Elga.
Aku terkejut mendengar pertanyaannya. Tak tahu harus bilang apa, sejujurnya aku ingin menjawab bahwa aku memang sangat menginginkannya, tapi entah kenapa sepertinya kata-kata itu sulit keluar dari mulutku. Beberapa saat lamanya kami hanya berpandangan. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, kupandang tajam matanya dan kusimpulkan lewat bahasa matanya, bahwa dia juga menginginkanku seperti aku menginginkannya.
Tanpa menjawab pertanyaannya aku langsung melumat bibirnya kuat-kuat dan ia juga membalasnya dengan penuh nafsu dan terjadilah ciuman panas yang penuh dengan gairah. Tubuhnya kusandarkan di sofa. Beberapa saat lamanya kami saling melumat bibir dan beradu lidah, nafas kami mulai terengah-engah. Tanganku kuarahkan ke dadanya lalu kuremas buah dadanya dari balik T-shirtnya.
Badannya mulai menggelinjang terbakar gairah. Ia melepas ciumannya, lalu ia lepaskan T-shirt dan BH yang dikenakannya. Kulihat sepasang buah dada yang sangat indah berukuran sedang yang masih kencang, putih tetapi terlihat ada beberapa bekas cupang. Mungkin bekas cupang suaminya. Langsung aku serang buah dada itu.
“Ooh.. Terus Ris.. Enak.. Sedot teruss..” kata Mbak Elga sambil menggelinjang kesana kemari.
Buah dada itu semakin keras dan kenyal sehingga membuatku semakin gemas untuk menikmatinya. Tanganku mengelus-elus pahanya yang mulus, lalu tanganku kuarahkan ke pangkal pahanya, kubuka resliting celananya, kutelusupkan tanganku ke arah memeknya yang ternyata telah basah, aku usap lembut memeknya di atas celana dalamnya.
“Ris.. Kita ke kamar aja yach..” kata Mbak Elga. Aku mengangguk kecil tanda setuju.
Aku lalu mengangkat tubuh Mbak Elga yang setengah telanjang menuju ke kamar yang ditunjukkannya. Kamar itu cukup luas dengan spring bed yang kelihatannya sangat nikmat untuk bercinta. Aku rebahkan tubuh wanita cantik ini di atas ranjang lalu aku copot celana yang masih menutupi sebagian tubuhnya dan kini ia telah benar-benar telanjang.
Aku terpana melihatnya. Bagiku Mbak Elga begitu sempurna sebagai seorang wanita. Badannya sexy, putih, mulus, sepasang buah dadanya juga indah, kakinya, pokoknya semuanya TOB deh. Apalagi posisinya sekarang yang sangat menantang. Tubuh mulusnya telentang tanpa ditutupi sehelai benang pun. Posisinya di ranjang agak mengangkang, memperlihatkan miliknya tanpa malu-malu.
“Aris.. Kok malah bengong, ayo sini..” Kata Mbak Elga dengan genit.
Aku tersadar dari lamunanku dan segera kupereteli pakaianku dan kini aku juga sudah telanjang. Kurasakan penisku sudah tegang dan berdenyut-denyut, terasa lebih keras dari biasanya. Segera aku naik ke atas ranjang, lalu aku berbaring di sebelah tubuhnya. Aku belai rambutnya, ia tersenyum manja. Kupandangi wajahnya, betapa cantik wanita ini, lalu aku kecup bibirnya.
“Ohh.. Riss..” desahnya dengan mata yang sayu.
Kulihat bibir merahnya yang indah penuh dengan air liurku. Setelah puas melumat bibir merahnya aku ciumi lehernya lalu ke arah dadanya. Sesaat aku pandangi buah dada milik wanita cantik ini. Benda ini yang membuatku tak bisa melupakannya, dan kini tidak hanya bisa aku bayangkan, tetapi aku juga bisa menikmatinya.
“Oouuffss.. Ahh.. Auww..” erang Mbak Elga terus menerus.
Kini giliran mulutku yang akan melahap buah dada ini, aku kecup dan kusedot puting buah dada sebelah kanan dan kiri secara bergantian membuat Mbak Elga semakin terbakar gairahnya. Kuhisap kuat-kuat buah dadanya sambil sesekali kugigit puting susunya. Ia mendesah-desah erotis sambil meremas-remas rambutku, menikmati sensasi permainan mulutku di dadanya.
“Auww.. Oh my god.. Ohh.. Auww..”, Mbak Elga berteriak-teriak penuh kenikmatan, membuatku semakin bersemangat untuk terus menghisap dan mengulum buah dada wanita cantik ini.
Buah dadanya terus kukulum, kuhisap, kujilati, dan kupelintir berulang kali membuatnya semakin terbakar gairah. Sejenak aku lepaskan mulutku dari buah dadanya. Aku pandangi wajahnya yang terlihat sayu, wajahnya penuh dengan peluh, bibir merahnya bergetar.
Aku kembali melahap buah dadanya sambil mempermainkan memeknya. Jariku kumasukkan ke dalam lubang yang semakin licin karena cairan kewanitaannya yang mengalir deras. Itilnya kugesek-gesek hingga membuat tubuhnya menggelinjang tak karuan kesana kemari.
“Sayang.. Teruss.. Sedot terus Riss.. Aahh.. Auww.. Aahh..” erang Mbak Elga penuh rasa nikmat sambil sesekali menelan ludahnya yang mengental.
Kini kuarahkan kepalaku ke selangkangannya. Aku pandangi memek merah yang mengkilat karena basah oleh cairan kewanitaannya. Rumput hitam yang cukup tebal tampak tumbuh di sekitarnya, pemandangan yang sangat menakjubkan. Kudekatkan mulutku dan tercium aroma khas wanita yang membuatku semakin bernafsu.
Aku mulai menjilati memek Mbak Elga, kujulurkan lidahku dalam-dalam sambil sesekali kusedot kuat-kuat. Setiap kali lidahku menggelitik clitorisnya, ia mengerang keras penuh nikmat. Pinggulnya bergerak tak karuan sehingga membuatku harus memegang pahanya agar aku tetap dapat menikmati memeknya. Cairannya semakin deras mengalir, membuatku mau tak mau menghisapnya, terasa hangat dan gurih.
“Oh my god.. Aahh.. Terus.. Enak Ris.. Aauuww.. Aaww..” Mbak Elga menjerit tak karuan, apalagi ketika lidahku menyentuh klitorisnya, ia menjerit keras sambil menggelinjang kuat.
Aku benar-benar puas melihatnya seperti ini. Sesekali aku lepasku mulutku dari jepitan selangkangannya untuk mengambil nafas sejenak, lalu aku lakukan lagi hal yang sama. Mbak Elga semakin keras mendesah, gerakan tubuhnya juga semakin tak terkendali. Dia akan segera mencapai puncak. Aku percepat sedotan, kecupan, jilatan mulut dan lidahku di memeknya.
“Ayo sayang.. Aku mo kel.. Luar nih.. Ahh.. Yang cepaat.. Oohh.. Sshh.. Oohh..” katanya sambil menjerit-jerit kenikmatan.
Aku percepat gerakan lidahku dan kemudian Mbak Elga orgasme, ia mengangkat pinggulnya, kedua pahanya mengapit kuat kepalaku, dan kurasakan cairan yang sangat banyak menyiram mulutku.
“Ohh.. Yess.. Oh my god.. Oohh.. Oohh..” Mbak Elga mendesah panjang ketika berhasil mencapai puncak kenikmatan.
Kuhisap cairan yang keluar. Badannya bergetar hebat beberapa saat. Kubiarkan sejenak mulutku tetap di selangkangan pahanya, membiarkan ia menikmati apa yang baru saja diraihnya. Kukecup lembut bibir vaginanya yang masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa cairan.
Aku lalu berbaring di sebelahnya sambil membelai rambutnya. Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, telihat kepuasan terpancar dari wajah cantiknya. Kukecup lembut bibirnya.
“Thanks Ris.. Aku puas banget..” kata Mbak Elga.
“Mau lagi kan Mbak? Kataku menggoda.
“Iya, tapi aku juga pengen menikmati punya kamu dulu” katanya sambil menggenggam penisku.
Aku mengerti apa yang diinginkannya, lalu telentang dan ia mengarahkan mulutnya ke arah penisku. Tangannya menggenggam batang penisku lalu dikecupnya ujung penisku, ia mulai menjilati kepala dan batang penisku sambil dikocok-kocok dengan tangan lembutnya. Dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya dan kurasakan ia begitu pintar memainkan lidahnya menggelitik penisku.
Disapunya semua permukaan penisku mulai dari bawah hingga ke atas, permainan lidahnya dengan lincah menggelitik setiap mili bagian penisku. Serasa aku melayang ke awang-awang, aku hanya bisa mendesah meresapi betapa pintarnya Mbak Elga memberikan aku kepuasan. Kalau ini diteruskan bisa jebol pertahananku.
“Ris.. Puasin aku sekarang yach..” katanya sambil telentang di sampingku.
Aku segera mengarahkan penisku ke arah memeknya. Kini penisku telah sampai di mulut vaginanya, kepala penisku menempel di bibir memeknya yang merah basah. Aku mulai melesakkan penisku ke dalam memeknya dengan perlahan sambil kunikmati nikmatnya gesekan batang penisku dengan dinding vaginanya. Penisku tidak mengalami kesulitan membelah memeknya yang sudah sangat basah.
Aku mulai menggerakkan pinggulku pelan-pelan. Kurasakan gesekan penisku dengan memeknya begitu nikmat, mungkin karena lama aku tidak merasakannya. Mbak Elga seperti biasa, ia mendesah-desah, matanya merem melek kenikmatan. Ia gerakkan pinggulnya mengimbangi permainanku.
Ouffss.. Lebbih cepat dong Ris.. Aahh..” desah Mbak Elga.
Tetapi aku tetap menggerakkan punggungku pelan-pelan, karena aku memang benar-benar ingin menikmati tiap detik bercinta dengan bidadari cantik ini.
“Oohh.. Please.. Yang cepat Riss.. Ahh.. Pleasee..” kata Mbak Elga terus merengek.
“Kenapa sih Mbak? Udah gatel banget ya..” godaku.
“Kamu nakal Ris.. Ohh.. Please..” desah Mbak Elga sambil mencubit pinggangku tetapi aku tidak mempedulikan permintaannya.
Tiba-tiba Mbak Elga membalikkan badan sehingga kini ia yang berada di atas. Lalu ia bangkit dan duduk di atas pahaku. Rupanya wanita cantik ini benar-benar sudah tidak tahan.
“Kamu nakal Ris..” katanya sambil mengarahkan memeknya ke arah penisku.
Digenggamnya penisku dengan tangannya, lalu dengan perlahan ia menurunku pinggulnya, dan tak lama kemudian penisku telah amblas ditelan bibir vaginanya. Dengan posisi agak membungkuk, tangannya berpegangan di atas dadaku untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Ini adalah posisi favoritku, seperti halnya ketika aku bercinta dengan Mbak Yuni.
Mbak Elga menggerakkan pinggulnya naik turun sampai sebatas leher penisku dengan tempo yang cepat. Karena terlalu cepat, kadang-kadang penisku lepas dari jepitan memeknya, sehingga ia terpaksa memasukkanya lagi. Mulutnya mendesis-desis sambil menggigit bibir bawahnya dengan giginya yang putih bersih.
Matanya yang sayu sesekali melirik ke arahku. Wajahnya dipenuhi keringat. Sungguh sexy! Sepasang buah dadanya yang indah dengan puting coklat kemerahan yang mengacung ke depan tergoncang-goncang menggemaskan, membuatku tak tahan untuk tidak menjamahnya. Kuremas lembut kedua buah dada yang kenyal itu, sambil sesekali kupelintir puting susunya.
“Ohh.. Aagghh.. Sshh.. Aahh.. Enak nggak Ris..” jeritnya nikmat.
“Ohh.. Iya Mbak.. Teruss..” kataku yang juga dilanda rasa nikmat.
Setelah kurang lebih 5 menit, kurasakan ada gejolak dalam diriku yang mencari jalan keluar. Kulihat Mbak Elga pun semakin dikuasai nafsu birahi. Keringat semakin mengucur deras dari seluruh tubuhnya. Ia menghentikan gerakan pinggulnya sambil merebahkan badannya di atas badanku.
“Aku nggak kuat lagi Ris.. Beri aku sekarang ya.. Please..” katanya penuh harap.
Aku lalu membalikkan badannya sehingga kembali ia kutindih dibawah. Aku mulai memompa memeknya dengan cepat karena akupun juga ingin segera mencapai puncak kenikmatan. Terdengar bunyi berkecipak dari gesekan penis dan memeknya, terdengar indah, menggairahkan.
“Aahh.. Ssthh.. Aarghh.. Come on baby.. Yess.. Lebih cepat..” rintihnya sambil mempercepat gerakan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggulku.
Setelah berjuang beberapa lama, akhirnya Mbak Elga mendapatkan yang diinginkannya. Puas rasanya melihat Mbak Elga orgasme sambil menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. Ia menghentak-hentakkan kakinya seperti ingin melepaskan sesuatu yang seakan teramat berat. Ia menjerit-jerit dan mengerang-ngerang keras melampiaskan kepuasan yang baru saja diraihnya.
“Oh my god, oh my god.. Oggh.. Yess.. Aaww, sshh.. Aahh..” Mbak Elga mengerang kenikmatan dan menjerit panjang.
Kurasakan cairan orgasmenya menyiram batang penisku yang terjepit di dalamnya. Kuhentikan sejenak gerakan pinggulku untuk memberikan kesempatan ia menikmati hasil perjuangannya. Beberapa detik lamanya ia dilandai puncak birahi, kurasakan jepitan memeknya kuat seakan-akan meremas-remas penisku. Kini kurasakan badai kenikmatan yang melandanya mulai reda, kucumbu bibirnya yang masih mendesis-desis merasakan sisa-sisa kenikmatan.
Aku yang juga segera ingin mendapatkan seperti apa yang baru diraih Mbak Elga, apalagi ditambah jepitan liang vaginanya membuatku tak kuat lagi untuk menahannya. Aku mulai menggerakkan pinggulku lagi dengan perlahan lalu kupercepat dan tak lama kemuadian akupun tak kuasa lagi untuk menahannya.
“Aku mau keluar Mbak.. Ahh.. Sstt..” desahku.
“Keluarin di dalam aja Ris.. Ayo sayangg..” Katanya sambil menggoyangkan pinggulnya.
Akhirnya air maniku keluar dengan deras menyembur ke dalam rahimnya. Crat.. Crat.. Kurasakan beberapa kali dan liang vagina itupun semakin banjir, terasa hangat. Kurasakan penisku tegang hebat, serasa memenuhi lubang memek Mbak Elga. Nikmat luar biasa serasa terbang di angkasa.
Aku terbaring lemas di atas tubuh Mbak Elga. Aku cumbu bibirnya sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih. Kubelai rambutnya sambil kuusap pipi halusnya yang penuh dengan keringat. Penisku terasa mengecil di dalam liang vaginanya. Kurasakan dua buah dadanya menekan lembut dadaku.
Beberapa saat kemudian aku turunku badanku dan tidur di samping badan wanita cantik ini. Mataku menerawang ke langit-langit kamar dan membayangkan kenikmatan yang seolah-olah aku tidak percaya bahwa ini benar-benar terjadi. Kulihat Mbak Elga juga menerawang, aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya.
“Thanks Mbak..” kataku sambil berusaha mengecup bibirnya. Tetapi ia menepis wajahku dengan tangannya sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang sambil menutupi tubuh indahnya dengan selimut. Ia menangis.
Aku tentu saja terkejut dan bertanya-tanya dalam hati, apakah dia menyesal dengan apa yang baru saja ia lakukan? Aku mendekat lalu duduk di sampingnya. Kututupi penisku yang terkulai lemah tak berdaya dengan bantal.
“Mbak Elga.. Ada apa? Mbak nyesel ya dengan apa yang kita lakukan?” tanyaku. Ia hanya menggelengkan kepala sambil masih menangis.
“Trus kenapa Mbak?”
“Aku nggak nyesel, aku tahu ini akan terjadi.. Sejak suamiku tugas di Jakarta, terus terang Ris.. Aku kesepian. Kalau hanya seminggu sekali kami berhubungan seks, itu kurang bagiku Ris.. Saat aku lagi pengen dan nggak ada pelampiasan, kepalaku pusing, aku jadi gampang uring-uringan, gampang marah. Aku kasihan sama si kembar.
“Aku coba mencari pelampiasan dengan masturbasi, tapi itu nggak cukup, aku nggak puas. Muncul dalam benakku untuk mencari pelampiasan ke lelaki lain, tapi aku nggak tahu dengan siapa dan aku harus mencari kemana, aku nggak punya teman di sini. Pas aku ketemu dengan kamu dan makan di KFC, dalam hatiku aku ingin mengajakmu bercinta, karena aku tak tahu lagi dengan siapa aku akan melampiaskan nafsuku ini, tapi kata-kata itu terasa sulit keluar dari mulutku.
“Aku tahu ini akan terjadi.. Aku tak bisa menahannya lagi.. Sudahlah Ris, aku harus menjemput Si Kembar” katanya sambil berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi dengan telanjang badan, aku melihatnya dari belakang, bokongnya yang indah seakan menantangku. Horny lagi aku jadinya. Ingin rasanya aku mendekapnya dari belakang lalu membopong tubuh indahnya ke kamar mandi dan menyetubuhinya lagi, tetapi suasana tidak memungkinkan.
Aku memakai pakaianku yang berserakan di lantai lalu aku menunggu Mbak Elga sambil menonton teve. Mimpi apa aku semalam, kok dapat rejeki kayak gini, rencana cuma PDKT dulu sama Mbak Elga, malah dapet apa yang aku incar. Tak lama kemudian ia datang dan duduk di sampingku. Wajah cantiknya terlihat segar, badannya pun harum.
“Nih buat kamu” kata Mbak Elga sambil menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan.
“Buat apa Mbak? Kataku.
“Ya buat yang tadi..”
“Nggak Mbak, aku nggak perlu itu”
“Ris.. Kamu harus mau menerima uang ini. Aku mau hubungan antara kita hanya sebatas nafsu saja. Aku nggak mau ada perasaan apa pun di antara kita. Bagiku cintaku tetap untuk keluarga. Aku melakukan ini, merendahkan diriku, semua ini demi anakku. Apapun dan bagaimanapun keluarga tetap nomor satu bagiku.
“Iya Mbak, aku mengerti..” kataku.
Aku lalu pulang dan Mbak Elga pergi menjemput anaknya. Sejak saat itu hingga kini ia memintaku melayaninya paling tidak seminggu sekali, tetapi paling sering seminggu dua kali sampai suaminya kembali bertugas di Semarang yaitu pada awal Januari 2005. Ia cuma meminta satu syarat, jangan membuat cupang di tubuhnya, karena suaminya pasti akan curiga.
Agar tetangga tidak curiga dengan hubungan kami, aku bersembunyi di jok belakang mobilnya. Ia menjemputku sehabis ia mengantar anaknya ke sekolah dan membawaku keluar waktu ia mau menjemput anaknya. Kami janjian lewat SMS, tempat kami bertemu juga berpindah-pindah agar aman. Demi Mbak Elga aku bela-belain liburan semester tidak pulang.
Moral dari cerita ini adalah setiap kebaikan pasti akan mendapat balasan yang setimpal, bahkan mungkin berlipat-lipat, seperti yang aku alami. Cuma membantu mengambil belanjaan yang jatuh, aku mendapat kesempatan bercinta dengan bidadari secantik Mbak Elga. Di samping itu aku juga dapat tambahan uang saku.