31 Oktober 2020
Penulis —  hendrie_1984

Kado ulang tahun mama

Kali ini juga bukan kisahku sendiri yang akan kuceritakan, tapi tentang Wen, temanku di kota N dulu, yang sekarang telah duduk di kelas II SMP, ketika aku bertemu beberapa waktu yang lalu saat aku berkunjung ke tempat pamanku di sana. Meski saat itu hubungan antara keluargaku dan keluarganya sedang tidak begitu baik karena ada masalah, tapi kami sempat bertemu dan mengobrol banyak tentang dirinya, sehingga aku dapat menuliskannya dalam beberapa cerita, di antaranya adalah yang berikut ini.

*****

Menurut Wen, sepeninggalku dari sana, banyak kejadian yang dialaminya, terutama mengenai kehidupan seksualnya. Salah satunya adalah kejadian ini yang terjadi hampir setahun lalu. Menurutnya waktu itu dia baru saja disunat, dan setelah sembuh, banyak teman yang menggodanya agar mencoba memakai burung’nya untuk melakukan hubungan seks, menurut mereka sebagai pemanasan atau percobaan atau apalah istilahnya.

Demikian pula di sekolah, banyak teman-temannya yang menawarinya hal-hal yang berbau seks, terutama majalah porno, cerita-cerita stensilan, VCD BF dan lain sebagainya. Wen mengganggapnya biasa saja, karena anak baru gede pasti begitu, demikian pula dirinya, kadang-kadang dia juga onani kalau sedang bernafsu, apalagi kalau soal melakukan seks, dia pernah juga melakukannya meskipun tidak normal seperti dalam berburu burung.

Keluarga Wen terdiri dari empat orang, yaitu orang tua, kakak cewek satu-satunya, Ris namanya yang masih duduk di kelas II SMU, dan Wen adalah bungsu. Papa dan Mamanya adalah PNS. Sebuah keluarga yang bahagia sebenarnya, hanya saja banyak orang yang bilang bahwa mamanya agak gila dan sering kambuh jika keinginannya tidak terpenuhi.

Waktu itu bertepatan dengan ulang tahun Mamanya, setelah pesta kecil-kecilan yang dilakukan sepanjang sore hingga malam, seluruh anggota keluarga Wen minum suplemen makanan untuk menjaga kesehatan dan capeknya cepat hilang, meski besoknya hari Minggu, karena biasanya hari itu malah banyak acara terutama acara keluarga.

Namun efek yang dirasakan Wen agaknya lain, dia jadi enggak bisa tidur, sudah tiduran beberapa lama tetap saja dia tidak bisa memejamkan matanya. Akhirnya dia mencoba onani saja biar capek sekalian tapi bisa cepat tidur dan istirahat, seperti yang hari-hari biasa dia lakukan onani bila tidak bisa tidur.

Wen melepasakan seluruh pakaiannya seperti biasa, agar tidak terkena cipratan sperma, sebagai gantinya diambilnya sapu tangan untuk tempat menampung keluarnya sperma nantinya. Kemudian dia telanjang, diranjang dan diletakkannya saputangan diatas perutnya dan dia mulai meremas kelaminnya, mengocok penisnya pelan-pelan, diselingi mengusap dadanya sambil membayangkan film-film porno yang pernah ditontonnya atau mengingat apapun yang dapat menimbulkan nafsunya.

Hingga tak lama kemudian mulai dia mempercepat kocokannya karena nafsunya sudah membumbung dan rasanya spermanya juga mau segera keluar, tiba-tiba dia mendengar langkah kaki menuju kamarnya. Sudah begitu dia baru ingat kalo lupa mengunci pintu, mau menuju pintu untuk mengunci langkah itu sudah didepan pintunya, tanpa pikir panjang diapun langsung menutupi tubuhnya dengan selimut, karena paling-paling yang datang Mamanya.

Ternyata benar Mamanya, Wen pun pura-pura tidur dengan agak memicingkan mata agar bisa memperhatikan apa yang dilakukan Mamanya, meski penisnya bekedut-kedut karena mau keluar sperma dia coba menahannya. Mamanya menuju ke ranjangnya, dan duduk ditepi kemudian mencium keningnya, terus berusaha merapikan selimutnya.

Loh anak ini kok tidur telanjang sih, gumamnya.

Kontolnya mengacung menantang lagi, sambil memperhatikan anak lelakinya itu.

Wen diam saja.

Ehm ini keluar cairannya lagi, katanya lagi sambil memegang penis Wen.

Saat itulah Wen pura-pura terbangun.

Ada apa Ma?, tanya Wen pura-pura terkejut dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Kamu itu lho, tidur kok gak pake baju, emang kepanasan, nanti malah masuk angin lagi, apa kamu memang lagi main-main dengan kontolmu itu?, tanya mamanya memberondong.

Iya Ma, Wen mau onani, tapi keburu Mama datang, Wen tidak bisa mengelak.

Tadi Wen gak bisa tidur sih Ma

Ooo begitu, ya sudah kalau begitu biar Mama bantu, sambil berusaha meraih dirinya.

Tapi, enggak usah Ma, entar..

Nggak usah tapi-tapian, potong mamanya.

Tangannya pun sudah meraih penis Wen dan mulai mengocoknya. Wen hanya bisa diam dan keheranan dengan apa yang dilakukan mamanya, hingga tak lama kemudian sudah terdengar desisnya yang tak jelas dari mulut Wen.

Wen, kontolmu besar juga ya?, puji mamanya.

Dikocokin sama Mama enak ya?.

Wen hanya mengangguk dan menatap langit kamar sambil membuka mulutnya mengeluarkan desisan.

Kalo mama beginikan, gimana?, katanya seraya mendekatkan kepalanya ke selangkangan Wen dan memasukkan penis anaknya itu ke mulutnya, dikulum beberapa saat kemudian dihisapnya dalam-dalam sebelum menjilatinya.

Kali ini Wen tidak hanya mendesis tapi bersuara meski ditahannya sehingga tak jelas didengar,

Ma enak banget Ma, ah uhh, gumamnya sambil berkelojotan, menggoyang pinggulnya ke kanan dan ke kiri, sementara nafasnya memburu tak beraturan.

Ehm ehm, ternyata begini ya? yang dilakukan mama dan anaknya?

Tiba-tiba suara papanya sudah ada di belakang meraka, mereka tak menyadari karena terlalu keasikan.

Papa.. ucap Wen dan mamanya hampir bersamaan.

Ini Pa, anakmu kan sudah gede nih, belum tahu namanya seks, jadi mama coba ajari biar gak kuper sekalian ngetes normal nggak dia, kata Mamanya.

Ooo gitu, tapi kok sampai kayak gitu

Biar dia juga punya pengalaman, kan lebih baik kita yang memberitahu, daripada orang lain yang mengajarinya entar malah salah, jelas mamanya sambil melanjutkan mengulum penis anaknya itu.

Ya sudah, biar Papa lihat, meski begitu terlihat celana kolornya agak menonjol tidak seperti biasanya.

Agaknya papanya juga terangsang melihat apa yang dilakukan Mama dan Wen atau memang sedang bernafsu ingin bersetubuh. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke kepala Mama.

Ma, sebenarnya Papa juga pingin, bisiknya.

Papa sudah terangsang nih

Ya gantian ya Pa, jawab Mama.

Sementara Wen yang dari tadi hanya mendengarkan saja sudah nggak tahan spermanya mau keluar, hingga kemudian diapun memberitahu mamanya.

Ma, Wen mau keluar nih

Tahan dulu, mamanya mengeluarkan penisnya dari mulutnya, kemudian dia melepaskan daster tidurnya, kemudian BH-nya dan terakhir celana dalamnya.

Melihat itu Papanya langsung protes.

Ma, apa-apaan sih kok ikutan telanjang juga?

Lho pa, kan sekalian, biar dia tahu semuanya, Papa sekalian sini deh

Ma, Wen kan anak kandungmu, masak kamu mau melakukan sama dia, sambil mendekati istrinya.

Pa, biar dia tahu, lagian hari ini ulang tahun mama, sekali ini saja deh Pa, rayu mama.

Mama memang gila, tapi terserah mama deh

Thanks Pa, ucap mama, sambil mencium suaminya.

Papa mau kan sekalian melakukannya disini?.

Tanpa menunggu jawaban dari suaminya dia merebahkan tubuhnya telentang di ranjang di hadapan dua laki-laki itu.

Wen, sini sayang, gantian ini tetek Mama kamu isep ya

Wen segera menyodorkan kepalanya ke dada Mamanya, terus mulai menghisap payudara mamanya yang sudah agak kencang karena sudah mulai terangsang. Sedangkan Papanya sekarang sudah melepas celananya sehingga telanjang juga.

Pa, Mama dikerjain dong, pintanya.

Papanya pun langsung menuju ke arah selangkangannya dan mulai menjilatinya, bahkan kadang-kadang menghisapnya, sehingga suasana semakin panas saja. Mamanya yang mulanya hanya mendesis ringan tak jarang mengeluarkan jeritan kecil saat vaginanya dihisap suaminya, sambul tangannya sibuk meremas pantat Wen dan juga mengocok penis Wen agar tetap menegang.

Ah ah uh Pa, sebentar Pa beri kesempatan Wen dulu Pa, kata Mama tertahan.

Biar Wen merasakan memek mamanya Pa.

Papanya pun segera bergeser. Demikian pula dengan Wen.

Wen, sayang, dulu kamu lahir dari lubang ini, sekarang coba kamu rasakan nikmatnya memek Mama!, ucap Mama.

Sekarang masukkan kontolmu ke lubang Mama Ya Wen, Mama sudah nggak tahan nih!

Ya, Ma, ujar Wen sembari mengarahkan penisnya yang mengacung ke selangkangan Mamanya.

Setelah tepat di depan lubang vagina Mamanya didorongnya penisnya agar masuk, tapi Sret penis Wen meleset, karena memang bibir vagina mamanya sudah agak licin setelah dijilati Papanya, kemudian dicobanya lagi, gagal lagi, hingga kemudian dia dibantu Papanya.

Coba Papa bantu, katanya sambil memegang penis Wen dan mengarahkan ke vagina istrinya

Sekarang dorong kontolmu, Wen!.

Dan Bless penis Wen masuk ke vagina mamanya.

Ahh.. hampir bersamaan suara Wen dan Mamanya mendesah merasakan sensasinya.

Sekarang maju mundurkan kontolmu di memek mama sayang, pinta Mamanya.

Wen pun langsung tancap gas, dimaju mundurkannya penisnya, mula-mula pelan-pelan kemudian semakin agak cepat, membuat mamanya semakin mendesak keenakan.

Gimana sayang rasanya, sayang?

Enak banget Ma, jawab Wen sambil mendengus.

Papanya pun mulai beraksi lagi, disodorkannya penisnya ke mulut mamanya yang sedang menikmati kocokan penis anaknya.

Ma, sekarang sambil isep kontol Papa dong.

Mama pun langsung memasukkan penis suaminya itu ke mulutnya. Melihat adegan yang dilakukan Papa dan Mamanya tersebut membuat Wen semakin terangsang, sehingga dia semakin mempercepat kocokannya di vagina Mamanya, sehingga terdengar bunyi ketika pahanya bertatapan dengan paha mamanya yang mekangkang. Mamanya juga tak segan-segan mendesah atau menjerit kecil ketika dia keenakan, demikian pula papanya yang berulang kali mendengus panjang ketika penisnya dihisap istrinya, demikian pula Wen yang terus mengocok penisnya di vagina Mamanya.

Terus sayang, cepat sedikit sayang, Mama Mau keluar nih, kata Mamanya mendesah.

Wen pun agak mempercepat kocokannya, Terlihat Mamanya kelojotan, goyang kanan, dan ke kiri memainkan pinggulnya sambil terus mengulum penis Papa. Sesaat kemudian Mamanya merapatkan pahanya sehingga menjepit tubuhnya. Wen merasakan ada cairan hangat yang keluar dari dalam vagina mamanya, tapi dia tidak peduli, dia terus memaju-mundurkan penisnya, hingga mamanya kelihatan melemas.

Ma, aku mau keluar Ma, tiba tiba Wen berteriak.

Tahan Wen, jangan dikeluarkan di dalam, biar Mama isep lagi saja

Wen segera menarik keluar penisnya dari vagina mamanya, Plub terdengar suara penisnya keluar dari vagina Mamanya, terlihat penisnya yang memerah berkilat-kilat karena terkena cairan vagina Mamanya.

Pa, ganti posisi Pa, katanya sambil bangkit dari telentangnya.

Sini wen kamu ganti yang telentang

Wen pun jadi telentang, penisnya yang mengacung itupun langsung dikulum oleh mamanya, sementara Papanya mengambil tempat di belakang Mamanya dan langsung memasukkan penisnya ke vagina istrinya dari belakang.

Ughk, desah mamanya ketika penis suaminya memasuki vaginanya.

Papanya kemudian terus mengocokkan penisnya.

Sementara hanya bisa mendesah dan bersuara ah uh ugh ketika Mamanya menghisap penisnya semakin panjang saja, hingga dia tidak bisa menahan keluarnya spermanya lagi.

Ma, ah uh ahk Ma aku keluar… Maa..

Seiring menyemburnya cairan putih kental dari penisnya, banyak sekali spermanya yang keluar di mulut mamanya yang langsung ditelan Mamanya, bahkan sampai ada yang keluar dari mulutnya, sedangkan yang masih tertinggal di penisnya dijilati Mamanya sampai bersih tak tersisa. Wen pun mulai melemas.

Ma, enak banget Ma, desah Wen.

Mamanya memberikan isyarat kedipan matanya dan mencium bibirnya dengan mesra.

Tak lama kemudian Papanyapun mencabut penisnya dari vagina mamanya itu dan mengacungkan didepan mulutnya, dan dengan sedikit kocokan keluarlah cairan putih kentalnya yang menyembur ke wajah istrinya bahkan ada yang mengenai wajah Wen, sebagian masuk ke mulut istrinya dan ditelannya, kemudian Mama mengulum dan menghisap penis suaminya itu dan dibersihkannya penisnya dari sisa sperma yang masih menempel, sedangkan yang ada di wajahnya diratakannya dengan mengusap wajahnya hingga kelihatan bersih.

Dengan masih telanjang ketiganya kemudian terbaring kelelahan, kemudian mereka berpelukan bertiga, Wen yang berada ditengah-tengah Papa dan Mamanya merasa kebahagiaan yang luar biasa saat itu dan akhirnya ketiganya ketiduran hingga keesokan harinya. Benar-benar malam yang penuh kenikmatan. Begitu seperti yang diceritakan Wen kepada Fikki.

Aku hanya bisa berkata, Gila..!.

Cerita Sex Pilihan