2 November 2020
Penulis —  bukhewa

Gairah Keluarga Istriku

Satu lagi kisahku yang berkaitan dengan isteriku adalah ketika aku harus ke Menado untuk suatu urusan. Biasanya aku tak pernah mampir kerumah keluarga isteriku yang memangnya berasal dari sana, tetapi kali ini aku terpaksa harus mampir ke Amurang karena isteriku menitipkan beberapa barang untuk adik dan kakaknya disana.

Aku sebenarnya kepengen menginap di Manado saja karena disana ceweknya hebat hebat dan menyenangkan, tetapi karena aku harus ke Amurang, maka aku putuskan untuk menginap disana saja, tokh aku tahu kalau rumah keluargaku cukup besar disana dan aku bisa menempati paviliunnya yang sangat menyenang-kan.

Aku sampai di Amurang sekitar jam 4 sore, dirumah aku disambut oleh mertuaku, Elsa kakak isteriku serta Vera adik isteriku. Aku menatap wajah ketiga orang ini dengan pikiran yang melayang layang, karena sejujurnya saja baik itu ibu mertuaku, kakak iparku maupun adik iparku semuanya cantik dan mempunyai keseksiannya sendiri sendiri.

Mereka tanpa canggung memelukku serta menciumiku seperti biasanya orang yang kangen. Tetapi aku jadi cekot cekot sendiri. Bayangkan, meskipun mertuaku sudah hampir 55 tahun, tetapi badannya masih montok dengan buah dada yang benar benar hebat ditambah lagi wajah yang cantik, kalau Evie kakak iparku wajahnya kalem khas Manado, tetapi bentuk badannya benar benar ideal karena tinggi langsing dengan buah dada dan pinggul yang tak terlalu besar, kulitnya bersih dan bibirnya selalu tersenyum, berbeda sekali dengan adik iparku Vera yang wajahnya seksi dengan tubuh yang pendek dan padat ditambah buah dada yang montok hampir hampir tak sesuai dengan badannya yang kecil itu.

Kami masuk kerumah bersama sama, Ibu mertuaku merangkul aku dengan mesra sehingga dapat kurasakan buah dadanya menempel ketat dilenganku. Aku jadi nggak karu karuan, apalagi ketika kuperhatikan Vera, roknya yang tipis menyebabkan pantatnya yang memakai celana dalam kecil itu terbayang nyata dihadapanku.

Benar benar membuat jakunku turun naik. Aku memang menyadari sejak dulu bahwa keluarga isteriku semuanya cantik, tetapi aku tak pernah menduga bahwa aku dihadapkan pada suasana seperti ini, aku sudah merasakan bahwa malam ini aku akan mendapat santapan yang lezat, entah yang mana tetapi aku pasti akan main dengan salah satu dari mereka atau bahkan dengan ketiganya, karena ibu mertuaku sendiri juga masih layak dinikmati

Dalam kamar aku berusaha untuk tidur sejenak karena memang tubuhku penat sekali, aku mencoba untuk tidur barang satu jam agar supaya nanti bisa keluar makan malam dengan keluargaku semuanya. Tetapi entah berapa lama aku tertidur karena ketika aku bangun kulihat diluar sudah gelap dan tak seorangpun yang berani membangunkan aku.

Dengan tergesa gesa aku mengambil handukku dan pergi mandi. Tak kulihat seorangpun dirumah, entah kemana semua, tetapi ketika aku mendekati kamar mandi kudengan suara deburan air serta nyanyian wanita yang sayup sayup. Dari suaranya kukira itu suara ibu mertuaku. Benar saja ketika kuketuk pintunya ibu mertuakulah yang menjawab.

Kutunggu dimuka pintu dan tak lama kemudian keluarlah mertuaku dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang dilibatkan dibadannya. Aku terpana menyaksikan sembulan buah dada mertuaku yang menonjol dari balik handuk yang dipakainya itu, apalagi ketika mertuaku mengambil pakaian yang ditaruhnya digantungan maka aku dapat melihat bulu ketiaknya yang lebat dan hitam itu.

Secara otomatis aku melihat keantara selangkangannya sayang tertutup dengan handuk yang sedikit menutupi pangkal pahanya itu. Dengan nekad aku sengaja menjatuhkan handukku dan ketika mengambilnya aku melirik kepangkal paha mertuaku, benar saja, kulihat kerimbunan jembutnya yang masih basah dengan air.

Entah mengerti atau tidak, tetapi mertuaku hanya tersenyum melihatku. Aku segera masuk kekamar mandi dan mulai mandi. Pikiranku yang ngeres menyebabkan kontolku jadi ngaceng nggak karu karuan. Kupercepat mandiku dengan harapan aku bisa nyamperin mertuaku yang kuharapkan masih belum berganti pakaian.

Kusambar handuk, kubiarkan bajuku tergantung dikamar mandi dan aku setengah berlari menuju kekamar mertuaku untuk menjalankan tipu muslihatku. Dengan hanya memakai handuk saja aku berhenti sejenak didepan kamar mertuaku, aku menarik nafas panjang dan tanpa mengetuk aku masuk kekamar itu. Benar saja kulihat mertuaku telanjang bulat didepan kaca sambil menyisir rambutnya yang panjang.

Mataku terbeliak melihat buah dada serta jembut mertuaku yang amit amit tebalnya itu. Mertuaku menjerit kaget, dan menoleh kearahku, wajahnya merah padam, tetapi tak sedikitpun ia berusaha untuk menutupi nonoknya ataupun susunya. Dengan wajah yang kubuat serius aku meminta tolong mertuaku untuk melihat kontolku yang kukatakan digigit semut, memang tadi sengaja aku mencari semut merah didepan kamar mandi dan kugigitkan kebatang kontolku sehingga kontolku jadi bintul kena sengat semut kecil itu.

Dengan agak gemetar mertuaku mendekat dan dipegangnya kontolku untuk melihat bagian yang digigit semut itu. Aduh Roy, ngana ini kok ada ada saja sih, untung nih Evie dan Vera lagi keluar, kalau nggak kan Mamie jadi nggak enak ya, sini Mamie kasih minyak gosok biar nggak sakit Aku merasakan sentuhan tangan mertuaku yang dingin sekali, kurasa kalau dia masih sungkan atau takut karena kenekadanku ini.

Setelah membubuhkan minyak gosok, mertuaku mau berdiri, tetapi aku sengaja bilang Mamie masih sakit nih, tolong dong dipijit pijit biar nggak terasa sakitnya. Mertuaku tertawa geli dan menyuruh aku duduk dikursi panjang yang ada dikamar itu, setelah aku duduk mertuakupun duduk disampingku dan tangannya mulai memijit mijit bagian kontolku yang sakit itu.

Tapi dasar kontolku memang kurang ajar, begitu dipijit sedikit langsung saja dia ngaceng dan berdiri tegak lurus. Mertuaku dengan setengah berbisik berkata Roy ngana punya barang kok galak sekali ya Aku diam aja karena aku juga merasakan sentuhan buah dada mertuaku yang menyenggol lenganku. Tanpa ragu ragu aku membetulkan tangan mertuaku agar supaya memegang kontolku dengan lebih tepat.

Tiba tiba saja mertuaku melepaskan tangannya dan sambil tertawa menyuruh aku keluar dari kamarnya Ayo Roy, itu sudah sembuh sekarang ngana keluar Aku yang sudah bernafsu yakin bahwa mertuaku sebenarnya juga kepengen merasakan kontolku ini, tetapi mungkin dia kuatir sehingga dia menyuruh aku keluar.

Karena itu tanpa bicara ba atau bu langsung saja kuterkam mertuaku dan kutarik dusternya sehingga kami sama sama telanjang bulat. Langsung aku menciumi bukit nonoknya yang penuh dengan jembut keriting itu sementara tanganku dengan terlatih memilin milin puting susu mertuaku. Mertuaku berusaha untuk memberontak dan mendorong kepalaku, meskipun aku tahu itu tidak dengan sungguh hati, dan justru karena gerakannya itu paha mertuaku jadi terkuak yang menyebabkan aku mudah untuk menyelipkan bibirku keliang nonoknya.

Sekali lidahku menyentuh itilnya, mertuaku langsung ambruk dan terlentang diatas kursi panjang tanpa berdaya apa apa. Matanya terpejam sambil menggigit bibir, menahan rasa geli yang aku berikan. Tanpa menunggu lama, aku langsung mengarahkan kontolku keliang nonok mertuaku dan sekali kedut kontolku langsung amblas, begitu aku menggerakkan kontolku, mertuaku langsung merangkul aku dan menggigit pundakku dengan keras sekali, kedua kakinya diangkat tinggi dan dijepitkan pada pinggangku.

Benar saja justru beberapa saat kemudian mertuaku yang berkelojotan merasakan nikmatnya gesekan kontolku dan mencapai kepuasannya. Aku tak merasakan perihnya gigitan mertuaku pada pundakku karena aku sedang asyik memacu kontolku untuk mengejar ketinggalanku, ketika kurasakan air maniku sudah hampir menyemprot keluar, kurasakan nonok mertuaku sepertinya makin menjepit kontolku sehingga aku jadi melenguh panjang dan semprotan demi semprotan air maniku memancar keluar memenuhi liang nonok mertuaku.

Baru saja aku menikmati empotan nonok mertuaku yang khas itu, tiba tiba saja mertuaku mendorong badanku sambil berkata Roy, ngana nekad sekali, bagaimana kalau kelihatan anak anak yang lain, Mamie bisa mati berdiri Aku hanya menyeringai, kusambar handukku dan aku segera keluar menuju kamar mandi lagi.

Aku tahu bahwa dari cara mertuaku menikmati persetubuhan tadi, dia sudah lama tak pernah merasakan kontol pria, tetapi aku yakin hal itu tak berarti dia tak pernah merasakannya semenjak mertua laki lakiku meninggal. Pasti ada satu atau dua pria yang mengisi kesepiannya dengan memberikan kehangatan seks.

Aku sendiri sebenarnya masih belum puas dengan permainan tadi, karena dengan tubuh seperti mertuaku itu, rasanya aku masih mampu mendayung dua tiga kali lagi, tetapi apa mau dikata, mertuaku kuatir kalau diketahui orang. Ketika aku lewat kamar mertuaku, kulihat kamar itu tertutup rapat, sebenarnya aku ingin mengetuknya, tetapi saat itu kulihat Evie berjalan kearahku, sehingga aku mengurungkan niatku itu.

Evie tersenyum melihatku, kenapa ngana kok baru mandi Roy? aku jawab kalau aku ketiduran karena terlalu lelah. Evie tersenyum manis yang membuat jantungku berdegup keras, senyuman itu benar benar merangsang dan penuh isyarat undangan yang dapat kutangkap. Sesampai dikamar, aku berbaring dulu ditempat tidur, disamping untuk relax, aku juga memikirkan Evie kakak iparku yang cakep itu.

Kalau dilihat dari wajahnya sih memang cantik isteriku yang juga adiknya, tetapi kalau badannya, isteriku bukan apa apa dibandingkan Evie yang lebih mirip mamienya itu. Kubayangkan, apakah mungkin malam ini rejekiku bertumpuk tumpuk sehingga bisa menyantap ketiga wanita yang ada dirumah ini, memikirkan hal ini aku jadi tersenyum sendiri.

Sedang asyiknya aku melamun, kudengar ketukan pelan dipintu kamarku, aku melompat dari tempat tidurku membenahi handukku dan membuka pintu itu. Kulihat Evie dimuka pintu sambil tersenyum dia berkata Roy ayo ngana makan dulu, biar nggak letih itu badan Aku menyahut nggak dulu deh Ev, gimana kalau kita omong omong saja dulu disini, nanti kita makan sama sama ya Evie tak menyahut, tetapi dia langsung masuk dan aku dengan acuh tak acuh menutup pintu itu.

Jantungku berdegup keras, ini dia dapat lagi satu santapan. bagiku Evie bukan sekedar merangsangku karena tubuhnya, tetapi aku lebih tertarik karena dia adalah kakak isteriku seperti aku juga tertarik pada mertuaku sendiri yang ternyata juga mau main dengan menantunya itu. Karena kursi dikamar itu hanya satu, maka agar supaya Evie duduk diatas tempat tidurku, maka aku cepat cepat duduk dikursi yang cuma satu itu.

Benar saja, Evie setelah menoleh kiri kanan dan tak menemukan tempat duduk maka dia duduk diatas tempat tidurku. Dengan hanya memakai handuk aku mengajak Evie berbicara sementara mataku memperhatikan Evie yang memakai duster tanpa lengan itu. Kalau kuperhatikan, Evie tampaknya tak memakai beha, aku hanya ingin dia mengangkat tangannya agar aku bisa melihat ketiaknya, apakah lebat seperti isteriku dan juga mamanya ataukah bersih yang kurang kusukai itu.

Evie menanyaiku keadaan Jakarta, juga bagaimana keadaan Novie isteriku disana. Aku bercerita panjang lebar tentang keadaan keluarga di Jakarta, juga aku ceritakan tentang Vicky adik laki laki satu satunya yang juga membantu perusahaanku di Jakarta. Pembicaraan kami jadi makin serius ketika aku mulai menanyakan keberadaan bung Denny, suami Evie.

Denny seorang dokter yang ganteng dan baik sekali, sayangnya sampai saat ini mereka belum dikaruniai anak seorangpun, entah siapa yang salah. Ketika kutanyakan dimana bung Denny, Evie menjawab kalau Denny sedang dinas kedaerah untuk beberapa hari. Hal ini membuatku gembira karena berarti kesempatanku makin besar untuk menikmati Evie.

Evie kenapa sih kok belum punya anak juga, apa memang dicegah? Evie tersenyum simpul saja katanya Bagaimana mau punya anak, kalau produksinya jarang jarang Aku tersenyum dan dengan santai aku bercerita tentang hubunganku dengan Novie isteriku dalam hal seks. Kuceritakan betapa Novie hampir setiap malam mengajakku untuk main, belum lagi hobby Novie yang senang posisi macam macam.

Evie hanya menyeringai saja mendengar ceritaku yang seram itu, aku yakin kalau dia terangsang mendengarnya. Roy, kenapa sih Novie kok demikian gede nafsunya, apa kamu kasih minum obat ya? Aku jawab enteng, enggak tuh, tapi biasanya, perempuan yang bulunya lebat, itu nafsunya juga gede Evie terkikik mendengar jawabku itu, aku langsung bertanya lagi apakah Evie juga lebat bulunya, kasih lihat dong!

Evie dengan terus tertawa geli balas bertanya bulu apa Roy? Kujawab bagaimana dengan bulu ketiak Evie? Evie dengan malu malu mengangkat lengannya yang putih bersih itu sehingga aku bisa melihat ketiaknya yang penuh dengan rambut hitam keriting itu. Aku bergaya tenang saja, padahal hatiku dag dig dug melihat ketiak yang lebatnya melebihi ketiak isteriku bahkan lebih lebat dari ketiak mertuaku tadi.

Sambil mengatur suaraku agar tak kentara kalau aku nervous aku berkata lagi waduh Evie, nafsumu pasti segede nafsu Novie, malah bisa bisa kamu lebih gede lagi, kalau bung Denny nggak punya modal yang hebat, pasti rontok deh sama kamu Apakah barangnya Denny gede dan mainnya kuat Ev? Evie tak menjawab malahan bertanya kalau Roy gimana?

Saat itu dengan sengaja kusingkap handukku hingga kontolku yang sudah setengah ngaceng itu dapat dilihat dengan nyata oleh Evie. Evie menjerit lirih melihat kontolku itu, katanya aduh Roy masukkan deh, aku ngeri habis gede sekali sih Aku tertawa saja, tanpa berusaha untuk menutup handukku lagi, malah aku bertanya: kalau punya Denny seberapa Ev?

Evie menjawab pokoknya nggak segede punya kamu deh Ah nggak apa apa Ev, Noviepun aku rasa susunya tak semontok kepunyaanmu, pasti Denny senang karena punya isteri yang susunya gede Coba aku lihat Ev, sebentar saja Evie tertawa tawa malu namun dibukanya kancing dusternya bagian atas sehingga terbukalah buah dadanya yang putih mulus tanpa beha itu.

Benar benar besar dan padat sekali, pentilnya coklat muda dan dibeberapa tempat kulihat masih ada bekas gigitan yang berwarna merah. Aku berdiri dan mendekati Evie, kataku aduh Evie, susumu bagus sekali, aku kepengen memegangnya ya tanpa menunggu aku sudah meremas buah dada yang montok itu, sementara karena tadi handukku terlepas, maka ketika aku berdiri aku sudah tak memakai apa apa lagi.

Sengaja kupepetkan badanku ketubuh Evie sehingga sementara tanganku meremas susu Evie, kontolku yang panjang itu menggeser geser lengan Evie. Evie hanya diam saja merasakan remasan dan pelintiran jariku pada putingnya. Bahkan dia berkata Roy aku boleh pegang barangmu ya! Aku tak menjawab, hanya kontolku kusorongkan kearahnya, dengan gemas Evie balas meremas kontolku dan entah disengaja atau tidak Evie menarik kontolku sehingga aku terjerembab keatas tempat tidur menimpa tubuhnya.

… bersambung

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan