2 November 2020
Penulis — Mr_Boy
Ayah dan ibu sudah masuk ke kamarnya, sedangkan aku hanya melihat langit-langit kamar yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah agak lapuk.
Hujan semakin lebat dengan diiringi hembusan angin yang begitu kencang, suhu dikamar pun akhirnya kembali ke suhu normal membuatku kedinginan.
Aku tarik selimut tebal yang sudah terlihat usang tapi bersih untuk menutupi tubuhku yang menggigil, sambil melamun aku raba penisku ternyata mengeluarkan cairan lubrikasi. Mungkin ini bekas pergumulanku dengan ibu tadi yang sempat menggantung belum terselesaikan.
Udara yang dingin membuatku ingin buang air kecil, setelah mengumpulkan tenaga aku bangkit dari kasur menuju kamar mandi.
Kakiku berjalan menginjak lantai yang terbuat dari anyaman bambu yang terlihat sudah mengkilat, beda dengan anyaman bambu diatas yang sudah menghitam dan lapuk ada sarang laba-labanya.
Ketika sedang berjalan melewati kamar orang tuaku, entah kenapa saya malah iseng mengintip. Aku hanya penasaran sedang apa ibuku sekarang? Ketika aku merunduk melihat lobang kunci, mataku terbelalak melihat pemandangan yang membuat penisku tegang seketika.
Bagaimana tidak tegang, melihat ibuku sedang ditindih ayah dengan posisi kedua kaki ibu mengangkang dalam keadaan keduanya telanjang bulat. Sedangkan ayah mengangkat dan menurunkan pantatnya berkali-kali.
Lalu tiba-tiba ayah mengejang dan ambruk diatas tubuh ibu. Beberapa menit kemudian ayah memakai celananya lagi lalu tidur membelakangi ibu yang masih dalam keadaan bugil tanpa busana.
Aku melihat dengan mataku sendiri, payudara ibu yang besar dan terlihat masih kencang membuatku diam seperti patung. Beberapa kali aku menelan ludah karena tergiur payudara ibu yang montok dan berisi itu.
Samar-samar aku mendengar suara ibu berkata, “baru beberapa menit pak udah keluar… Mana tidak pemanasan dulu main langsung tancap aja…” Ucap ibuku sambil meraba memeknya, lalu melihat sisa lendir sperma yang ada dijemari ibu dari memeknya itu.
“Maaf Bu ayah udah tidak kuat lagi… Tidur Bu udah malam…” Kata ayah sambil membelakangi ibu.
Ku lihat ibu menutupi tubuhnya lagi dengan kain sarung setelah mengelap memeknya, lalu dia tidur sambil membelakangi ayah. Mata ibu mengarah ke arahku yang sedang mengintipnya, aku yakin ibu tidak menyadari keberadaanku.
Sialnya saya tidak mengintipnya dari awal, aku berpikir dari sejak ibu masuk kamar sampai aku melihat persetubuhan itu selesai sekitar 10 menitan. Lalu berapa menit tadi ayah dan ibu bersetubuh?? Cepat sekali.
Padahal tadi aku dan ibu saling berciuman, meraba-raba sambil mengobrol saja sekitar 15 menitan.
Kasihan ibu, ternyata ini masalahnya kenapa ibu belum bisa menceritakan semuanya tentang masalah ranjang.
Aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil setelah mengintip mereka, kalaulah ibu mau saya siap menuntaskan kewajiban ayah sebagai suaminya. Andai saja…
Paginya seperti biasa aku ngopi dulu, kopi murah masyarakat desa ‘Liong Bulan’ ditemani ubi bakar yang aku cabut disamping rumah. Rasanya begitu nikmat, sangat cocok disaat cuaca sedang berkabut.
Aku lihat ayah sudah siap-siap akan berangkat ke kota, bersama para sesepuh lainnya untuk mewakili desa dalam acara pesta rakyat.
“Cup.. bapak pergi dulu sekitar 2 hari atau 3 hari bahkan lebih… Untuk itu ibu bapak titipkan sama kamu ya…?”
“Iyaa yah.. hati-hati dijalannya…”
“Ya sudah, Bu.. bapak pergi dulu …”
“Iya pak hati-hati…!”
Ayah pun akhirnya pergi ke kota dengan berjalan kaki, nanti pas di ujung jalan kampung ada mobil pickup yang mengangkut mereka.
Setelah ayah pergi ibu menghampiriku,“makan minum sendiri aja, gak nawarin nih sama ibu…??” Kata ibuku.
“Ehh iya sini Bu duduk di samping Ucup.. kirain ibu gak mau.. selain itu Ucup gak sadar kalau ibu lagi memperhatikan… Maafin Ucup ya Bu…?”
“Gpp kok cup… gak tau kenapa ibu malah senanggg banget duduk sama Ucup disini..”
“Ucup juga senang kalau ada ibu didekat Ucup… Diminum Bu kopinya…”
Ibu pun mengambil cangkir yang berisi kopi pahit bekasku lalu meminum kopinya.
Dengan perasaan sayangku pada ibu, ku ambil ubi bakar yang masih mengepul itu, mencubitnya sedikit lalu ku berikan pada ibu.
“Buka mulutnya Bu..” ibu sudah mengerti aku akan menyuapinya, lalu ibu membuka mulutnya.
Ketika aku suapi ibu, dia mengunyahnya dengan pandangan mata yang berbinar-binar. Anehnya aku jadi deg-degan melihat ibu memandangku seperti itu.
“Cup, pagi ini ibu sudah merasa di bahagiakan oleh kamu… Ibu sangat senang sekali…”
“Ucup kan sudah janji akan membahagiakan ibu, walaupun Ucup belum berpengalaman… Ucup juga berharap ibu terbuka, jangan ada sesuatu yang ibu pendam sendiri, sehingga menjadi beban bagi ibu…” Kataku kepada ibu.
“Iyaa nak.. ibu mulai hari ini akan terbuka sama kamu… Tapi janji yaa jangan sampai bapakmu tahu…?” Ucap ibu sambil membalas menyuapiku.
“Iya Bu tentu… Karena kita sama-sama saling membutuhkan, bahkan lebih dari itu.. kita saling menyayangi… Baiklah Bu Ucup ngasih makan kambing dulu ya… Hari ini mungkin Ucup tidak menggembala dulu, paling mau ngambil rumput saja didekat sini…”
“Ya sudah ibu kedalam mau nyuci sprei dulu…”
“Emang spreinya udah kotor Bu..?”
“Emmm… Rahasia ahh masa ibu ceritain…” Ucap ibu malu-malu.
“Katanya mau terbuka… Tapi gpp lah Ucup gak maksa kok…” Aku beranjak mau pergi memberi makan ternak, sebelum pergi ibu berkata, “nanti ibu ceritain cup..”
“Iyaa buu.. ibu jangan khawatir, Ucup baik-baik saja kok…” Kataku kepada ibu bahwa aku tidak terlalu mau tahu tentang masalah sprei itu.
Saya pergi ke kandang yang berada di samping rumah, memberinya makan kambing, ayam, bebek. Lalu bergegas ke tempat lapang yang penuh rumput tidak jauh dari rumah, disitulah aku setiap hari mengambil rumput untuk makan ternak.
Sebelum siang semua pekerjaan yang biasa aku kerjakan selesai semua dikerjakan, lalu aku pergi ke kandang ayam, disitu ada ayam yang sedang bertelur ku ambil dua butir.
Kedua telur ayam kampung itu aku cuci bersih kulitnya, lalu dengan segera aku makan mentah dua butir sekaligus. Pokoknya hari ini atau dimalam harinya saya harus menyetubuhi ibu, kalau pun gagal, setidaknya spermaku keluar dengan bantuan ibuku.
Niat yang begitu kuat semoga saja berhasil tujuanku itu.
Usahaku, kerja kerasku selama beberapa tahun yang lalu. Saya yakin, pasti akan menuai hasil yang memuaskan.
Niat burukku ini memang sangat tabu, seorang anak berusaha menitip benih dirahim ibunya sangatlah terlarang. Tapi bagiku justru itulah kenikmatan tertinggi ketika sel spermaku bertemu membuahi sel telur ibuku.
Dengan penuh keyakinan aku langkahkan kakiku dengan mantap masuk kedalam rumah, ku lihat ibu sedang memasak di dapur dengan busana kemben dan kain sarungnya juga kerudung yang menutupi rambut kepalanya.
“Cup.. udah pulang nak..? Tunggu sebentar ya kita makan sama-sama… Ibu sedang masak tumis jantung pisang…” Ucap ibuku sambil membungkuk mengaduk tumisan jantung pisang di atas tungku.
“Wahh! Kayaknya enak Bu… Ibu pandai banget memasak… Apapun yang ibu masak pasti enak…” Pujiku pada ibu.
“Iyaa atuh, kan dulu ibu belajar memasak sama almarhum nenek kamu… Makanya ilmu memasak itu turun ke ibu… hihi” ibu tertawa dengan gemasnya.
“Kita makan di dapur aja bu…”
“Iyaa makan disini aja, cuman kita berdua ini…”
“Ucup nyiapin nasinya dulu ya Bu..?”
“Iyaa…” Ucap ibu tersenyum.
Setelah nasinya siap, tumis jantung pisang itu akhirnya matang juga. Lalu ibu menuangkannya di atas piring dan kami pun makan dengan lahapnya meskipun lauknya sederhana, jantung pisang.
Aku berusaha seromantis mungkin menyuapi ibu demi mendapatkan tujuan itu, perlu kerja keras dan keyakinan yang kuat untuk meluluhkan hati ibu. Karena tidak mungkin aku mengajak ibuku bersetubuh secara terang-terangan tanpa perjuangan, juga secara logika pun hal tersebut memang sangatlah sulit, selain tabu juga sangatlah bertentangan dengan ajaran agama yang kami anut.
Perjuanganku membuahkan hasil, meskipun secara perlahan dalam kurun waktu yang sangat lama, ibuku berhasil aku taklukkan. Tinggal beberapa langkah lagi, jika tak ada aral rintangan yang menghadang saya yakin pasti berhasil.
Kami tersenyum, tertawa, bercanda sambil makan. Sesekali keromantisan ditunjukan oleh kami berdua, ibuku kini mulai terbiasa saling menyuapiku. Padahal yang saya tahu, ibu belum pernah menyuapi ayah sekali pun.
Makan-makan pun selesai, ku bantu ibu membereskan tempat kami makan, mencuci piring, menyapu bahkan membereskan pekerjaan rumah.
Mumpung masih siang aku buru-buru mandi, soalnya aku gak kuat mandi dengan air dingin di suhu yang dingin.
Meskipun masih tetap kedinginan, aku tetap memaksakan untuk mandi “Byurrrr…!!!” Air di gayung yang ditampung di bak terbuat dari drum bekas aspal saya guyurkan ke kepala.
Dengan memakai handuk aku masuk ke kamar pakai kaos dan celana training, tentu aku tak memakai celana dalam, karena biasanya jika sudah tak ada pekerjaan lagi seperti menggembala atau pergi ke hutan, aku tak mau pakai celana dalam, entahlah merasa tak nyaman saja.
Ketika keluar kamar, aku pergi ke dapur untuk buat kopi, dilihat-lihat aku tak melihat ibu dimana, kemana ibu?
Byurrr… Byurrr…!!! Ada suara orang sedang mandi,“Bu..?! Sedang mandi ya…??” Kataku.
“Iyaa… Ada apa cup..?” Ucap ibu.
“Gak apa-apa Bu, Ucup tunggu didepan ya Bu? kita ngobrol lagi…?!”
“Iyaa… Ibu mandi dulu ya…”
Ucap ibuku dari dalam kamar mandi.
“Iya buu…!” Kataku ke depan rumah sambil membawa segelas kopi.
Didepan rumah duduk aku memandang pegunungan yang berkabut, padahal hari sudah siang tapi kabut di tempatku tinggal tetap masih ada meskipun sedikit.
Pikiranku masih tertuju pada ibu,‘bagaimana aku mengajak ibu untuk bersetubuh? Tak mungkin aku secara terang-terangan mengajaknya berzina? Sejak semalam kalau saja ayah tak datang sampai pagi, saya yakin waktu itu tubuhku dengan ibu sudah menyatu ..’
Tidak berapa lama ibu pun datang dengan memakai daster, lalu ketika menjemur handuk, sekilas terlihat bentuk celana dalamnya terbentuk di kain dasternya ketika sedang membungkuk.
“Bu, seandainya ayah pergi meninggalkanmu, sungguh aku siap jadi penggantinya…” bisikku dalam hati.
Ketika sedang melamun ibu datang menghampiriku, “masih siang cup melamun aja… Melamunin apa sihh? Ibu ya hihi..!” Ucap ibu duduk di sampingku.
“Iyaa melamunin ibu… Kok ibu tahu sih..?” Kataku heran.
“Kamu itu bengong tapi matamu itu lho ngeliatin ibu terus, huhh..!!” Kata ibuku sambil mencubit pinggangku.
“Gimana Ucup gak bengong Bu, entah kenapa ibu itu selalu membuat Ucup kagum… Tubuh ibu yang montok, pantat ibu yang lebar, pokoknya yang ada di ibu itu benar-benar sempurna… Makannya Ucup bengong ketika melihat ciptaan tuhan yang begitu sempurna..” pujiku pada ibu dan kulihat ibu terlihat senang sekali.
“Ucup?!!, gak salah kamu?!! bilang montok sama pantat ke ibu?! Jadi selama ini kamu sering berkhayal seperti itu ke ibu yaa??” Ucap ibuku mendelik.
“Iyaa Bu, maafkan Ucup ya Bu… Ibu selalu menjadi fantasi yang aneh-aneh buat Ucup… Jujur, selama ini Ucup suka onani sambil membayangkan ibu… Ucup gak tahu kenapa harus ibu yang menjadi objek fantasi Ucup, padahal ada banyak gadis dikampung ini yang cantik-cantik, tapi Ucup lebih suka ibu… Maafkan Ucup ya Bu? Kalaulah kita kemarin-kemarin tak janji saling terbuka, Ucup gak berani berkata jujur seperti ini sama ibu…” Akhirnya uneg-uneg yang selama ini aku tutupi terbuka juga.
Setelah mendengar itu semua ibuku terdiam, arah matanya lama menatap ke arah bawah lalu melihatku lagi.
“Cup, ibu senang kamu berkata jujur kepada ibu. Ucapanmu barusan memang butuh kekuatan mental untuk mengatakannya. Ibu juga punya uneg-uneg yang ingin ibu berbagi sama kamu… Tapi, jangan diluar ya? Ibu takut ada orang yang mendengarnya…”
“Ya sudah Bu kita ke dalam aja yuk..?” Ku ajak ibu masuk ke dalam.
Setelah kami masuk, pintu depan aku kunci.
“Kok dikunci cup pintunya…?”
“Takut nanti pas ibu curhat ada yang masuk Bu, kan jadi gak enak curhatnya…”
“Ohh.. iyaa bener juga ya…”
Kata ibu membenarkan ucapanku.
Setelah pintu saya kunci, ibuku masih berdiri saja, mungkin bingung harus duduk atau bagaimana..?
“Bu, Ucup gelar tikar dulu ya? Nanti ibu tiduran di paha Ucup saja..” karpet digelar, ibu pun tiduran di pahaku.
Melihat ibuku tiduran di pahaku, payudaranya besar membusung keatas, tubuhnya telentang dengan kedua kaki dilebarkannya, sekilas nampak pangkal selangkangannya juga memeknya dibalik daster yang merapat ke kulitnya.
“Jangan ngeliatin kayak gitu sama ibu cup, ibu malu…” Ucap ibuku sambil menutupi bagian sensitifnya dengan tangan.
“Malu kenapa Bu? Ibu itu sempurna di mata Ucup.. lagian hanya ada kita berdua disini, Ucup kan putra ibu… gak apa-apa ya Bu? Kalau Ucup selalu memandangi ibu…”
“Ibu malu cup soalnya tubuh ibu gemuk, ibu tidak pede kalau ibu melihat tubuh ibu sendiri…”
Aku tidak tahu entah kenapa tanganku mengelus kepala ibuku supaya membuat dirinya tenang.
“Tidak Bu, ibu harus percaya diri, jika ibu merasa minder dengan tubuh ibu yang montok, setidaknya Ucup menghargai ibu menyayangi ibu apa adanya… Tanamkan di hati ibu bahwa semuanya untuk Ucup, karena ibu sendiri tak yakin kan kalau ayah akan memperhatikan ibu? Tapi Ucup selalu menghargai ibu sebagai wanita yang harus diperjuangkan… Bu, aneh sekali kenapa Ucup jatuh cinta sama ibu..? Maafkan Ucup ya… Ucup terlalu terbuka sama ibu…” Ibuku lama menatapku dari bawah, sedangkan aku melihatnya menunduk memperhatikan ekspresi wajahnya.
“Kamu jatuh cinta sama ibu nak? Kayak tidak ada wanita lain saja… Tapi, ibu salut kamu mengatakan itu sama ibu. Kata-kata kamu barusan membuat jantung ibu deg-degan tau cup… Rasa-rasanya ibu plong banget tak ada beban ngobrol sama kamu… Ibu juga mau cerita tentang rahasia ibu …” Akhirnya yang aku tunggu-tunggu datang juga.
“Ceritakan Bu, Ucup mau mendengarnya langsung dari mulut ibu…”
Aku usap-usap kening ibu yang kebetulan sedang tak memakai kerudung.
“Sebenarnya sudah lama sekali ibu sama bapak kamu merasa dingin ketika berhubungan badan… Bapak kamu cepat keluar sedangkan ibu belum bereaksi apa-apa… Apalagi ditambah ketidakpekaan bapakmu itu sehabis berhubungan badan. Bikin ibu jengkel!” Ucap ibu sambil memasang muka cemberut.
“Bu, ibu jangan marah ya…”
“Marah kenapa cup…?”
“Boleh gak kalau Ucup bantu ibu memuaskan hasrat seksual ibu…?”
“Astaghfirullah cup maksud kamu apa? Menyetubuhi ibu?? Ingat itu dosa cup.. lagi pula kita ada hubungan darah, kalau ibu hamil gimana…?!!”
Ibuku nampaknya terkejut dengan usulanku.
“Bukan menyetubuhi ibu… Tapi Ucup bantu ibu tidak dengan bersetubuh.. tapi seperti malam kemarin Bu…? Kalau ibu tidak berkenan juga gak apa-apa… Ucup berkata seperti ini bukan untuk menghinakan ibu.. justru niat Ucup ingin kita sama-sama melindungi keluarga ini dari kehancuran…”
“Tapi cup ibu takut kebablasan…” Mulai ibuku membuka hati dan menerima usulku.
“Gak bakalan Bu.. ibu seperti biasa tinggal bilang aja ke Ucup ‘hentikan’ maka Ucup akan berhenti tidak meneruskannya lagi… Gimana Bu? Ini demi kebaikan ibu dan Ucup sayang sama ibu..” ibuku diam sejenak, menarik nafas dalam lalu melihat keseriusanku.
“Iyaa ibu mau… Tapi jangan sampai kebablasan ya cup.. ibu takut..” ucap ibu memegang tanganku.
“Bu, ibu percaya kan sama Ucup? Ucup janji tak akan menyakiti ibu.. Ucup juga akan selalu bersama ibu dalam suka dan duka… Jujur, Ucup sangat mencintai ibu…”
“Ibu percaya kok sama kamu cup… Ibu tahu kamu sejak dari dalam kandungan hingga sekarang, kamu orang yang ibu percayai…”
“Aku sayang ibu…”
“Ibu juga nak, sayang kamu…”
“Kita ke kamar yuk Bu..?”
“Ke kamar ibu aja ya…?”
“Iyaa… Ucup pangku ibu yaa..?”
“Emang kamu kuat…?”
“Kita liat aja Bu…” Kataku tersenyum ke ibuku.
Semuanya sudah disepakati, ibuku mau aku ajak bermesraan denganku asal tidak untuk menyetubuhinya.
Bagiku itu adalah sebuah keberuntungan yang sangat langka, selama bertahun-tahun aku menunggu momen ini. Mengatakan untuk bermesraan dengan ibu, entah bermesraan itu seperti apa? Tinggal menunggu saat yang tepat mengeksekusi lobang kenikmatan ibuku.