2 November 2020
Penulis — fanfan91
Lanjutan 1.
“Bu bukan apa apa kok pak’ne” Jawab bu Halimah sedikit tergagap dan rasa terkejutnya masih begitu terasa didadanya. bu Halimah sangat cemas jika suaminya itu mendengar apa yang diinginkan oleh anaknya tadi, dan dapat dipastikan sang suami bakal marah besar, bisa bisa sang suami akan menghajar Bagus habis habisan.
Sementara itu Bagus yang awalnya sangat terkejut ketika secara tiba tiba bapaknya muncul mulai sedikit tenang, karena Bagus yakin Ucapan lancangnya itu ke sang ibu tak didengar oleh bapaknya, sebab dia mengatakannya dengan berbisik.
“Kok bapak bangun” Ucap bu Halimah sembari menatap lekat lekat ke arah suaminya itu.
“Kebangun bune, gara gara pak rt nelfon nelfon terus, ya sudah bune, pakne mau kerumah pak rt, ada yang mau diurus bune” Ucap pak Harjo lalu bergegas menuju pintu depan dan diikuti oleh bu Halimah.
Sementara itu Bagus nampak sumringah saat tau bapaknya pergi kerumah pak rt, dan setau Bagus bapaknya itu kalo sudah kumpul sama pak Rt pasti pulangnya larut malam, jadi ia bisa melancarkan aksinya malam ini juga tanpa harus menunggu esok hari, begitu senangnya hati Bagus malam ini.
Sementara itu bu Halimah yang saat ini masih berada diteras ketika mengantar suaminya pergi tiba tiba merasa bimbang, hatinya merasa sedih, kecewa dan marah saat teringat bisikan dari anak semata wayangnya itu. Bisikan yang amat sangat merendahkan, bisikan yang membuat harga dirinya sebagai seorang ibu musnah seketika, dan Halimah tak menyangka sangat tak menyangka kenapa anaknya bisa begitu tega kepadanya.
“Bu” Ucap Bagus membuat Halimah kaget dan seketika Halimah menyeka air matanya yang telah membasahi pipinya itu.
“Nak, bisa dirubah nggak permintaanmu itu nak” Pinta Halimah dan Halimah berharap anaknya itu mau berubah pikiran. Ya Halimah sadar ia tak mungkin mengabulkan permintaan anaknya itu, sebagai seorang ibu bagi anaknya itu, tak mungkin ia bisa memenuhi keinginan anaknya.
“Kalo ibu tak mau juga gapapa, tapi ibu jangan menahanku besok ya” Ancam Bagus dan membuat bu Halimah berdesir akan ancaman dari anaknya itu dan tentu saja ancaman dari sang anak membuatnya Halimah takut, tak mungkin ia membiarkan anaknya pergi. Cemas dan rasa takut menyerang Halimah seketika dan mau tak mau Halimah mengalah tuk kedua kalinya.
“Baiklah ibu mau Gus, tapi ingat ini ibu lakukan karena ibu sayang kamu dan ibu tak mau kamu keluyuran tak jelas, tapi ingat ibu mau saat bapakmu tak ada dirumah Gus” Ucap bu Halimah.
“maaf pakne, ini demi anak kita pakne” Desah Halimah dalam resah ketika teringat sang suami, dan Halimah merasa bersalah ke suaminya, sebab bukan hanya suaminya saja yang bisa menikmati tubuhnya namun anaknya juga. ya mulai malam ini Halimah akan menyerahkan tubuhnya dinikmati oleh anaknya sendiri, bahkan tidak hanya itu saja, dandanannya yang mulanya tertutup mulai ia rubah, ya anaknya meminta kedirinya untuk selalu memakai pakean yang seksi, pakean yang pendek, pakean yang tak pernah sekalipun ia pake selama ini, tapi demi sang anak yang begitu ia kasihi ia rela, ia iklas untuk buka bukaan.
“Ya bu Bagus ngerti kok” Bagus menyeringai senang akhirnya fantasinya bakal terwujud.
“Tapi ibu nggak punya Gus pakean yang kamu minta” Ucap Halimah.
“Ya beli lah bu, besok Bagus belikan ya, dah yuk masuk bu, dah pengen nih” Ucap Bagus lalu mengajak ibu nya masuk kedalam rumah, dan mau tak mau Halimah pun ikut ajakan dari anaknya itu, dengan berurai air mata, Halimah melangkah masuk kedalam rumah diikuti oleh anak semata wayangnya itu. Jujur, Halimah merasa risau dan malu sekaligus, sebab sebentar lagi aurat yang begitu ia jaga buat suami seorang bakal dinikmati oleh anaknya sendiri.
diwaktu yang sama ditempat berbeda.
Ton.. kelakuanmu itu bikin malu ibu Ton, ibu malu Ton malu, dikiranya ibu tak bisa didik anak Ton, seandainya bapakmu masih ada pasti kamu digamparnya habis habisan Ton” Ucap seorang ibu ibu terlihat sangat marah ke anaknya, dan seorang ibu itu bernama Yani, tentu saja bu Yani marah besar ke anaknya yang bernama Toni itu, sebab karena ulah anaknya itu ia harus berurusan dengan polisi.
Yani atau biasa dipanggil bu Yani adalah seorang janda beranak satu, berumur kurang lebih sama dengan bu Halimah, bertinggi sama dengan bu Halimah juga, namun bu Yani memiliki warna kulit putih bersih, serta berdada sedang, dan Bu Yani ini seorang ibu berjilbab dalam kesehariannya dan termasuk juga sebagai ketua pengajian ibu ibu dikampungnya itu.
Sejak kematian suaminya 5 tahun yang lalu, bu Yani harus merawat serta mendidik anak semata wayangnya itu sendirian, susah memang, apalagi ia harus banting tulang sendirian untuk membiayai hidupnya serta anaknya itu. Tapi beruntungnya Yani ini seorang guru smp, dengan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, ditambah peninggalan sawah yang cukup luas dari suaminya itu membuat hidupnya sejahtera.
“Bu, Toni baru sekali nyoba bu, eh malah kena apes” Ucap Toni membela diri tapi tak berani memandang wajah ibunya yang lagi marah marah itu. Ya Toni malam ini dia dimarahi habis habisan oleh sang ibu, penyebabnya sama kayak halnya Bagus, kena gerebek polisi sewaktu minum minum. Sebenarnya Toni baru malam itu coba coba minum, eh apesnya malah kena gerebek dan mau tak mau ikut ditahan bareng Bagus.
Toni, pemuda tampan berkulit putih, bertinggi sama dengan Bagus. Sama sama anak tunggal, namun bedanya Toni sudah tak punya bapak beda sama Bagus. Dan sebenarnya Toni ini anak pendiam dan paling benci minum minum, sudah sering ia menolak jika diajak Bagus sahabatnya untuk minum, tapi apesnya saat ia mau malah kena gerebek, dan parahnya sekarang kena amukan dari sang ibu tercinta.
“Kamu itu ngejawab terus, mau jadi anak durhaka kamu, disuruh kuliah tak mau, keluyuran terus kerjaannya, eh sekarang malah minum minum, maumu apa to le le” Ucap bu Yani masih uring uringan ke anaknya itu. Ya bu Yani ingin anaknya melanjutkan kuliah, namun anaknya menolak dengan dalih kasihan kepadanya, dan bu Yani tak menyerah, selalu membujuk anaknya supaya mau kuliah, ia mengatakan ke anaknya kalo masalah biaya dia masih bisa membiayai, namun anaknya tetap ngeyel tetap tak mau kuliah.
Sebagai seorang ibu yang mampu dalam materi, ia ingin anaknya itu mau melanjutkan sampe ke universitas, lagian dikota tak jauh dari kampungnya ada universitas, bila anaknya mau ia bisa masukan disitu jadi tak harus ngekos, jadinya ia tak kesepian, tapi tetap saja anaknya menolak berbagai alasan, dan pada akhirnya ia mengalah.
“Buat apa kuliah bu, nyumpek nyumpekin pikiran saja” Ucap Toni kesal ke ibunya, selalu saja ibunya itu mengungkit ngungkit tentang kuliah kuliah dan kuliah terus, yang membuatnya bt abis abisan, sudah berbagai alasan ia ungkapkan ke sang ibu kenapa ia tak mau kuliah, tapi sang ibu selalu memojokannya terus menerus setiap waktu membuatnya selalu uring uringan dan mulai tak betah berada dirumah.
Sebenarnya Toni tak suka keluyuran dan ia sangat betah berada dirumah, apalagi saat ibunya berada dirumah juga, entah kenapa Toni sangat senang jika dia lagi berduaan sama ibunya yang berjilbab itu, ada rasa nyaman serta horni setiap ia berduaan sama sang ibu, dan sebenarnya Toni ingin merasakan ngewe sama sang ibu, namun rasa itu ia buang jauh jauh karena ia tau itu tak mungkin.
Mas, kenapa mas begitu cepat perginya mas, adek tak sanggup mendidik anak kita sendirian mas, adek capek, adek putus asa mas ”.
“Lama lama aku perkosa nih ibu, bawel banget” Gumam Toni, Toni merasa kesal karena ibunya tak capek capek memarahinya sedari tadi, sudah hampir 1 jam ia kena omelan sang ibu, membuat telinganya terasa panas, ditambah ibunya mengatakan ia bodoh membuat hatinya terasa terbakar penuh amarah.
“Apa yang kamu katakan tadi Ton, katakan lagi Ton, cepat” bentak bu Yani makin marah, meskipun anaknya menggumam tapi ia jelas jelas mendengarnya dan itu membuatnya semakin marah ke anaknya, sebab anaknya sudah berani berkata yang tak pantas kedirinya.
“Toni nggak ngomong apa apa kok bu, bener deh” Ucap Toni berbohong ke ibunya, mana mungkin ia berani jujur, bisa bisa dikutuk nantinya.
“Ton ibukmu ini belum budeg ya, ibuk denger kamu bilang mau memperkosa ibu, iya kan Ton” Bentak bu Yani kesekian kalinya, tangannya sudah gemetaran ingin menampar keras pipi anaknya itu, namun rasa ke ibuannya mencegahnya untuk tak melakukannya.
jedddeeeaarrrrr, kata kata dari sang ibu menggelegar didada Toni, membuatnya dadanya berdetuk kencang, ternyata ibunya mendengar gumamannya tadi, sungguh perbuatan bodoh yang ia lakukan malam ini, dan Toni tak tau harus berbuat apa, pergi!!! bukan pilihan yang tepat, toh kalo nanti pulang pasti kena marah lagi, hadapi???
“Kalo iya mau apa bu” Ucap Toni sambil berdiri dan berhadap hadapan dengan ibunya yang terlihat terkejut atas apa yang diucapkannya tadi. Tangan Toni kini mulai nakal meremas payudara dibalik gamis yang dipake ibunya itu.
“Kurang ajar kamu Ton, anak durhaka kamu” Ucap bu Yani tegas, matanya melotot, lalu ia ayunkan tangannya hendak menampar pipi kanan milik anaknya itu, namun sebelum tangannya mengenai pipi sang anak, tiba tiba sang anak sudah duluan memegang tangannya, membuatnya gagal untuk menampar pipi anaknya itu.
“Entar saja namparnya bu, yuk kita asik asikan dikamar” Ucap Toni lalu secepat kilat membopong ibunya masuk kedalam kamarnya.
“Ton turunkan ibu, kalo tidak ibu bakal teriak” ancam bu Yani sambil meronta ronta dibopongan sang anak, tangannya memukul mukul tubuh anaknya itu, namun sang anak tak mengindahkannya sedikitpun.
“Teriak saja ibu, biar sekalian kita kena grebek” Ucap Toni ketika sudah sampe kekamarnya, dan langsung menidurkan ibunya diranjang, dan sebelum ibunya bangkit Toni langsung menghimpit tubuh ibunya itu, sehingga sang ibu tak bisa bergerak dengan leluasa.
“Nak, jangan ya nak, ibu ini ibumu lo, yang melahirkan dan membesarkanmu, masa’ kamu tega memperkosa ibumu sendiri nak” Ucap bu Yani dengan nada lemah dan berharap sang anak membatalkan niatnya.
“Kenapa bu, emang salah, toh ibu sudah lama gersangkan, nah sekarang bakal Toni sirami biar tak gersang lagi” Ucap Toni sambil menyeringai senang, dan sebentar lagi ia bakal menikmati tubuh ibunya sendiri. Jujur Toni selalu membayangkan ingin ngewe ibunya sendiri, ibunya itu selalu saja membuat sahwatnya meledak ledak setiap saat, namun demikian ia tak berani melakukannya, karena Toni tau itu salah dan dosa besar.
“Nak ibu mohon jangan lakukan nak, ini dosa besar nak, ingatlah nak ingat” Mohon bu Yani penuh iba ke anaknya, dan tak terasa air matanya menetes membasahi pipinya itu.
“Tapi ini dosa ternikmat bu” Ucap Toni yang masih menindih tubuh milik ibunya itu, dan Toni secara perlahan lahan mendekatkan bibirnya ke bibir miliknya itu, dan Cuuuuuuuuup bibir Toni berhasil mencium bibir ibunya yang masih tertutup rapat rapat itu.