2 November 2020
Penulis —  diemaszzz

Bu Limah yang Berjilbab

Ceritanya terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas di dekat kalimalang-Jakarta Timur. Aku menyewa kamar semi permanen yang setengahnya tembok dan setengahnya lagi kayu milik seorang Ibu bernama Halimah yang biasa di panggil Bu Limah. Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi.

biarkan tanpa atap, di dalamnya di pergunakan Bu Limah untuk memelihara tanaman dan bunga-bungaan, disana juga tumbuh pohon belimbing yang rindang tempat ngadem dengan menggelar tikar. Kamarku berada persis di depannya. Di rumah itu hanya ada 2 kamar kost yang kusewa bersama seorang cowok mahasiswa juga tapi sudah skripsi jadi jarang dirumah.

Bu Limah, Ibu kostku ini adalah seorang janda beranak tiga, semua anaknya sudah kawin dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bu Limah. Ibu kost ku ini sebenarnya udah cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita seusianya tubuh Bu Limah masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun masih terlihat montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah dadanya yang besar.

yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya dengan pembawaan yang tenang dan ramah. Kalau sedang dirumah Bu Limah paling sering memakai daster tipis yang menerawangkan bentuk tubuhnya membuatku selalu mencuri-curi pandang kepadanya. Buah dadanya yang besar itu juga sering ku lihat terkadang tanpa di dibungkus BH sehingga tampak menggantung bergoyang-goyang saat badannya menunduk.

membacanya, pintu kamar kubiarkan saja terbuka agar udara segar dapat masuk. Dari dalam kamar lewat pintu yang terbuka kulihat ibu kost berjalan sambil membawa handuk, rupanya mau mandi. Dia berhenti sejenak di depan kamarku dan menyapaku.

“Kok belum berangkat?” Sapanya.

“Iya Bu, hari ini masuk siang”. Jawabku.

“Wah enak dong bisa santai…” Kata Bu Limah lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi.

Dari kamar mandi ku dengar Bu Limah bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi ngeres dengan membayangkan Bu Limah telanjang membuat kemaluanku mengeras dan timbul keinginanku untuk mengintipnya. Segera kututup pintu kamarku dan dengan berhati-hati ku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi.

dan ternyata ada sedikit lubang tipis dari cat yang sudah terkelupas, tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, ku tempelkan sebelah kelopak mataku pada lubang tipis itu, tampak Bu Limah yang sudah telanjang bulat, badannya yang montok dihiasi dengan kedua payudara besar yang biarpun sudah agak turun tapi tetap menantang, sedangkan pada selangkangannya, kemaluannya yang membukit ditutupi bulu cukup lebat.

Bu Limah menyabuni teteknya agak lama, dia permainkan putingnya dengan memilin-milinnya, sedang tangan yang satu lagi menyabuni memeknya, jari telunjuknya dimasukan berulang-ulang sedangkan matanya tampak terpejam-pejam mungkin sedang menikmati, gerakannya itu kulihat seperti layaknya orang bersenggama.

menghadapku untuk mencuci BH dan celana dalamnya sehingga memeknya dengan jelas ku lihat membuat gairahku menyala-nyala. Ku keluarkan penisku yang sudah tegang berdiri, kumainkan dengan tanganku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu Limah mengetahui apa yang aku lakukan. Semakin lama nafsu seks ku semakin tak terkendali kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang ada di kepalaku bagaimana caranya bisa menikmati tubuh Bu Limah.

Bu Limah pun akhirnya selesai mandi, setelah mengelap tubuhnya dengan handuk, dililitkannya handuk itu menutupi tubuhnya, sedangkan pakaiannya di masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi. Aku pun segera bersiap-siap dengan rencanaku. Bu Limah pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bu Limah melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi kupeluk tubuh Bu Limah dari belakang sambil menarik handuk yang di pakai Bu Limah hingga akhirnya Bu Limah telanjang, tanganku kuremaskan ke buah dadanya.

“Aw, aduh… apa-apaan nih…” Pekik Bu Limah terkejut.

“Aduh Dal, jangan Dal ah…” Bu Limah mencoba menghindar. Aku tetap tak perduli, tangan kananku malah ku arahkan ke memeknya, ku kobel-kobel dan kucolokan jariku masuk ke dalamnya sambil ku ciumi tengkuk dan leher belakang Bu Limah. Tubuh Bu Limah mencoba berontak agar lepas tapi aku tak memberikan kesempatan dengan semakin mempereret pelukanku.

“Aduh… dal ingat dal, ah… Ibu sudah tua Dal. Lepasin Ibu Dal.” Kata Bu Limah memohon.

“Hhh… Ibu masih seksi koq, buktinya saya nafsu sama Ibu. Udah deh mendingan ibu nikmatin aja lagian kan ibu sudah lama nggak beginian.” Kataku memaksa.

“Tapi Ibu malu Dal, nanti kalau ada orang yang tahu gimana…?” iba Bu Limah.

“Ya makanya, mending ibu nikmatin saja, kalau begitu kan orang nggak bakalan ada yang tahu.” Tangkisku.

Akhirnya Bu Limah pun terdiam, tubuhnya tidak berusaha memberontak lagi aku semakin leluasa menjelajahi semua bagian tubuh Bu Limah, kadang kuelus-elus terkadang kuremas-remas seperti pada pantatnya yang besar dan montok itu. Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bu Limah, aku semakin mengintensifkan gerakanku ke bagian-bagian tubuh Bu Limah yang dapat membuat gairah Bu Limah semakin tinggi agar tidak kehilangan momen.

“Ahh… ssshh… aahh… geli Dal, ahh…” Bu Limah mendesah-desah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit.

Ku putar tubuhku menghadap Bu Limah, sambil tetap ku peluk, ku ciumi bibirnya, dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Limah ternyata mulai mengimbangiku, di balasnya ciuman ku dengan ketat aku dan Bu Limah bergantian saling menghisap bibir dan lidah. Sambil begitu ku tuntun tangan Bu Limah ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana pendek training yang ku pakai.

Tanpa ku minta Bu Limah menarik ke bawah celanaku hingga kontolku bebas mengacung. Digenggamnya kontoku, dengan jempolnya kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya. Pelerku pun tak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan, sesekali jarinya terasa menelusuri belahan pantatku melewati anus, sensasi seks yang ku rasakan benar-benar lain.

Leher Bu Limah ganti ku ciumi lalu turun ke bagian dadanya. Buah dada Bu Limah yang besar itu kuciumi, kuremas-remas, kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya sedangkan pada putingnya selain ku pelintir-pelintir aku hisapi seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya, yang ternyata membuat Bu Limah kian hot.

“Aduh… ahh… sshh… terus dal, aahh…”

Dengan posisi tubuh Bu Limah yang tetap berdiri, aku merendahkan badanku, kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Limah ternyata tau apa yang akan kulakukan, di renggangkannya kedua kakinya hingga sedikit mengangkang yang membuat ku lebih leluasa menciumi memeknya. Ku sibak bulu jembut di permukaan memeknya lalu ku dekatkan bibirku ke permukaan memeknya. Lidahku ku julurkan mengulas-ulas bibir memek Bu Limah, itilnya ku terkadang kujepit dengan bibirku sebelum kuhisap-hisap.

“Ahh… aww… yahhh… sshh… terus Dal, iyaahh..”

Begitu bernafsunya aku dan Bu Limah bercinta, hingga aku dan Bu Limah sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu kami bergelut di udara terbuka di belakang rumah Bu Limah. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku hentikan sejenak aktifitasku.

“Bu, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang.” Kataku sambil berdiri.

“Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet yah Dal, Ibu sudah nggak tahan nih,” Jawab Bu Limah nakal. Aku hanya tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu tetek Bu Limah.

Sebenarnya jarak ke pintu hanya beberapa meter saja, berhubung aku dan Bu Limah sedang diliputi kenikmatan seks hingga tak mau kehilangan waktu meski sekejap. Setelah mengunci pintu aku kembali, kontolku terayun-ayun waktu berjalan karena celanaku sudah terlepas meskipun aku masih memakai kaos.

“Kalau pintu depan dikunci nggak Bu?” Tanyaku ketika sudah dekat Bu Limah.

“Dikunci, dari pagi Ibu belum membukanya.” Jawab Bu Limah sambil merengkuh tubuhku ke pelukannya.

“Dal kita pindah ke kamar yuk!” Pinta Bu Limah.

“Disini aja deh bu, cari suasana lain, pasti Ibu belum pernah kan ngewe di sama bapak dulu di tempat terbuka seperti ini.”

“Ah, kamu ini ada-ada saja.” Elak Bu Limah sambil membuka kaosku.

Aku dan Bu Limah kembali berpagutan di atas kursi yang ku tarik dari depan kamarku, tubuh Bu Limah ku pangku di atas pahaku, Bu Limah semakin aktif menciumi ku, pentilku pun di hisap dan dijilatinya sedangkan tanganku menggerayangi memeknya yang semakin basah. Bu Limah kemudian berdiri lalu berjongkok di hadapanku, dihadapkannya mukanya ke arah kontolku lalu lindahnya menjulur mengulas-ulas kepala kontolku beberapa saat kemudian di masukannya kontolku ke dalam mulutnya, di hisap-hisapnya dengan menggerakan kepalanya maju mundur, kemudian pelirku di hisapnya juga. Gerakan lidah Bu Limah benar-benarmembuatku di penuhi kenikmatan.

“Ahh, enak Bu…” Erangku penuh nafsu.

Tanganku mempermainkan buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang, sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam mulutnya melahap kontolku. Bu Limah lalu menghentikan hisapannya pada kontolku.

“Dal, ayo kontolmu masukin, memek Ibusudah kepengen banget di ewe.” Pintanya sambil membaringkantubuhnya di atas tikar dengan kedua kakinya dilebarkan memperlihatkan memeknya yang mekar.

Tanpa berkata lagi aku menyusul Bu Limah dan ku kangkangi tubuhnya dari atas. Bu Limah meraih kontolku lalu diarahkannya ke lubang memeknya. Setelah pas lalu ku tekan perlahan-lahan hingga kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Bu Limah lalu ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan semakin cepat.

Mulut Bu Limah terus berdesis-desis menahan nikmat. Tubuh Bu Limah terhentak-hentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang bergerak-gerak indah kuremas-remas penuh nafsu, sambil terus bergerak aku dan Bu Limah berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap. Bu Limah lalu memintaku berganti posisi di atas, aku berbaring dan Bu Limah duduk di atas selangkanganku setelah kontolku di masukannya ke dalam memeknya.

Aku dan Bu Limah kembali ke posisi semula. Gerakan aku dan Bu Limah semakin liar. Tusukan kontolku semakin cepat yang diimbangi dengan gerakan pantat Bu Limah yang kadang bergoyang ke kiri dan ke kanan kadang ke atas dan ke bawah menambah semakin panasnya permainan seks yang aku dan Bu Limah lakukan.

“Bu saya mau ke luar…” Erangku.

“Ibu juga mau keluar, Dal…” Desah Bu Limah.

Aku dan Bu Limah saling berpelukan dengan ketatnya, bibirku dan bibir Bu Limah saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam memek Bu Limah. Beberapa saat aku dan Bu Limah saling diam menikmati sisa-saisa kenikmatan. Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Limah melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda.

Aku dan Bu Limah lalu membersihkan badan di kamar mandi, saling gosok dan sambil remas hingga gairah ku dan gairah Bu Limah kembali bangkit, aku dan Bu limah kembali bersetubuh di kamar mandi sampai puas. Wanita seusia Bu Limah memang sangat berpengalaman dalam memuaskan pasangannya, mereka tidak egois dalam menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang kurasakan Bu Limah cenderung memanjakanku agar mendapatkan kenikmatan yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah akupun merasa dituntut untuk bisa mengimbanginya. Gairahku terhadap Bu Limah entah kenapa selalu menyala, maunya setiap hari aku bisa menggaulinya, dan ternyata Bu Limah pun demikian. Hal ini kudengar sendiri ketika aku mengajaknya untuk bersetubuh padahal ketika itu teman kostu sedang ada di kamarnya. Saat Bu Limah sedang mencuci piring kudekap dia dari belakang, tapi dengan halus Bu Limah menolaknya.

“Jangan sekarang Dal, nanti temanmu tahu.” Kata Bu Limah.

“Tapi Bu, saya sudah nggak tahan…” Sanggahku.

“Ibu juga sama, malahan ibu pengennya tiap hari begituan sama kamu.” Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat yang tak terlampiaskan.

Sudah 4 hari ini gairahku tak tersalurkan, aku dan Bu Limah hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga ketika itu sore, mendadak temanku pulang ke kampungnya setelah dapat telepon bapaknya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci pintu lalu segera aku mencari Bu Limah. Di dalam rumah tampak Bu Limah baru keluar dari kamarnya.

“Mau ke mana Bu?” Tanyaku mendekatinya.

“Ibu mau ngaji dulu Dal…” Jawab Bu Limah.

”.. Bu, ayo dong, sudah lama nih…” Rujukku.

“Nanti aja yah Dal, Ibu cuma sebentar koq ngajinya.” Sanggah Bu Limah.

“Ayo lah Bu sebentar aja…” Paksaku sambil ku peluk Bu Limah.

Tanganku segera saja menjalar ke balik baju Bu Limah yang gombrong. Buah dada Bu Limah yang besar yang selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi mainanku.

”.. Dasar kamu, nggak sabaran banget… tapi sebentar aja yah!” Rengek Bu Limah akhirnya pasrah.

Ternyata Bu Limah juga sudah panas, ciuman bibirku segera di balasnya dengan bergelora. Meskipun waktu itu Bu Limah memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bu Limah untuk saling berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan permintaan Bu Limah melepas kerudungnya pun kularang.

“Dal, kerudungnya Ibu lepas dulu yah!” Pinta Bu limah.

“Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat pakai kerudung..” Larangku.

“Ah kamu ini ada-ada saja.” Sambil terus berciuman Bu Limah melepas Bhnya, lalu bajunya ku angkat ke atas dan ku sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati sepuas-puasnya. Bu Limah merengek-rengek kecil sambil tangannya mengerumasi rambutku.

”.. Ah… ngghh… yah… sshh… ahh…” Suara Bu Limah pelan.

Tangan Bu Limah menarik celanaku hingga kontolku yang sudah keras itu mengacung bebas, lalu di permainkannya kontolku denganmeremas-remasnya. Kain bawahan yang di pakai Bu Limah ku angkat dan ku gelungkan di pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas setelah kutarik celana dalamnya.

“Dal… ayo Dal cepet masukin…” Pinta Bu Limah.

“Iya Bu, disini aja ya Bu!” Jawabku sambil membimbing tubuh Bu Limah ke kursi panjang yang ada di ruang tamu.

“Tapi nanti kalau ada orang gimana Dal?” Tanya Bu Limah khawatir.

“Tenang aja Bu, kan kita nggak telanjang” Aku meyakinkan Bu Limah.

“Dal, Ibu di atas yah..!” Bu Limah meminta posisi di atas.

Aku mengiyakan kemauan Bu Limah, ku dudukan tubuhku di atas kursi panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu limah menempatkan tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar pahaku, lalu Bu limah menurunkan tubuhnya dan mengarahkan memeknya ke kontolku. Kontolku dipegangnya agar pas dengan lubang memeknya.

Setelah itu Bu Limah menekan tubuhnya hingga kontolku masuk ke dalam memeknya sampai dasar lalu diputar-putarnya pantatnya, lalu diangkatnya memeknya dan di tekan lagi sambil di putar-putar dengan gerakan semakin cepat. Buah dada Bu Limah yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu Limah yang semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, kuciumi dan ku hisapi hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku meremas-remas bongkahan pantatnya.

Biarpun Bu Limah tidak melepas pakaian dan kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Limah tetap dahsyat malah semakin membuatku bernafsu. Ku imbangi gerakan Bu Limah dengan menghentakan pantatku ke atas apabila Bu Limah Menekan ke bawah sehingga aku merasakan kontolku seperti menghujam ke dalam memek Bu Limah, membuatnya semakin terhempas-hempas kenikmatan.

“Ahhh… ssshh… mmhh… Yaahh…” Mulut Bu Limah tak berhenti merintih.

“Ayo Dal, terus tusuk yang dalam memek Ibu… iyyahh…” Katanya di sela-sela rintihannya.

Setelah beberapa saat aku dan Bu Limah saling menggenjot dengan posisi Bu Limah tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar.

“Bu saya mau keluar… Bu…” Erangku.

“Ibu juga dal, mau kaluar… aahh…” Balas Bu Limah.

Gerakan tubuh ku dan tubuh Bu Limah sudah tidak beraturan lagi, aku dan Bu Limah semakin liar menjelang klimaks. Tubuhku dan tubuh Bu Limah saling peluk erat, bibir ku dan bibir Bu Limah bertautan erat saling hisap, hingga akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang, spermaku pun tumpah di dalam memek Bu Limah.

Aku dan Bu limah bersama-sama menikmati puncak permainan seks yang bergelora walaupun tidak begitu lama. Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan masih berpelukan menikmati sisa-sisa gairah. Setelah keadaan dirasa normal Bu Limah mengangkat tubuhnya lalu berdiri, baru tampak olehku kalau pakaian dan kerudung yang dipakai Bu Limah begitu acak-acakan akibat pergumalan tadi.

“Udah ya Dal, Ibu mau berangkat.” Kata Bu Limah sambil beranjak menuju kamar mandi.

Aku lalu mengikutinya. Aku dan Bu Limah sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan cairan sisa pergumulan. Sambil saling bercanda aku dan Bu Limah saling Basuh.

“Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat…” Kata Bu Limah sambil meremas pelan kontolku yang mulai layu.

Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bu Limah. Setelah dirasa bersih aku dan Bu Limah keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku sedang Bu Limah berjalan ke dalam rumah. Ku ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko sambil baca koran. Dari dalam terlihat Bu Limah berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali.

“Dal, Ibu berangkat ngaji dulu yah… kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu.” Kata Bu Limah.

“Iya Bu”. Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Limah, iseng ku remas pantat Bu Limah yang bergoyang-goyang dari belakang, Bu Limah hanya mendelik manja.

”.. ah nakal kamu Dal, belum puas yah..?”

“Nggak tahu nih Bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu.” Jawabku.

Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur siang. Malamnya aku dan Bu Limah nonton TV berdua di rumahnya, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk mengajak Bu Limah bersetubuh lagi kasihan sepertinya dia cape. Ketika aku mau kembali ke kamar kudengar telepon Bu Limah berderingyang ternyata dari cucunya Bu Limah yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung.

Wah alamat gairahku bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati. Esoknya, kira-kira jam setengah tujuh pagi, aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi kulihat Bu Limah sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis membuat gairahku naik. Ketika mandi pikirankuterus tertuju ke Bu Limah, pikirku, kalau nggak sekarang menikmati tubuh Bu Limah bisa gigit jari deh, soalnya cucu Bu Limah kalau datang bisa berhari-hari, dan acara mandi pagi pun ku percepat.

Setelah selesai mandi, aku segera masuk embali ke dalam kamarku lalu memakai kaos dan celana pendek biar praktis. Aku lalu ke luar dari kamarku sambil mengendap-ngendap mendekati Bu Limah yang sedang berdiri di depan meja dapur membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu Limah langsung ku susupkan kepalaku ke bawah pantat Bu Limah setelah terlebih dahulu bagian bawah dasternya aku angkat, ternyata Bu Limah tidak memakai celana dalam, dan belahan pantat Bu Limah pun ku ciumi penuh nafsu.

“Aw!… apaan nih..!” Teriak Bu Limah terkaget-kaget merasakan sesuatu pada pantatnya, tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bu Limah pun tenang kembali.

“Iiih, kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung Ibu nggak Jantungan”. Rutuknya, sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya.

Ku ciumi sekeliling pantat Bu Limah yang masih berwangi sabun, rupanya Bu Limah juga baru habis mandi. Dari balik dasternya, tanganku ku julurkan ke ke atas untuk meraih teteknya yang menggantung yang juga tidak tertutup BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan Bu Limah sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih sayuran.

“Dal, Ibu sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Ibu.” Kata Bu Limah.

“Koq Ibu tahu..?.” Tanyaku dari balik dasternya.

“Kamu semalam denger kan kalau cucu Ibu mau datang. Kasihan deh kamu Dal, bakal nganggur beberapa hari, hi… hi… hi…” Jawab Bu Limah sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nanti.

“Iya Bu, nasib-nasib…” Sesalku.

Bu Limah kembali tertawa mendengar ratapanku itu. Sambil terus menciumi pantat Bu Limah, kuminta dia melebarkan kedua kakinya agar mengangkang, lalu ku geser tubuhku semakin kedalam dan ku balikan badanku dengan wajah menghadap keatas persis di bawah memek Bu Limah. Memek Bu Limah yang berbulu tebal itu lalu ku ciumi dan ku jilati, lubang memeknya ku masuki dengan jari tanganku sambil ku putar- putar di dalamnya.

“Dal berhenti sebentar, Dal” Pintanya.

Dan setelah aku menghentikan kegiatanku, dengan masih tetap berdiri ditariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku semakin bebas menjelajahi memeknya. Memek Bu Limah pun kembali ku jelajahi dengan rakus. Tak lama berselang, kurasakan tubuh Bu Limah yang kini setengah berbaring dengan kepala menggeletak di atas meja, mengejang, satu tangannya menekan kepalaku membuatnya tersuruk kian dalam ke memeknya disertai dengan lenguhan panjang.

Setelah itu perlahan-lahan gerakan tubuh Bi Limah pun melemah, kemudian terhenti, hanya dengus nafasnya saja terdengar masih cepat. Seiring dengan melemahnya gerakan Bu Limah, aku pun menghentikan permainan ku pada memek Bu Limah. Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Limah yang menggantung bergoyang-goyang karena kepala Bu Limah masih tergeletak di atas meja dan tubuhnya menjadi doyong ke depan.

Setelah merasa pulih, Bu Limah lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bu Limah lalu memelukku dari arah depan hingga kedua teteknya yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di kursi. Bu Limah menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah. Aku dan Limah saling berpagutan dan bertukar lidah.

Aku dan Bu Limah menuju ke menu utama permainan, dengan menyingsingkan dasternya, Bu Limah lalu membaringkan tubuhnya diatas meja dengan satu kaki tetap menginjak lantai sedang yang satunya di angkat melintang sejajar tepian meja, menampilkan pemandangan erotis pada memeknya. Terlihat memeknya sedikit mendongak.

Segera kuarahkan kontolku ke belahan memek Bu Limah, kemudian ku dorong hingga amblas dan ku tarik lagi dengan lebih cepat. Tubuh Bu Limah terhempas-hempas terdorong oleh hentakanku, untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan tubuh Bu Limah kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup.

Aku dan Bu Limah lalu berganti posisi dengan berbaring di lantai dapur. Bu Limah memiringkan tubuhnya, aku yang sudah berjongkok di depannya segera mengangkat dan menahannya dengan pandak satu kaki Bu Limah hingga terpentang, lalu kuarahkan kontolku ke memek Bu Limah yang tampak merekah itu dan ku tusukan hingga dasar memek Bu Limah.

Ketika kurasakan saat-saat puncak sudah dekat, ku setubuhi Bu Limah dengan meniindihnya dari atas, mulutku menciumi buah dada Bu Limah dan kedua kaki Bu Limah melingkar di pinggangku. Setelah beberapa kali hentakan keras, akhirnya aku klimaks, spermaku tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu Limah berpelukan erat dengan bibir saling berpagutan, aku dan Bu Limah mengahiri pergulatan dengan puas.

Ternyata cucu Bu Limah tinggal lama karena sekolahnya sedang libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Limah yang tidak dapat tersalurkan. Akhirnya aku tak tahan lagi, suatu sore, ketika Bu Limah hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku hentikan langkah Bu Limah di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku utarakan hasratku pada Bu Limah.

“Bu, saya sudah nggak tahan lagi nih…” Rengekku pelan pada Bu Limah.

“Sabar dong Dal, kamu kan tahu sendiri ada cucuku, Ibu juga sama, sudah kepengen, tapi ya gimana.” Jawab Bu Limah.

“Tuh Ibu juga sudah kepengen kan, ayolah Bu, sebentar saja.” Desakku.

“Iya sih, tapi nggak ada kesempatannya, cucu Ibu itu lho, maunya sama Ibu terus..”

“Bu, gimana kalau nanti malam, setelah cucu Ibu tidur Ibu pura-pura saja sakit perut, atau setelah semua tidur Ibu nanti ke sini.”

“Terus kalau pas kita lagi begitu adayang ke kamar mandi gimana?” Kata Bu Limah Khawatir.

“Kita kan begituannya tidak di kamar mandi.”

“Habis dimana?, di kamarmu?” Tanya Bu Limah lagi.

“Ya nggak lah itu sih resikonya sama, disitu aja tuh, tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar kita bisa segera tahu.” Kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon belimbing di depan gudang yang kalau malam gelap gulita.

“Ya udah deh kalau gitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada melihat.” Jawab Bu Limah setuju.

Saat Bu Limah berlalu, setelah melihat keadaan di dalam rumah Bu Limah sepi, aku sempatkan meremas bongkahan pantatnya. Bu Limah hanya merintih pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi. Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun ku matikan.

Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas ku dengar pintu belakang rumah Bu Limah di buka, segera kuintip dari celah jendela, seperti yang ku harapkan, terlihat memang Bu Limah yang keluar. Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar, Bu Limah langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku menyusulnya delangkah hati-hati.

Setelah berdekatan, aku dan Bu Limah langsung saling berpelukan sambil berciuman dengan panas. Bibirku dan bibir Bu Limah saling pagut dengan liar dan penuh nafsu untuk melepaskannya yang selama ini sama-sama di tahan. Tanganku dan tangan Bu Limah sama sama sibuk saling menggerayangi. Ku selusupkan tanganku ke balik daster Bu Limah hingga bagian bawah daster Bu Limah ikut terangkat ketika tanganku mulai ku remaskan ke belahan pantatnya lalu berpindah ke depan mengobel memeknya yang ternyata tidak bercelana dalam.

Bulu jembutnya yang lebat ku permainkan dulu dengan menarik- nariknya dengan pelan sebelum menjamah memeknya. Memek Bu Limah yang tembam itu lalu kepermainkan, itilnya kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke belahan memek Bu limah dan kuputar- putar di dalamnya. Sedangkan tangan Bu limah segera menyongsong kontolku yang sudah tegang di kocok-kocoknya perlahan batang kontolku seperti sedang mengurut, kemudian berpindah meremas buah zakarku.

Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang rumah yang keluar. Tubuh Bu Limah berdiri menyender di dinding dengan ujung daster bagian bawah di tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke atas dan ku tahan dengan tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Limah ke dinding dan setelah dirasa posisinya pas mulai ku hujamkan kontolku ke memek Bu Limah.

Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bu Limah saling bergelut dengan liar. Aku dan Bu Limah sama-sama penuh gairah dalam persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Limah saling memburu. Dengan tetap menusuk-nusukan kontolku tubuh Bu Limah sedikit ku angkat dengan tangan ku yang sebelumnya meremasa-remas bongkahan pantat Bu Limah.

Aku dan Bu Limah menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk segera menuntaskan permainan penuh nafsu ini. Mukaku ku labuhkan di tengah-tengah payudara Bu Limah setelah Bu Limah membuka kancing daster nya, lalu ku permainkan buah dada Bu Limah dengan mulutku dengan menciumi dan menghisapinya dan pada putingnya mulut ku menyosot seperti sedang menyusu membuat Bu Limah meliuk-liuk penuk nikmat. Dan Akhinya dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bu Limah sampai ke ujung klimaks, tubuhku dan tubuh Bu Limah bergelut kian rapat, pantat Bu Limah menggeol-geol tak beraturan dengan semakin liar dan ku hujamankan kontolku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Limah terus berpagutan dengan ganasnya saling melumat dan bertukar lidah, hingga pada akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang menahan kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi rongga-rongga memek Bu Limah. Tubuh Bu Limah setengah ku gendong saat itu dengan kedua tanganku mencengkram pantat Bu Limah sekaligus menahan tubuh Bu Limah.

Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan tubuh tetap berpelukan menikmati sisa-sisa gairah dan nafas yang saling menderu.

“Ternyata enak juga ya Dal bersetubuh begini.” Bu Limah berbisik pelan di telingaku.

“Iya Bu.” Jawabku singkat.

Kontolku yang mulai menciut pun terlepas dengan sendirinya ketika ku renggangkan tubuhku untuk memberi ruang kepada Bu Limah.

“Besok malam gimana Bu?” Tanyaku.

“Gimanan besok aja deh Dal, kita cari cara yang lain, udah yah Ibu mau masuk” Jawab Bu Limah.

“Sebentar Bu…” Cegahku sambil membuka lagi belahan daster bagian dada Bu Limah yang belum sempat di kancingkan lalu ku ciumi lagi buah dada Bu Limah yang besar itu seperti tak ada bosannya.

“Iihh… kamu ini nggak ada puasnya ya…”. Sahut Bu Limah manja.

Tak berapa lama sosoran ku kusudahi, dan Bu Limah lalu berjalan menuju pintu, aku mengikutinya dengan memeluknya dari belakang, sambil berjalan ku ciumi tengkuk Bu Limah dan tanganku ku meremas-remas payudaranya. Setelah meremas kontolku Bu Limah pun masuk ke dalam rumah.

Hubungan persetubuhanku dengan Bu Limah terus terjadi dan kian lama ku rasakan kian hot saja hingga kalau tidak halangan bisa tiap hari aku dan Bu Limah bersetubuh dengan gaya yang liar. Pergumulan penuh nafsuku dengan Bu Limah itu terus berlangsung dengan aman sampai aku lulus dan diwisuda dan berlanjut saat aku mulai kerja karena aku tetap kost/tinggal di rumah Bu Limah. Bahkan hingga akhirnya aku menikah dan pindah rumah pun sesekali aku tetap menyambangi Bu Limah untuk bercinta dengan Bu Limah, entah kenapa aku tak pernah bosan untuk menyetubuhi Bu Limah, dan sebaliknya Bu Limah pun dengan menggebu-gebu tetap melayaniku bersenggama.

Cerita Sex Pilihan