1 November 2020
Penulis —  pengagum_stw

Anton sayang mama

Namaku Anton, umur 30 tahun, punya pengalaman unik, bersetubuh dengan ibu kandungku sendiri sewaktu aku berusia 14 tahun. Ceritanya begini, aku adalah anak laki-laki satu-satunya dari dua bersaudara. Waktu aku SMP, orang tuaku, yang adalah pedagang beras di kota Tuban, mengirim aku sekolah ke Surabaya, tempat kakak perempuanku yang sudah di SMA juga belajar.

Aku kost di rumah ibu Sandra, yang rumahnya tepat di depan rumah kost kakak perempuanku di daerah Tambaksari. Biasanya tiap bulan ibuku datang ke Surabaya untuk menengok dan memberi kami uang saku. Dia biasanya tidur sekamar dengan kakak perempuanku, Rina, di kamar kostnya. Tapi waktu itu kebetulan, Mbak Rina lagi ikut camping ke Tretes, maka ibu terpaksa tidur di kamar kostku.

Ibu Sandra, pemilik rumah kost tentu mengizinkan, karena kami adalah anak dan ibu kandung. Rupanya, ibu tidak tahu bahwa anaknya yang kini sudah kelas tiga SMP ini mulai suka perempuan, dan bukan anak ingusan lagi. Maka terjadilah peristiwa itu. Ceritanya begini, karena terlalu capek, ibu langsung tertidur pulas di tempat tidurku.

Tapi aku, entah bagaimana tiba-tiba terbangun pada pukul 12 malam. Entah, setan mana yang merasuki aku, malam itu penisku memang tegang alias ngaceng melihat daster tipis yang dipakai ibuku tersingkap. Hatiku sudah dag-dig-dug antara mau menyetubuhinya atau tidak. Aku memang malu kalau ketahuan melakukan itu, tapi nafsuku susah kuredam.

Maka pelan-pelan kusingkapkan daster ibuku sampai ke pinggang. Hatiku makin keras berdegup melihat kedua paha ibu yang putih mulus. Dalam usianya yang 38 tahun, ibu masih tampak segar. Pelan-pelan kulorot celana dalam ibu, dan kulihat bulu-bulu halus tampak di sekitar selangkangannya. Tepat di tengah selangkangan itu kulihat sebuah garis dua garing memanjang bewarna merah tua, kemaluan ibuku.

Melihat ini, aku seakan lupa kalau wanita yang telentang itu adalah ibu, maka aku segera melucuti celana dalamku sendiri, dan merangkak di antara kedua pahanya. Batang kemaluanku yang sudah berdenyut-denyut karena tegang itu segera kuarahkan ke sebuah lubang kecil di antara kedua garis merah itu. Sekali ayunkan pantat, masuklah batang penisku ke dalam liang vagina yang limabelas tahun yang lalu melahirkan aku ke dunia ini.

Sreettt… kepala kemaluanku menggesek dinding kemaluan ibu, aduuhhh rasanya enuaaak! Semakin dalam kubenamkan kemaluanku semakin enaak rasanya. Blessss! Amblas sudah seluruh kemaluanku ke dalam vagina ibu. Srettt… aduh enak rasanya ketika kutarik. Blesss… aduhh masuk lagi, enak lagi, Srettt, aduh enaknya ketika kutarik lagi.

Bless-Sreettt-Blesss-Srettt, akupun makin hanyut dalam kenikmatan. Batang kemaluanku seperti dipilin-pilin, nikmat! Tiba-tiba ibu membuka mata, dia membelalak kaget ketika mengetahui aku berada di atas tubuhnya yang terlentang. “Haii, Anton! apa-apaan ini?” bisiknya, takut kalau orang lain mendengar suaranya.

Mata ibu makin membelalak ketika melihat batang kemaluanku sudah amblas ke liang vaginanya. “Ton, kau gila apa? aku ini khan ibu kandungmu?” kata ibu sambil mendorong aku sekuat tenaga. Plep! batang kemaluanku tercabut dari vagina ibu ketika aku terdorong sampai jatuh terduduk. “Ampun, bu, aku nggak tahan,” kataku sambil menutup kemaluanku.

Malu rasanya berbuat begitu pada ibu sendiri. “Lho, kamu khan masih SMP, masih 14 tahun, masak sudah pingin begituan,” kata ibu. “Bu, aku sungguh pingin, tapi tidak ada salurannya. Tadinya aku mau ke tempat pelacuran, tapi ibu keburu datang, maka jadilah semua ini,” bisikku sambil menunduk malu. “Lho, kamu tidak boleh main dengan pelacur!

kotor itu, nanti kamu sakit,” kata ibu. “Tapi aku sungguh ndak tahan bu,” kataku masih menunduk. Tiba-tiba ibu mendekatkan wajahnya ke mukaku dan berkata,“Ton, kamu jangan ke pelacur, malam ini ibu kasih kamu kesempatan untuk merasakan seks, tapi janji kamu tidak ke pelacur,” katanya. Aku kaget, tidak kusangka ibu tidak marah.

Rupanya dia lebih kawatir kalau aku main dengan pelacur. “Ibu tidak marah?” kataku seolah tidak percaya. “Daripada kamu ke pelacur,” katanya.. Lalu ibu melepas pakaiannya sehingga dia kini telanjang bulat. Harus kuakui ibuku adalah seorang wanita seksi, buah dadanya tampak masih padat, perutnya datar, kulit tubuhnya halus.

Melihat ini batang kemaluanku tegang lagi. Langsung aku menindih tubuh ibu, kujilati semua bagian tubuhnya, ketiak dan selangkangannya tidak terkecuali. Dan puncaknya pun tiba, kemaluanku kembali menelusuri jepitan dinding vagina ibu. Blesss-srett—bless-srettt-bless, srettt, batang penisku semakin cepat keluar masuk liang vagina ibu untuk merasakan kenikmatan yang semakin memuncak.

Ibu tampak memejamkan mata, tangannya sekali-kali membelai punggungku. Aku pun juga sekali-kali menghentikan gerakan penisku, maklum berkali-kali aku merasakan kenikmatan yang luar biasa sehingga hampir memuncratkan air mani. Sambil berhenti aku membenamkan dalam-dalam batang penisku dalam jepitan vagina ibu yang licin dan hangat.

Sementara itu bibirku rajin menjilati buah dadanya, kuhisap kedua putingnya, kuciumi dan kujilati kedua ketiaknya. Shhhhh, nikmatttt! Bunyi lendir yang terkocok makin keras bunyinya ketika aku kembali menggerakkan pantatku naik turun. Ibu memang nikmat, batang kemaluanku seperti diurut-urut oleh daging lincin dan berlendir, enuaaak rasanya.

Tiba-tiba aku tidak dapat mengontrol kenikmatan ini, batang kemaluanku betul-betul menyentuh bagian ternikmat dalam vagina ibu, sehingga aku meregang, tegang, aduuuuhhh enakknyaaa buuu, “crut, crut, crut, crut” air maniku muntah ke dalam vagina ibu. Akupun lemas, tertidur di sebelah tubuh ibu. Pagi harinya, ibu berpesan agar aku tidak menceritakan kepada siapa-siapa kejadian itu, dan agar aku tidak ke pelacur.

Pengalaman bersetubuh dengan ibu kandungku yang kedua kalinya terjadi sebulan kemudian, ketika ibu kembali mengunjungi aku dan kakak perempuanku. Sudah dua malam itu ibu tidur dengan kakak perempuanku, biasanya ibu tinggal sampai empat malam di Surabaya sebelum kembali ke Tuban. Pada malam ke tiga, aku mampir ke rumah kost kakak perempuanku yang terletak persis di depan rumah kostku.

Kulihat ibu tengah duduk sendirian di kamar kakakku, rupanya kakak lagi pergi kursus malam itu. “Lho, kamu koq nggak belajar?” sapa ibu ketika melihat aku memasuki rumah kost itu. “Aku lagi pusing, bu?” jawabku pelan. “Kenapa, kamu sakit?” tanya ibu sambil menempelkan tangan kanan di keningku. “Ah enggak, cuma…

“kataku tertahan. “Cuma apa?” Ibu mengejar. “Bu, maaf… saya lagi pengin bener untuk melakukan lagi,” bisikku. “Melakukan apa?” cecar ibu. “Itu lho, yang kita lakukan di kamar saya bulan lalu,” jawabku sambil tersipu-sipu. “Ya ampun, Ton, kamu mau lagi?” tanyanya. “iya bu, nggak kuat rasanya,” kataku menunduk.

“Tapi kamu tahan khan selama ini, tidak ke pelacur?” tanya ibu lagi. “Ndak bu, saya takut kena penyakit,” jawabku lagi. “Oke deh, kamu pulang dulu ke kamarmu, nanti sebentar lagi ibu menyusul ke sana,” Jawab ibu sambil berdiri. Hatiku pun dag-dig-dug membayangkan apa yang bakal terjadi. Batang penisku kontan menggeliat-geliat ingin segera merasakan elusan-elusan dan pilinan-pilinan dari vagina ibu.

Aku segera ngacir pulang ke rumah kostku, dan masuk ke kamar. Tak lama kemudian, kudengar ibu bercakap-cakap dengan ibu kostku, Bu Sandra. “Bagaimana anak saya, Bu Sandra?” tanya ibu. “Oh, baik-baik saja bu, dia rajin sekali belajarnya,” Jawab Bu Sandra. “Ini bu, saya mau berbicara agak pribadi dengan anak saya, boleh kan saya masuk ke kamarnya?

“tanya ibu. “Oh silahkan bu, silahkan saja, monggo,” kata Bu Sandra. Sementara itu, aku sudah nggak tahan, sambil menunggu ibu, telapak tanganku mengelus-elus kepala batang penisku, aduuh, enaknya, apalagi ujung penis itu sudah mengeluarkan cairan bening dan licin. Lalu pintu kamarku terbuka, dan masuklah ibuku, yang malam itu masih mengenakan celana pendek warna hitam dan kaus putih.

Buah dadanya tampak padat menggelayut. Melihat aku tiduran sambil memainkan batang penisku, ibu tersenyum sambil menggelengkan kepala. “Ya ampun anak ibu sudah nggak sabaran,” katanya, lalu tangannya bergerak melepas kausnya, breettt. Aku terbelalak, melihat kulit tubuh ibu yang masih mulus, kuning langsat.

Glek, glek, aku menelan ludah beberapa kali. Breet, ya ampun, kini kutangnya pun ditanggalkannya. Glek, glek, aku kembali menelan ludah membayangkan nikmatnya menjilati kedua buah dada yang kenyal dan padat itu. Sroott, kini malah celana pendeknya dilorotnya, lalu sroot lagi, kini dia sudah telanjang bulat.

Aduhh mak! aku ndak tahan menyaksikan ibu telanjang bulat. Batang penisku makin berdenyut-denyut. Dengan langkah pelan ibu mendekati aku, ia tersenyum melihat aku gemetaran. Aku makin menggigil ketika tangan kanan ibu menyelusup masuk ke celana pendekku. Kurasakan ada aliran kenikmatan di batang penisku ketika jari-jari tangan itu mengusap batang penisku.

“Sebenarnya kamu masih kecil nak, burungmu pun masih kecil, tapi koq kamu sudah punya keinginan kuat untuk bersetubuh,” kata ibu. “Ayo lepas pakaianmu,” tambahnya. Tanpa dikomando dua kali, aku segera melucuti pakaianku. Kini kami berdua telanjang bulat. Ibu pun mulai merebahkan badannya di ranjang, kedua pahanya dibuka untuk menyambut tubuhku.

Tepat di tengah selangkangannya, kulihat dua garis merah tua terbuka, dan persis di tengah garis itu, kulihat ada lubang kecil yang terbuka sedikit, liang vagina ibu. Tapi aku tidak segera memasukkan batang penisku ke sana, meski batangku meronta-ronta seperti memprotes keras. Aku lebih tertarik untuk menciumi dulu kedua gundukan daging di dada ibu, sambil meremas-remas, mengelus-elus gundukan susu itu.

Mmmmm… enak katakku dalam hati ketika mencium bau wangi campur keringat di buah dada ibu. Ingin rasanya kugigit kedua puting susunya, tapi aku tidak sampai hati. Ibu sendiri tampak pasrah, matanya terpejam, tangannya mengelus-elus punggungku. Kini aku sudah nggak tahan betul, sebab batang kemaluanku sudah meronta keras.

Maka pelan-pelan kuarahkan batang kemaluan itu ke liang vagina ibu, dan Blesssssss, enaaaaakkkkk, masuklah batang penisku untuk keduakalinya keliang memek ibu, yang dahulu melahirkan aku ke dunia ini. Blesss, srettt, bless, sretttt, batang kemaluanku kembali melakukan gerakan keluar masuk liang vagina itu.

Aduuuuuhhhhh seperti diurut-urut deh rasanya, enakkkk seperti dielus-elus daging basah, kenyal dan berlendir licin. Bless, srett, bless, sretttt, enuaaakkkkk, serasa otot-otot lingkar dalam kemaluan ibu ikut-ikutan berdenyut-denyut menjepit-jepit batang kemaluanku. Ibu masih memejamkan mata, tapi gerakan tangannya makin cepat mengelus-elus punggungku, mungkin dia juga merasakan kenikmatan ini.

Semakin cepat aku melakukan gerakan memompa, semakin nikmat rasanya, seolah ada ribuan semut yang lari dari ujung kemaluanku ke pangkal kemaluanku, geli-geli nikmat. Buah dada ibu yang besar itu ikut bergoyang-goyang seirama dengan sodokan kemaluanku. “Aduhhh bu, aku nggak tahan lagi,” desahku dalam kenikmatan yang amat sangat.

Bless, srettt, bless, srettt, kemaluanku terus mengocok di dalam liang vagina ibu yang sempit. Cplak-cplak-cplak bunyi lendir yang terkocok dalam liang vagina ibu terdengar seirama dengan makin memuncaknya kenikmatan yang kurasakan. Tiba-tiba aku merasakan kenikmatan itu sudah memenuhi selangkanganku, buah pelirku sudah penuh dengan kenikmatan, dan siap memuntahkannya.

Adduuuuuhhh kataku sambil mempercepat gerakan penisku. Bless-srettt-blesss-srettt… Aukhhhhh Crut-crut-crut-crut, air maniku muncrat ke liang memek ibu. “Aduh bu, enaaaaakkkk” kataku pelan, ibu cuma tersenyum. “Nanti kalau kamu lulus SMP dengan nilai bagus, ibu akan memberimu pelayanan yang terbaik, ternikmat,” kata ibu tersenyum.

Hubungan seksku dengan ibu kandungku berlangsung setiap bulan sekali, yakni ketika dia mengunjungiku. Janjinya untuk memberi pelayanan istimewa kalau aku lulus dengan nilai baik pun jadi kenyataan, karena aku termasuk dalam tiga besar lulusan terbaik di SMP-ku. Pelayanan istimewa itu tidak diberikan di kamar kostku di Surabaya, melainkan di satu losmen di Tretes, yang berhawa dingin itu.

Losmen itu menjadi saksi bisu dari pelayanan istimewa yang diberikan ibu. Malam itu ibu meminta aku melucuti pakaianku hingga telanjang bulat, dan memintaku telentang di tempat tidur. Lalu, dia juga melucuti pakaiannya sampai telanjang bulat juga. Busyet!!! kemaluanku langsung meronta-ronta, nyut-nyut-nyut, berdenyut-denyut begitu mataku melihat tubuh ibu yang kuning langsat, dan kedua buah dadanya yang padat tanpa sehelai benangpun.

“Tenang dulu, kamu tidur dulu, pejamkan mata,” kata ibu padaku yang hampir menubruk tubuhnya. Akupun menurut, kuletakkan kepalaku di bantal, dan memejamkan mata. Tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu yang hangat di kepala kemaluanku. Hangat basah… apa ini??? Ya ampunnn kepala penisku sudah masuk ke mulut ibu.

Aduuhhhh, enaknya ketika lidah ibu memainkan ujung batang penisku. Aduuuhhh… sshhhhhhh. Aku mendesis ketika lidah itu terus mengusap-usap ujung penisku dan kepala bagian bawah dari penisku. Rasanya geliiiiii, nikmattttt. Lidah ibu terus menyusur ke batang penisku dengan gerakan mengusap-usap. Aduuhhhhh…

rintihku. Lidah itu kini sudah sampai di buah pelirku, memandikan buah pelirku dengan air liur ibu yang hangat. Geliiiii deeeehhhhhh. Sssshhhhhhh… Setelah itu, giliran pangkal paha kananku diselusurinya. Lidah itu mengusap-usap pangkal paha kananku, terus menyusur ke paha, lutut, ke ujung kaki. Aduuhhhhh Sssshhhhhh.

Lalu ke ujung kaki kiri, naik lagi ke tulang kering, ke lutut, ke pangkal paha, dan naik terus ke buah zakar, ke batang penis, ke kepala penis. Ampuunnnnnn enuaaaknyaaaaa. Kini, lidah itu sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat pusarku, terus naik lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku dengan air liur yang hangat, puting susu kiri juga, lalu ke leher, dan akhirnya ke mulut…

Mmmmmmm kuhisap lidah itu ketika memasuki mulutku, kugigit sedikit dengan gemasssss… Tiba-tiba, aduuhhhh… aku merasa batang kemaluanku memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan berlendir… vagina ibu. Rupanya saat mulutku asyik menikmati lidahnya, ibu menyodokkan vaginanya ke batang kemaluanku yang memang sudah nyut-nyut-nyut itu.

Tanpa mengeluarkan lidahnya dari mulutku, ibu mulai menekan pantatnya ke bawah. Blesssss… Ujung penisku seolah diurut oleh daging yang bergerinjal, dan basah dalam vagina ibu, enuaakkkk. Ibu terus melakukan gerak memompa. Blesss-sretttt-blesss-srettt… aduhhhhh batang kemaluanku kembali merasakan elusan dan remasan dinding vagina ibu.

Akupun menggelepar sehingga lidah ibu keluar dari mulutku. Tapi lidah ibu terus mengejar, sehingga bisa kembali masuk ke dalam mulutku. Sementara pantatnya tetap memompa, crep-crep-crep-crep. Aduhhhhh… bu, enaak… rintihku pelan. Tiba-tiba ibu melepaskan mulutnya dari mulutku. Kini tangannya bertumpu pada dadaku, dan dia mulai memutar-mutar pantatnya seolah gerakan seorang penyanyi dangdut.

Serrrrrr-serrrrr-serrrrr batang peniskupun ikut terputar kekiri dan ke kanan seirama dengan putaran pantat ibu. Addduuuuuuhhhh, nggak tahaannn nih… desisku. Ibu tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap memutar, memompa, memutar, memompa pantatnya. Crot-crot-crot, bunyi lendir terkocok terdengar dari vagina ibu.

Buah dada ibu yang padat itu juga ikut tergoyang-goyang seirama dengan gerakkan tubuhnya, sementara perutnya tampak menahan dan melepaskan nafas. Sekitar lima menit aku terombang-ambing dalam kenikmatan yang luar biasa, sampai ketika ibu mulai mengubah posisi. Kini wajah dan badannya membelakangi aku, sehingga pantat dan punggungnya yang menghadap ke mukaku.

Sementara tangannya bertumpu pada lututku, pantatnya kembali memompa. crot-crot-crot lendir kembali terkocok, tapi kali ini lebih keras karena batang penisku tertekan mengarah ke ujung kaki, bukan ke atas ke kepala. Aduhhhhhh enaaakknyaaaa… Seluruh otot lingkar dalam vagina ibu makin erat melingkari batang penisku sehingga tiap tarikan dan tusukan memberi rasa pijatan yang nikmat pada batang penisku.

Ssshhhhhhhh… enaakkk. Kenikmatan itu makin menumpuk dan mendekati puncaknya ketika gerakan pantat ibu makin cepat. Batang penisku makin membengkak karena serasa tertekan ke bawah, sehingga menambah kenikmatan yang menjalar di sana. Ketika ibu makin mempercepat kocokkannya, aku tak tahan lagi, aku segera bangun memeluk tubuh ibu dari belakang, kuremas buah dadanya, sementara batang penisku terus mengalami kocokan-kocokan dari vagina ibu.

Crot-crot-crot, bunyi lendir makin keras, dan akhirnya oohhhh… crut-crut-crut-crut, air maniku muncrat, membasahi liang vagina ibu. “Aduhhhh puas bu,” kataku kembali merebahkan diri. Ibu cuma tersenyum lalu berkata, “itu hadiah kelulusan kamu dari SMP.” “Terimakasih bu, tapi masih ada ronde kedua dan ketiga khan?

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan