3 November 2020
Penulis — Selznick
Aku pulang ke rumah saat sore, kulihat banyak anak kecil yang bermain di depan rumah mami. Ada yang bermain petak umpet, main gundu, main lompat tali dan ada sekumpulan anak kecil yang bermain bola, dan saat aku lewat di sekumpulan anak kecil yang bermain bola itu, tiba-tiba
“Awas kak…!” Suara perempuan berteriak dan Bugggggggg…!
“Aduh…!” Rintihku sambil memegang kontolku yang terkena bola.
“Ah… siapa sih nendang bola? Aduh… duh…”Sambil memegang kontolku, aku melihat kanan kiri, dan sekelompok anak perempuan tertawa.
“Maaf kak, gak sengaja… lagian tadi udah di teriakin juga, bukannya ngehindar malah bengong” tiba-tiba datang seorang anak cewek yang menghampiriku, mungkin usianya dibawahku setahun.
“Kamu juga, cewek kok main bola… duh sakit nih” Aku masih merintih kesakitan, dan cewek itu memasang muka kasihan.
“Ya udah… kerumah aku yuk, nanti aku minta tolong ibuku buat obatin kak… gimana mau ya? Takut kenapa-kenapa kak” Cewek itu menarik tanganku dengan agak memaksa, dan saat melewati teman-teman cewek itu, mereka malah menggoda.
“Cie… cie… ciee… Cihuy… ulukutuk… kutuk…” Ujar salah satu cowok yang kulewati. Karena aku merasa kesal digodain dan kebetulan bola tadi masih aku pegang, aku lempar bola itu…
“Ciee… ahayyy… Ci… eghhhhh…” Bola itu mendarat persis dimukanya.
“Mampus koe…! Hahahhaa” ketawaku puas sambil berjalan mengikuti cewek yang menariku.
Aku berjalan melewati beberapa rumah dari rumahku dan rumah mami, dan akhirnya aku sampai di rumah cewek itu.
“Yuk kak masuk… “cewek itu mendahuluiku dan aku mengikuti dari belakang, kontolku masih nyut-nyutan gak karuan.
Aku kaget, perasaan rumah ini kosong, setidaknya sampai seminggu yang lalu… dengan perasaan takut dan was-was aku masuk kedalam rumah itu tapi saat didalam rumah, aku terpana dengan kerapihan isi dalam rumah ini, semua perabotan rumah tertata rapih walaupun rumah ini rumah sederhana tapi saat aku masuk hawa rumah ini sungguh adem.
Beberapa saat kemudian cewek itu keluar bersama seorang ibu yang memakai jilbab, bertubuh agak gemuk berisi (tapi masih kalah sama mami) dari depan aku melihat nenen ibu ini besar walaupun tertutup jilbabnya, mungkin lebih besar dari punya mami, dan yang paling menggoda adalah kulit ibu ini terlihat warna kuning langsat, disertai senyum yang indahhhh banget.
“Ini bu… kakak yang aku ceritain didalam, tolong obatin ya bu, aku gak sengaja nendang bola ke arah kakak itu…”ucap cewek itu sambil manja gemas.
cewek ini manis banget, aku yakin mungkin kalau sudah besar banyak cowok yang bakalan suka sama cewek ini.
“Makanya kamu itu hati-hati… ya udah ibu obatin, Nara coba ambilin obat P3K di belakang” Ibu itu menyuruh anaknya yang ternyata bernama Nara mengambil obat P3K, dengan cekatan Nara kebelakang.
“Nama kamu siapa? Maafin ya kelakuan Asya” Ibu itu duduk disampingku.
“Aku Agus bu… iya gak apa-apa namanya kecelakaan bu…”
“Agus? Kamu Agus yang dulu waktu kecil sering di titipkan ke tetangga bukan? Yang kalau tidur harus netek dulu?” Ibu itu mendadak surprise saat mendengar namaku.
“Iya bu… kok ibu tau?” Jawabku sambil penasaran, memang banyak tetanggaku yang sudah dengan ikhlas ngasih nenen nya ke aku, sampai aku lupa siapa saja.
“Kamu lupa ya… aku Ibu Echy, dulu kamu suka netek ke aku juga” Mendadak tanpa malu tangan ibu itu memegang kedua nenen nya sambil tersenyum.
“Dulu waktu Asya masih kecil, kamu sama Asya suka berebut nenen ibu” Lanjut ibu dengan kenangannya.
“Aduh lupa aku bu… itu kan udah lama banget. Hehehe…” Jawabku malu dan sambil ngebayangin gimana bentuk nenen ibu Echyini dan apa warna putingnya.
Beberapa saat kemudian Asya itu yang baru aku tau namanya adalah Asya, datang sambil bawa kotak P3K.
“Ibu ini kotaknya… terus aku pamit ya bu, mau main lagi sama teman. Dan kakak disini aja ya, ibu aku jago ngobatin…!” Asya tersenyum kepadaku dan mencium punggung tangan ibunya.
“Jangan malam-malam nanti di tangkap kalong wewe…!” Teriak ibu itu sambil membuka kotak P3K yang dibawa oleh Asya.
“Jadi… tadi kenapa sama Asya dan apa yang sakit?” Muka ibu itu masih sibuk sama kotak P3K nya.
“Anu bu… aduh bu… nama ibu siapa? Masa manggil ibu doang?” aku mendadak meringis kesakita lagi, sekarang nyut-nyutan pindah ke kedua belah bijiku
“Ibu Echy panggil aja Ibu Echy, heran aku sama kamu, dulu kamu tuh paling deman di titipkan kerumah ibu, kamu bilang ke mama kamu, kalau nenen punya ibu lebih enak dari pada yang lainnya, dan sekarang kamu malah lupa” Ibu Echy melihat mataku dengan agak kesal karena aku melupakannya.
“Ya udah, kalau udah lupa mau gimana lagi? Mana yang sakit? Aku obatin” Lanjut Ibu Echy.
“Anu bu… kelaminku yang sakit, tadi kena bola, mungkin Asya yang nendang” Muka ku mendadak malu, mungkin kalau ada cermin aku bisa ngeliat mukaku pasti berwarna merah saking malunya.
“Oalah… Aku kira apa yang sakit. Hahaha… buka celanamu, aku obatin” Tertawa Ibu Echy yang mendengar kelaminku yang sakit.
Aku hanya bisa terdiam, wanita cantik didepan mataku ini seorang ibu-ibu yang dulu aku sering dititipkan ke rumahnya, mungkin kalau aku bilang mau netek lagi, apa dikasih ya? Penasaran aku di kasih nenen sama ibu yang berkrudung, apalagi kalau nenen nya hanya di tutupi kerudung.
Aku membuka celanaku, sedangkan ibu Echy menutup pintu ruang tamunya. Aku melihat dari belakang betapa sexy pantat ibu Echy ini, saat dia berdiri baju gamisnya bagian belakang nyelip di antara belahan pantatnya dan reflek kontolku berdiri.
“Aduh, make berdiri pula… “dalam hati aku berkata nyesal.
Setelah ibu itu menutup pintu ruang tamu dan berbalik ke arahku, mendadak wajahnya kaget karena kontolku sedang berdiri tegak.
“Waduh… udah berdiri aja tuh otong, kamu udah besar sekarang” Dengan santai Ibu Echy kembali duduk.
Tangan Ibu Echy langsung memegang kontolku, di teliti kontolku dari ujung atas sampai ke ujung bawah, tak lupa pula biji ku di telitinya, memastikan kalau gak ada yang fatal.
Aku hanya bisa merem melek, saat merasakan tangan ibu Echy menyentuh kontolku, aku mendadak khilaf dan berani bertanya.
“Ibu… misalkan sekarang aku minta nenen ibu lagi, boleh gak bu?” Nafasku udah mulai tidak beraturan menandakan sekarang aku sedang dilanda Nafsu.
Ibu Echy melihat ke arahku, dan mengalihkan pandangannya ke kontolku lagi. “Hmmm… Gimana ya, kamu udah besar, sekarang kalau aku kasih nenenku kamu malah nafsu.”
Pupus harapanku mendengar jawaban Ibu Echy, aku malah berharap kalau Ibu Echy sama seperti mami yang mau memberikan apapun yang aku minta.
“Tapi kalau kamu mau aku kasih, dan syaratnya jangan bilang siapa-siapa termasuk ibu kamu, apalagi Asya sampai tau…!” Ibu Echy melanjutkan omongannya dengan sedikit nada tegas.
Lalu ibu Echy mulai membuka jilbabnya, entah setan apa yang membuat aku khilaf.
“Bu, tolong jangan dibuka jilbabnya, soalnya itu yang membuat ibu sexy”
“Kamu ya…! Udah minta nenen, sekarang malah minta jilbab jangan dibuka” walaupun sedikit keras suara ibu Echy, tapi dia tetap melakukan apa yang aku minta.
Lalu karena jilbabnya tidak dibuka, ibu Echy menarik reselting baju gamisnya dari depan, Pelan dia membuka reseltingnya sampai nafasku deg-degan. Perlahan dia menurunkan reseltingnya… Srekkk…
Kontolku tambah berdiri membayangkan Bh apa yang dia pakai, warna apa putingnya? Dan mimpi aku semalam bisa mendapatkan dua payudara dalam sehari. Nafasku semakin cepat dan waktu terasa sangat lambat sampai akhirnya ibu Echy menurunkan reseltingnya sampai tepat di bawah nenennya.
“Ingat ya, ibu Cuma mau nostalgia aja… awas kamu macam-macam”
“Muhun bu…” Jawabku sopan dan nafsu.
Ibu Echy mulai mengeluarkan nenen nya sebelah kiri tangannya yang mulus itu mulai menggenggam nenennya yang besar, sampai akhirnya keluar nenennya sebelah kanan. Aku melongo kagum melihat nenen ibu Echy benar dugaanku kalau nenen ibu Echy lebih besar daripada punya mami.
“Besar…” Ucapku tanpa sadar.
“Besar dong, walaupun udah jarang di remes” Ibu echy bangga mendengar ucapanku.
“Sini, katanya mau nenen…” Ibu Echy menarik tanganku dan menidurkan kepalaku di atas pahanya.
Aku ingat posisi seperti ini, sejak kecil memang ada beberapa ibu-ibu yang membuat posisi aku seperti ini, biar aku lebih leluasa netek kata mereka.
Aku langsung memegang nenen Ibu Echy, tidak sulit buat menggapainya karena nenen ibu Echy udah lumayan kendor. Aku takjub dengan warna putting ibu Echy, walaupun sudah ibu-ibu warna putting ibu Echy masih coklat dan lingkaran putingnya tidak terlalu besar.
Gemas aku, langsung aku menjilatin ujung putting ibu Echy, gak peduli dengan kontolku yang sedang ngaceng.
“Ahhhh…” Reaksi pertama dari mulut Ibu Echy saat pertama aku menjilatin putingnya.
“Anak jaman sekarang kok pintar ya mainin nenen?” Ibu Echy berucap sambil tangannya mengusap rambutku.
Tanpa banyak kata, aku lanjut menjilatin lingkaran putting ibu Echy sedangkan tanganku tanpa sadar mengocok kontolku…
“Ahhh… Agusssss… Ennaaaakkkk… Ayo kenyot nenen ibu sepuas kamu…” Ibu Echy meracau tanpa peduli sama keadaan rumah.
“Hmmmppppp… Agus suka nenen ibu” Aku terus mengocok kontolku, mendadak rasa sakit kena bola hilang. Mungkin obatnya adalah nenen.
Ibu Echy melihat kontolku yang sedang aku kocok, mendadak tangan ibu Echy menepis tanganku dan melanjutkan kegiatan kocokan ku dengan tangannya.
“Aaaahhhhhh… Sekarang ibu ya yang ngocokin, kamu netek aja ya sayang” Tangan ibu Echy mengocok kontolku dengan lembut, di atas kepalaku seorang ibu berjilbab dengan nenen besar sedang mengocok kontolku… begitu nikmat.
Aku kesusahan nafas karena nenen ibu Echy agak menekan muka ku… badannya menyamping karena menggapai kontolku untuk dikocoknya.
Aku agak mendorong badan ibu Echy lalu mengeluarkan nenennya sebelah kiri, pelan aku jilat putingnya ibu Echy yang sudah keras… sesekali badan Ibu Echy terhentak geli karena jilatanku. Merasa aku nafsu dan tau Ibu Echy nafsu juga, ku dorong badannya sampai dia ke posisi semula. Lalu aku duduk dan melihat Ibu Echy yang nafasnya sedang tidak beraturan.
“Ibu… aku bikin puas ya…” Aku nekat dan langsung jongkok persis di depan kakinya, kunaikan gamisnya sampai kepinggul, Ibu Echy diam melihat kelakuan ku.
Aku meilhat Celana dalam warna Cream dan basah, tanpa nunggu jawaban Ibu Echy aku menarik celana dalam Ibu Echy, dan aku takjub melihat memek ibu Echy yang gemuk dan tidak ada satu helaipun bulu yang menutupi memek ibu Echy.
Kepalaku langsung aku majukan ke arah memek ibu Echy, dan langsung pelan aku jilat bagian depan memek ibu Echy, sesekali mataku melihat ke atas dan tangan ibu Echy sibuk meremas nenennya sendiri.
“Eeennnaaaakkkk… Guuusssss… Terus Gus… jilat terus memek ibu”
“Hmmppp.. Legit memek ibu, Agus suka…” jilatanku sudah sampai di itil ibu Echy, sedikit aku membuka memek ibu Echy, warna merah terlihat jelas dimataku, dan instingku mengatakan kalau kontolku harus di masukan ke memek ibu Echy, kata temanku rasanya lebih nikmat dari pada di kocok atau di oral.
Aku menggigit kecil itil ibu Echy… sambil tanganku membuka memeknya. Beberapa lama kegiatan itu aku lakukan, sampai akhirnya
“Ibu keluar gussssss…” Badan Ibu Echy terhentak ke atas, sedangkan lidah dan mulutku siap menerima cairan.
“Ahhhhhh…” Keluar cairan dari memek ibu Echy, aku langsung menjilatin dan menelannya.
Puas sama nenen ibu Echy, aku berdiri dan langsung menyodorkan kontolku ke muka ibu Echy, Ibu Echy agak terdiam beberapa saat.
“Kamu mau juga?” Ibu Echy paham apa yang aku maksud.
Ibu Echy membuka mulutnya pelan, lalu dikeluarkan lidahnya dan menjilatin lubang kencingku.
“Ughhhhh… sssshhhhhh… Enak bu”
Aku tambah nafsu setelah aku melihat kalau seorang ibu yang masih memakai jilbab dengan tenang memainkan kontolku. Perlahan mulut ibu echy mulai memasukan kontolku, pelan dan pelan… setelah semua masuk, dimaju-mundurkan kepalanya pelan-pelan…
“Aghhhhh… Ibu… Enakkkkk… Terus bu…” Aku teriak agak keras tanpa peduli kalau di dengar sama orang lain.
Ibu Echy mulai menaikan temponya, cepat di tariknya lalu cepat juga di majukan kepalanya, lalu lidahnya menyedot bijiku.
“Biar gak sakit lagi gus… ibu jilat biji kamu”
Ibu Echy jago sekali meng-oral kontolku, beda sama mami yang masih agak kaku, mungkin mami jarang oral kontol, dan mungkin Ibu Echy sering main sama suaminya.
“Ahhh.. enak bu… enak banget… aku mau pipis bu…” Ibu Echy langsung melepas kontolku dari mulutnya. Dengan cepat kontolku di jepit di kedua nenennya, entah kapan ibu Echy membuka bajunya dan sekarang dia bugil.
Kontolku di pompa sama ibu Echy, sensasi luar biasa aku rasakan… apalagi sama ibu-ibu berjilbab, seperti di hadapanku.
“Aku pipis buuuu…” Aku agak terhentak kedepan, dan… Crottttt… crotttt… Air maniku keluar dan terlihat jelas muncrat ke nenen ibu Echy dan ke jilbabnya.
Tanpa peduli sama air maniku. Ibu Echy langsung mengulum lagi kontolku, sampai akhirnya kontolku berdiri tegak lagi. Setelah berdiri tegak, ibu echy menariku ke atas karpet.
“Ayo masukan, ibu gak kuat pingin rasain kontol kamu gus…” Ibu itu berbisik mesra ke telingaku.
“Tapi… Agus belum pernah bu…” Aku bingung caranya dan deg-degan pertama kali kontolku mau dimasukan ke memek.
“Ibu bimbing…” Aku di rebahkan di atas karpet, sedangkan ibu berdiri di atasku, dengan senyumnya dia jongkok di atasku.
Tangan Ibu Echy menggenggam kontolku, pelan ibu menggesekan kontolku di memeknya.
“Ahhhhh… ibuuuu…” Aku merem melek melihat apa yang ibu Echy lakukan.
Jlebbb… Kontolku masuk di memeknya…
“Aghhhhhh…” Teriak ibu Echy.
“Aghhhhhh… Angeeetttt bu…”Teriaku membalas.
Ibu Echy memompa kontolku di memeknya, naik turun badan ibu Echy, sedangkan nenennya pun ikut bergoyang mengikuti irama goyangan ibu Echy.
“Ahhhhh… Ahhhhh… Shhhhhhh…” Desah ibu Echy.
“Ennaaakkkk buuuu… Ayo bu… lebih kencang” Aku meracau sambil meremas nenen ibu Echy.
Plokkkk… plokkkk… Bunyi yang keluar dari benturan memek ibu Echy dan badanku terdengar kencang. Badan ibu Echy nunduk kebawah, dan bibirnya yang kecil menyerbu bibirku. Kami berciuman, karena aku belum pernah ciuman, aku hanya bermain insting.
Pantat ibu Echy maju mundur dengan cepat, dan mulutnya masih sibuk di mulutku, beradu lidah…
“Hmmpppp… eeennnaaaakkkk Gussss…” Sesekali keluar suara dari mulut Ibu Echy…
Aku yang gak kuat lagi merasakan orgasme untuk ketiga kalinya dalam hari ini langsung teriak.
“Aku pingin pipis bu…”
“Pipis aja didalam sayang… ibu jugaaaaaa mau keeeeellluuuaarrrr… ahhhhhh…”
“Ahhhhh… Aguss pipis bu…”
Kami berdua keluar dalam saat yang bersamaan, dan perasaan yang aku dapatkan adalah kehangatan di dalam memek ibu Echy. Badan aku dan badan Ibu Echy masih berpelukan, kontolku masih berada di dalam memek ibu Echy. Kalau aku bisa melihat, cairan putih kental keluar dari memek ibu Echy.
“Makasih ya bu Echy, gak nyangka bisa sampai begini” Ucapku lemas, sambil menatap wajah ibu Echy yang puas.
“Sama-sama, ibu gak nyangka bakalan bisa ngwee lagi, semenjak bapak Asya impoten. Pokoknya kamu harus sering main kesini, kalau ibu pingin… awas aja kalau nolak.”
“Siap bu…”
Aku dan ibu Echy merapihkan pakaian dan waktu aku cuci muka di toilet ibu Echy, aku melihat ada orang dibelakang cermin, seorang perempuan sambil tersenyum sinis. Dan saat aku menoleh kebelakang, ternyata perempuan itu hilang…!