3 November 2020
Penulis — beep_beep
Akhirnya Vano membuka dasterku & kini aku pun telanjang bulat.
A: Apa yang Vano lakukan ke kakak?
V: Vano masih penasaran kak.
A: Penasaran apa Vano?
V: Vano pengen jadi adek bayi lagi.
A: Maksud Vano, Vano pengen menyusu ke kakak?
V: (Diam, mengangguk, & matanya melihat ke arah puting susuku).
A: (Aku pun menghela napas) Oke, tapi bibir Vano aja ya yang nempel, tangan Vano ga boleh ikutan.
V: (Sekali lagi Vano diam & mengangguk tanda setuju).
Aku pun merebahkan Vano ke pangkuanku, sambil kudekatkan puting susu kiriku ke bibir Vano. Vano pun segera menyusu padaku dengan lahapnya seperti seorang bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Sesekali kuusap rambutnya sambil mengingat2 kenangan kami sewaktu Vano masih kecil dulu. Dia sangat lucu & polos.
V: (Dengan wajah polos) Kok nggak ada susunya sih kak?
A: Kakak kan belum hamil, ya nggak keluar susunya lah.
V: O… Kalo gitu nanti kalo pas kakak hamil & keluar susunya, Vano nyoba ya sama kakak…
A: Enak aja, nanti anak kakak gimana?
V: Kan kakak punya dua. Satu buat Vano, satu lagi buat anak kakak…
Aku diam, hanya senyum padanya. Vano masih polos seperti Vano yang kukenal dulu sewaktu kecil.
V: Kak Vania, Vano boleh minta satu hal lagi nggak?
A: Apa?
V: Burung Vano pengen dicepit di paha kak Vania lagi nih. Boleh?
A: Nggak! Kamu ini banyak mintanya!
V: Tapi nggak nyaman nih rasanya kak…
A: Kamu kocok aja burungmu sendiri. Nih tissue biar ga belepotan kemana2. (Aku mengambil tissue yang ada di meja dekat kasurku)
Lalu Vano pun mengocok penisnya sendiri. Kulihat penisnya. Ukurannya normal untuk anak seusia dia, mungkin sekitar 13cm. Tak terlalu besar, tak terlalu kecil. Bulu kemaluannya pun masih jarang. Vano menutup penisnya dengan tissue & mulai mengocok dengan tangan kanannya. Naik turun perlahan. Tangan kirinya sesekali mengusap2 buah zakarnya.
A: Lama banget sih… Udah belum?
V: Susah kak, habis posisinya kurang nyaman sih…
A: Lalu posisi mana yg nyaman?
V: Kakak rebahan aja di kasur.
A: (Aku pun menurutinya) Oke.
V: Buka kaki kakak, kayak kemarin itu…
A: (Sambil membuka paha) Astaga, jangan bilang kalau Vano mau memasukkan burung Vano ke celah paha kakak lagi…
V: (Vano hanya senyum, sambil memasukkan burungnya ke pahaku)
Kami pun sekarang ada di posisi yang sama seperti kejadian hari Rabu itu saat Vano memperkosaku. Vano menggesek2kan penisnya ke vaginaku, tidak masuk ke dalam vaginaku, hanya di luar saja. Kedua tangannya memeluk tubuhku. Bibirnya tepat di depan puting susu kiriku. Dia menyusu padaku sambil menggesekkan penisnya ke vaginaku.
A: Vano, jangan sampai kasur kakak belepotan spermamu.
V: Hmmmmh… Lalu gimana kak? Vano hampir puncak nih.
A: Aduuuuh, stop stop… Cabut burungmu dulu.
V: (Mencabut burungnya dari pahaku) Iya kak…
Aku pun meraih penis Vano & mulai mengocoknya dengan tangan kananku. Tangan kiriku memainkan buah zakarnya. Kedua tangan Vano meremas2 kedua buah dadaku, sambil dia mendesah pelan.
V: Terus kak.. Hmmmmh… Vano hampir puncak…
Remasan Vano pada kedua buah dadaku makin kencang. Aku juga mengocok makin kencang, lalu tiba2 menyemburlah sperma Vano di atas perut & dadaku, banyak sekali.
A: Astagaaaaaa Vano, banyak banget. Kapan terakhir kali kau ngocok?
V: Vano ga pernah ngocok kak, terakhir ya sama kakak itu.
A: Pantesan. Cepat ambil tissue, bersihin tubuh kakak.
Vano pun mengambil tissue & membersihkan tubuhku. Kami segera berpakaian kembali. Vano mencium bibirku dan berkata terima kasih. Aku hanya diam & merapikan diriku kembali. Setelah kami rapi, kami pun keluar kamar untuk membuang tissue bekas sperma Vano. Alangkah kagetnya kami saat membuka pintu kamarku.
Ibu (I) : Ngapain aja kalian berdua di kamar???
Aku (A) : Nggak ngapa2in ma…
Vano (V) : Vano cuma ngobrol sama kak Vania kok ma…
Ibuku melihat tissue yang ada di tangan Vano, mengambilnya, & mendekatkannya ke hidungnya untuk memastikan apa yg ada di tissue itu.
I: Apa ini?????
(Aku & Vano hanya terdiam)
I: Cepat jawab apa ini?????
Kami tak dapat menjawab lagi, ibuku tahu bahwa ada aroma sperma di tissue itu. Ibuku menangis & menampar kami berdua.
Hal bodoh apa yang telah kami lakukan??? Aku benar2 tak menyangka ibuku sendiri memergoki perbuatan kami berdua. Kami hanya terdiam tak bergerak sama sekali. Menyesal? Pasti, tapi itu sudah terlambat. Apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki ini semua? Sepertinya tak ada yang bisa kulakukan untuk memperbaiki situasi ini.