3 November 2020
Penulis — beep_beep
Semenjak kejadian hari Rabu itu, aku jadi lebih pemurung dan jarang keluar kamar. Aku keluar kamar hanya seperlunya saja. Aku pun tak berselera makan karena perasaan tertekan ini. Hatiku benar2 hancur. Aku masih tak percaya, adik kandung yang kusayangi tega berbuat demikian.
Selang beberapa hari kedua orangtuaku menyadari perubahan yang ada pada sikapku.
Akhirnya ibuku bertanya kepadaku mengapa aku sekarang jadi pendiam. Ingin rasanya aku peluk ibuku & menangis di pangkuannya menceritakan apa yg telah terjadi kepadaku. Tapi aku tak sampai hati menceritakannya, karena itu akan menjadi aib bagi keluarga kami & keluarga kami akan berantakan karena kejadian memalukan itu.
Setelah itu, Vano mulai percakapan denganku via wh*ts*pp. Dia terus menerus minta maaf padaku. Dia bilang bahwa hari itu dia khilaf akibat diajak temannya menonton film porno. Namun aku tidak membalasnya. Aku sudah terlanjur sakit hati padanya.
Hari demi hari berlalu, Vano terus meminta maaf padaku setiap hari. Hingga akhirnya aku capek dengan semua gangguan dari dia dan kubalas pesan wh*ts*pp nya.
Aku (A) : Apalagi yang Vano mau? Masih belum cukup Vano nodai kakak?
Vano (V) : Maafin Vano kak, waktu itu Vano khilaf karena diajak temen Vano nonton film porno…
Aku (A) : Tapi kenapa kakak yang jadi korban???
Vano (V) : Vano khilaf kak… Maaf kak… :-(
Aku pun kembali diam, tak membalas. Aku susah melupakan kejadian itu. Aku benar2 depresi, ingin rasanya aku bunuh diri saja. Aku merasa sangat malu untuk bertemu dengan orang lain. Sudah 3 minggu aku bolos kuliah. Ortuku bertanya kenapa kok nggak berangkat kuliah. Aku pun menjawab, diliburkan oleh dosennya.
Suatu hari, keadaan itu terulang kembali. Kedua ortuku sedang bekerja. Di rumah hanya ada aku, Vano baru pulang sekolah, & adikku yg bungsu belum pulang dari sekolahnya. Saat itu aku sedang tertidur di kamar. Tiba2 Vano ada di kasurku & dia membangunkanku dari tidurku. Jelas saja aku kaget setengah mati & mengambil selimut untuk menutupi tubuhku yang hanya mengenakan daster tipis tanpa pakaian dalam sama sekali.
Aku pun membentak Vano dengan keras sekali. “Kenapa kau minta maaf??? Percuma! Aku tak akan pernah memaafkan perbuatanmu! Aku tak punya adik seperti kamu! Sekarang keluar dari kamarku!”
Astaga, apa yang telah kukatakan? Kata2 itu keluar begitu saja dari mulutku. Ya Tuhan, aku tidak pernah bermaksud mengatakan itu kepada Vano. Memang Vano telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Namun, jauh di dalam hatiku, aku masih menyayanginya. Ya, aku masih sangat menyayangi Vano, adik kandungku.
Aku masih menatap Vano sambil menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Vano masih diam & menundukkan kepalanya. Setelah kuamati lagi, ternyata ada air menetes dari matanya. Awalnya aku tak percaya, tapi memang begitulah kejadiannya. Vano meneteskan air mata penyesalannya. Dengan suara terbata2, dia berulang kali mengucapkan kata maaf padaku.
A: Kenapa Vano tega sama kakak?
V: Maaf kak, Vano tak ingin menyakiti kakak, Vano sayang kakak.
Kuusap rambut Vano & kucium keningnya.
A: Kakak juga sayang Vano. Vano adik kakak yang paling baik.
V: Iya kak, Vano menyesal. Vano waktu itu penasaran. Tapi malah bikin kakak sedih.
Aku pun akhirnya memaafkan Vano. Kami pun saling bertatap mata, lama sekali. Aku rindu saat2 dekat dengan Vano sebelum kejadian itu. Entah sudah berapa lama kami tidak menghabiskan waktu bersama. Kira2 ada 2 menit kami bertatap mata. Lalu tanpa disadari, entah kenapa kami berciuman. Awalnya kami hanya berciuman pipi saja.
Namun berlanjut ke ciuman di bibir. Entah siapa yang memulainya. Aku pun menarik bibirku, namun Vano dengan lembut menahan leherku agar ciuman kami tak terlepas. Awalnya aku melawan, namun lama kelamaan akhirnya aku pun menyerah dan melanjutkan ciuman kami. Semua rasa sayangku pada Vano, kulampiaskan kepadanya dengan cara yang tak wajar, ciuman.
Lalu ciuman Vano pun perlahan pindah ke leherku. Aku pun terbawa suasana. Vano menciumi leherku dengan lembut. Aku merasakan sensasi seperti terbang saat Vano mencium leherku sambil sesekali lidahnya menjilati leherku. Lalu ditariknya selimutku dari tubuhku. Vano mencoba memegang payudaraku dengan tangan kirinya.
Namun kutangkis & kusilangkan kedua tanganku di depan dadaku. Vano kembali mencium bibirku. Kami saling bertukar lidah. Akhirnya tangan Vano memegang tanganku & dibukanya tanganku yang tersilang di depan dadaku. Aku pun hanya menurut saja pada apa yang Vano lakukan. Ciuman Vano pun pindah ke dasterku, tepatnya di bagian buah dadaku.