2 November 2020
Penulis — bennoda
BAGIAN KETIGA
Zaki sibuk menyiapkan tingkap di bangsal belakang rumahnya selepas pulang dari mengantar kue di pasar. Kelihatan beberapa ukiran untuk dinding dan tiang rumah yang di tempah sudah siap untuk di serahkan kepada pembeli. Sedang dia sibuk menyiapkan kerjanya, terpandang ibunya membawa nampan berisi air dan kue ke padanya.
“Minum dulu nak.” Kata ibunya sambil menghulurkan gelas berisi air sirup kepada anaknya.
Zaki pun minum perlahan-lahan sambil diperhatikan ibunya, kemudian dia meletakkan gelas yang sudah habis separuh airnya itu ke dalam nampan. Masing-masing tidak berkata apa-apa. Hanya melemparkan pandangan yang kosong ke arah kebun buah-buahan yang kemas terjaga rapi itu. Masing-masing kelu untuk bersuara, lantaran kejadian malam sebelumnya yang memberikan kepuasan kepada mereka anak beranak.
“Zaki tak rasa menyesal kah?” Tanya ibunya.
Zaki diam sejenak, dia memandang paha ibunya yang montok itu. Kemudian dia berkata.
“Mula-mula tu menyesal juga, tapi sedaplah bu. Ibu pun cantik, lebih cantik dari makcik Rokiah.” Kata Zaki perlahan
“Maafkan ibu, sebenarnya ibu tak tahan…” kata Zaiton sambil meletakkan telapak tangannya di pangkal paha Zaki, mengenai zakar Zaki yang bersembunyi di dalam celana dalam itu.
Menyadari tangan ibunya mengenai zakarnya, serta merta zakarnya naik di dalam celana pendek yang dipakainya. Ibunya sadar dan terus mengusap-usap zakar anaknya yang mulai mengembang itu.
“Ibu, Zaki sayangkan ibu, Zaki takkan meninggalkan ibu” Mendengar kata-kata anaknya itu, hati Zaiton serasa sesak.
Terus saja dia merapatkan wajahnya ke wajah anaknya dan di kecup bibir anak muda itu. Perasaan birahinya mulai bangkit, lantas dia memainkan lidahnya didalam mulut anaknya sambil tangannya mengeluarkan zakar anaknya dari celana pendek yang anaknya pakai. Tangannya mengocok lembut zakar yang tegang didalam genggamannya.
Kemudian dia melepaskan kecupan di bibir anaknya dan bersandar pada bahu anaknya sambil melihat zakar anaknya yang tegang berkilat itu. Zaki pun memeluk bahu Zaiton, ibunya dan mengusap-usap bahunya sementara tangan yang sebelah lagi meremas-remas buah dada ibunya yang membusung montok di dalam baju.
Zaiton membiarkan perbuatan anaknya. Dia menyukainya. Hatinya terasa aman dan berdebar, seolah sedang berada dalam dekapan seorang kekasih. Zaki juga begitu. Dia terasa berdebar-debar tatkala bersama ibunya. Zaki yang tidak pernah jatuh cinta itu mula merasakan debaran cinta yang ibunya ciptakan. Dia kemudian menyentuh paha ibunya dan di usap-usap lembut.
“Ibu… Zaki tak tahanlah. Ibu… seksi begini..” kata Zaki gugup.
“Seksi seperti apa yang Zaki maksudkan. Boleh ibu tahu…” Tanya ibunya manja sambil tangannya mengocok zakar anaknya.
“Err.. tetek ibu besar.. bulat, montok. Boleh kepit pisang di tengah-tengah..” kata Zaki
Mendengar kata-kata Zaki itu, serta merta ibunya ketawa kecil sambil mencubit kecil paha Zaki.
“Selain tu?” Tanya ibunya lagi.
“errr… pantat ibu besarlah.. Bulat.. Semok pula tu… Bila berjalan mesti bergoyang. Zaki tak tahan lah tengok lenggok ibu..” kata Zaki
“Hmm.. selera anakku ini semakin matang. Macam arwah bapaknya, Amran dan Pak Dollah. Masing-masing suka pantat aku.” Getus hati Zaiton setelah mendengar pengakuan Zaki.
“Ohh.. jadi Zaki suka lah dengan ibu?” Tanya Zaiton kepada anaknya.
“Suka.. uuhhhh… ohhhhh…” Jawab Zaki yang sedang kenikmatan akibat zakarnya dikocok oleh Zaiton.
“Ibu pun suka Zaki. Seluruh tubuh ibu rela serahkan, asalkan Zaki berjanji…” kata Zaiton sambil tangannya masih meneruskan mengocok zakar anaknya.
“ohhh… ibuuu.. janjiii.. appaa..?” tanya Zaki kenikmatan.
“Zaki kena janji tak akan beri tahu orang lain, tentang hubungan kita…” kata ibunya
“Zaki janji ibuu… ohhh… sayanggg…” kata Zaki yang semakin kenikmatan.
Melihat kepala zakar anaknya yang semakin besar berkilat, Zaiton menelan air liurnya. Seleranya kepada zakar anaknya yang sedang dikocokkan itu meluap-luap. Dia kemudiannya menundukkan kepala dan menjilat lubang kencing anaknya. Menggeliat Zaki diperlakukan begitu. Kemudian, jilatannya turun ke batang zakar hingga ke pangkal.
“ummphhh… ummphhh…” Zaiton menggumam ketika zakar anaknya penuh didalam mulutnya.
Memang dia benar-benar bernafsu pada ketika itu. Air nafsu cipapnya mulai keluar membasahi muara lubuk birahnya. Apa yang ada di pikirannya ketika itu hanyalah untuk menikmati zakar muda yang gagah itu. Kelihatan dia menikmati zakar Zaki penuh nafsu dengan mata putihnya saja yang kelihatan.
Sementara Zaki yang sedang enak di perlakukan ibunya itu, semakin tidak karuan dan bergelora nafsunya. Nafsunya benar-benar memuncak tatkala melihat kepala ibunya yang turun naik melahap zakarnya yang keras itu. Tangannya tak henti meraba bokong dan kepala ibunya. Kain batik yang ketat membaluti bokong ibunya benar-benar mempesonakan pandangan hingga membawa nafsunya ke puncak yang paling tinggi.
Tidak berapa lama kemudian, Zaiton merasakan paha anaknya semakin mengejang. Serentak dengan itu, dia merasakan tekaknya menerima pancutan yang bertubi-tubi dari zakar anaknya. Berdenyut-denyut dia merasakan zakar anaknya yang keras itu melepaskan benih. Di hisap dan di telan benih Zaki hingga kering kantung zakar milik anaknya.
Zaki pula, merasakan dirinya seperti berada di khayalan. Zakarnya yang merasakan kehangatan mulut ibunya itu terasa ngilu di kepala zakarnya dimainkan lidah Zaiton. Menggigil tubuhnya menahan kenikmatan ciptaan mulut ibunya.
Selepas merasakan tiada lagi pancutan yang dilepaskan, Zaiton pun menarik kepalanya mengeluarkan zakar anaknya yang berkilat berlumuran dengan air liurnya itu. Zaki pun terus rebah terlentang di gubuk kayunya itu. Melihatkan anaknya yang sudah tidak berdaya, Zaiton pun terus bersama merebahkan tubuhnya mendekap Zaki yang terlentang kelelahan.
“Ibu.. Zaki sayang ibu..” Kata Zaki yang keletihan sambil terus mendekap tubuh ibunya erat.
“Ibu juga sayang Zaki…” Zaiton meluahkan perasaan kepada anaknya dan kemudiannya mendongak mendapatkan bibir anaknya.
Mereka berkecupan laksana sepasang kekasih. Zaki dapat mencium bau benihnya dari mulut ibunya. Tapi dia tidak menghiraukan kerana perasaan cintanya begitu membara. Zaiton pula sudah melupakan statusnya sebagai ibu. Baginya, Zaki sudah seperti suami barunya. Suami yang sanggup memberikan kepuasan batin kepadanya.